Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Situs Kumitir, Jejak Arkeologinya Menyingkap Tabir Ibu Kota Majapahit

26 Oktober 2024   06:12 Diperbarui: 28 Oktober 2024   09:48 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamparan batu bata merah bukti adanya jejak kebesaran Majapahit di Situs Kumitir.Dokpri

Ibukota Majapahit sudah hampir lima abad menjadi teka-teki, baik oleh sejarawan maupun para pakar arkeologi. Ada yang menduga di situs Segaran, adapula yang menduga pokoknya di wilayah Trowulan. 

Dugaan tersebut memang logis, sebab di wilayah tersebut banyak ditemukan situs peninggalan Majapahit. Ibukota Majapahit di mana? Di Trowulan jawabnya. 

Itulah yang penulis ingat pada saat belajar Sejarah baik di SMA maupun saat belajar Sejarah di UNS Solo. Saat menjadi mahasiswa pernah diajak studi di Trowulan sekitar tahun 1983. 

Sayup-sayup terdengar bahwa Trowulan adalah ibukota Majapahit. Namun di mana tempat pastinya, masih memunculkan beragam pendapat. Termasuk dosen pengampu yang memberikan kemungkinan ibukota Majapahit tenggelam di situs Segaran yang ada di Trowulan. 

Tahun 2010 penulis sengaja napak tilas di Trowulan sambil menikmati peninggalan Majapahit di Trowulan yang sudah jauh lebih rapi dibanding saat penulis masih menjadi mahasiswa. 

Tahun 2010-pun teka-teki ibukota Majapahit masih belum terjawab. Teka-teki tersebut akhirnya mulai tersingkap sejak tahun 2019 setelah ditemukan Situs Kumitir.

Dokumentasi penulis saat berkunjung di Museum Trowulan 2010. Dokpri
Dokumentasi penulis saat berkunjung di Museum Trowulan 2010. Dokpri

Mengapa teka-teki itu muncul? Sebab secara khusus, di dalam kitabnya Negara Kertagama, Mpu Prapanca memberikan gambaran yang detail dan panjang lebar tentang ibukota Majapahit. 

Berdasar penjelasan Prapanca itulah, akhirnya muncul teka-teki di mana letak ibukota Majapahit yang disebut-sebut oleh Prapanca.

Harus diakui bahwa Majapahit adalah kerajaan besar. Kerajaan yang berhasil mewujudkan gagasan politik Nusantara setelah kerajaan Singasari. Kebesaranya ditandai dengan banyaknya peninggalan baik berupa bangunan candi maupun kitab sastra. 

Bangunan candi yang diduga peninggalan Majapahit antara lain Candi Surowono, Candi Tegowangi, Candi Tikus, Candi Bajang Ratu, Candi Brahu, dll. 

Selain candi, Majapahit juga meninggalkan karya literasi berupa karya sastra yaitu Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca dan Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular. Kedua kitab sastra itu menjadi bukti adanya perkembangan literasi yang sangat monumental pada masa Majapahit.

Dari perjalanan sejarahnya, ditemukan tokoh-tokoh besar di Majapahit. Raden Wijaya sebagai pendiri kerajaan Majapahit (1293 M-1309 M). Raja Hayam Wuruk (1350 M-1385 M) adalah raja yang berhasil membawa Majapahit di puncak kejayaan. 

Selama pemerintahannya dibantu oleh Mahapatih Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Wilayah kekuasaan Majapahit hampir seluruh wilayah Indonesia sekarang. 

Menurut informasi kitab Negara Kertagama (pupuh 14/5) wilayah Majapahit meliputi pulau Jawa, Bali, Sumatra, wilayah Ambon atau Maluku: Seram, Timor; semenanjung Melayu meliputi Langkasuka, Kelantan, Tringgano, Paka, Mara Dungun, Tumasik, Klang, Kedah, Jerai. (Slamet Muljono,1965:47).  

Paska meninggalnya Patih Gajah Mada Majapahit dan raja Hayam Wuruk, Majapahit mengalami kemunduran. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya perang saudara antar pewaris tahta kerajaan. Kerajaan Majapahit tenggelam setelah berdiri kerajaan Islam Demak yang didirikan oleh Raden Patah.

Peninggalan

Sebagai kerajaan besar, Majapahit telah meninggalkan jejak pemerintahannya. Seperti diuraian di atas, peninggalannya ada beberapa yang berupa candi, namun juga ditemukan beberapa karya sastra. 

Dua karya sastra berbentuk "kakawin" yaitu Negarakertagama tulisan Mpu Prapanca dan Sotasoma karangan Mpu Tantular. Dua karya sastra tersebut menunjukkan bahwa pada masa Majapahit telah berhasil melahirkan pujangga kerajaan yang hebat. Isi pokok Negarakertagama adalah menguraikan tentang keagungan raja Hayam Wuruk dan puncak kejayaan Majapahit. 

Maka di dalam kitab tersebut ditemukan penjelasan tentang silsilah raja Majapahit, peninggalan-peninggalan Majapahit, perkembangan agama di Majapahit, wilayah kekuasaan Majapahit, bahkan penjelasan tentang gambaran ibukota Majapahit. 

Sedang isi pokok kitab Sotasoma adalah kisah perjalanan spiritual Sotasoma. Pada kitab ini ditemukan kata bhineka tunggal ika yang dijadikan sebagai semboyan negara kita sekarang. Karya lain Mpu Tantular adalah kitab Kunjarakarna.

Candi-candi yang merupakan peninggalan Majapahit antara lain: Penataran (Blitar), Surawana (Pare), Tegowangi (Pare), Bajang ratu (Majakerta), Tikus (Majakerta), Brahu (Majakerta), Sukuh dan Cetho (Karanganyar,Jateng),dll.

Kumpulan dokumentasi penulis 2010.Dokpri
Kumpulan dokumentasi penulis 2010.Dokpri
Seperti diuraikan di atas, selain candi dan karya sastra, Majapahit juga meninggalkan bukti sejarah tertulis lain yaitu prasasti. Setidaknya terdapat beberapa prasasti yang menjelaskan tentang Majapahit. Prasati tersebut antara lain: prasasti Canggu, prasasti Waringin Pitu, prasasti Biluluk I,II, dan III, prasasti Parung, prasasti Sukamerta, prasasti Kudadu, prasasti Prapancasarapura, prasasti Balawi, dan prasasti Karang Bogem. Tidak kalah pentingnya peninggalan Majapahit yang juga menarik adalah "segaran".

Kolam besar peninggalan Majapahit yang disebut
Kolam besar peninggalan Majapahit yang disebut "segaran" berada di wilayah Trowulan. Kenangan tahun 2010.Dokpri
Berdasar beberapa bentuk peninggalan tersebut, upaya mengungkap sejarah keberadaanya mempunyai sumber yang lebih lengkap dibanding kerajaan Hindu Budha di Jawa Tengah. Candi, Prasasti, Kitab Sastra adalah dokumen dan benda purbakala yang dapat menjadi sumber untuk mengungkap keberadaan Majapahit. Terakhir sejak tahun 2019 ditemukan Situs Kumitir. Situs ini diduga sebagai bekas ibukota kerajaan Majapahit. Situs inilah yang diharapkan dapat mennyingkap jejak kebesaran Majapahit yang pernah membangun visi terwujudnya Nusantara ke-II ketika diperintah raja Hayam Wuruk dan patih Gajah Mada.

Hamparan batu bata merah bukti adanya jejak kebesaran Majapahit di Situs Kumitir.Dokpri
Hamparan batu bata merah bukti adanya jejak kebesaran Majapahit di Situs Kumitir.Dokpri

Struktur Pemerintahan

Sebagai kerajaan besar, Majapahit juga mempunyai struktur pemerintahan yang tertata rapi dan dianggap mampu menggerakkan roda pemerintahan secara maksimal. Raja merupakan pucuk pimpinan yang mengendalikan semua aspek pemerintahan dari pusat sampai daerah. Seperti tradisi yang telah berkembang sejak masa Mataram Kuno (periode Jawa Tengah), raja adalah penjelmaan dewa yang harus disembah dan ditaati perintahnya oleh semua pejabat dan rakyatnya.

Dibawah raja ada Rakyan Mahamantri Katrini yang terdiri dari tiga yaitu Rakyan Mahamantri I Hino, Rakyan Mahamantri I Halu, dan Rakyan Mahamantri I Sirikan. Ketiga pejabat ini yang mempunyai kedudukan tinggi adalah Rakyan Mahamntri I Hino. Sebab berhubungan langsung dengan raja. Biasanya jabatan ini diisi oleh putra mahkota (anak raja dari istri permaisuri). Anak raja yang berasal dari istri selir dan anak-anak saudara raja bisasanya menududuki Rakyan Mahamantri I Halu dan Rakyan Mahamanti I Sirikan.

Selain ketiga pejabat tersebut, di bawah raja ada Dewan Saptaprabu yang bertugas memberikan pertimbangan kepada raja dalam mengambil keputusan penting dan strategis. Anggotanya adalah sanak saudara raja. Sebagai pelaksana pemerintahan adalah Dewan Menteri yang disebut Rakyan mantri ri Pakirakiran. Dewan Menteri terdiri dari lima orang yaitu Rakyan Mapatih (Patih Hamangkubumi), Rakyan Tumenggung, Rakyan Demung, Rakyan Rangga, dan Rakyan Kanuruhan. Kelima pejabat ini disebut dengan Sang Panca ring Wilwatikta. Unsur paling penting dari kelima menteri tersebut adalah rakyan mapatih (patih hamangkubumi). (Sartono Kartodirdjo,1975:280).

Selain para pejabat di atas terdapat juga pejabat yang mengurusi agama yang disebut Dharmadyaksa. Pejabat ini terbagi dalam dua jabatan yaitu Dharmadyakya ring Kasaiwan yang betugas mengurusi agama Siwa, dan Dharmadyaksa ring Kasogatan yang bertuga mengurusi agama Budha. Dalam menjalankan tugasnya, Dharmadyaksa dibantu oleh pejabat keagamaaan yang disebut dengan Dharmma upapatti yang jumlahnya cukup banyak. Menurut Sartono Kartodirjo,1975:281 biasanya di Majapahit hanya disebut tujuh pejabat upapatti (sang Upapatti Sapta) yaitu sang Pamget in Tirwan, Kandamuhi, Manghuri, Pamwatan, Jambi, Kandangan Rare dan Kandangan Atuha. Sayang ketujuh pejabat keagamaan tadi tidak dijelaskan tugas pokoknya, apakah mengurusi agama Siwa atau Budha atau keduanya.

Hirarki pemerintahan paling bawah adalah raja daerah. Mereka juga mempunyai wewenang mengangkat para pejabat daerah sesuai dengan kebutuhan. Namun penulis belum menemukan, nama atau sebutan pada raja daerah tersebut, termasuk pemerintahan di tingkat desa. Seperti diuraikan pada artikel-artikel Mataram Kuna periode Jawa Tengah, setelah raja ada pejabat di bawahnya yang disebut rakai yang membawai wilayahnya yang disebut watak. Pemerintah terbawah ada di tingkat wanua yang dimpimpin oleh seorang rama.  Jabatan yang sama dengan periode Mataram Kuna Jawa Tengah hanya pada tingkat I hino, I halu dan I sirikan. Selebihnya sudah disesuaikan dengan kebutuhan kerajaan Majapahit. Mungkin saja sudah terwakili oleh kekuasaan lima Menteri yang tergabung dalam Pancaring Wilwatikta.

Gambaran Ibu Kota Majapahit

Berdasar informasi dari Kitab Negarakertagama karya Prapanca, ibu kota Majapahit terdiri dari beberapa komponen antara lain:

A. Kondisi Benteng

Benteng Majapahit membujur dari utara ke selatan. Terbuat dari bata merah tebal dan tinggi. Pintu besar ada di sebelah barat yang disebut Pura Waktra yang menghadap ke lapangan luas. Di tepi benteng ditanami pohon beringin yang disebut brahmastana yang berderet dan memanjang. Di situ tempat perwira menunggu untuk menjaga paseban.   

B. Kondisi Di dalam Benteng

Sebelah utara ada gapura pintu besi. Di sebelah timur gapura pintu besi terdapat bangunan panggung tinggi yang membujur dari utara ke selatan. Bangunan ini merupakan Panggung Penjaga. Bangunan ini merupakan Gedung pertama yang diikuti bangunan-bangunan membujur ke selatan. Di muka bangunan ini terdapat jalan yang membatasi alun-alun dengan gedung kompleks kraton Majapahit. Di sebelah barat jalan, tepatnya di Alun-alun bagian utara ada bangunan yang membujur dari utara ke selatan. Bangunan tersebut adalah rumah para Menteri Amma Pintuha.

Di sebalah selatan panggung terdapat Balai Prajurit yaitu tempat musyawarah para menteri, perwira, pendeta dari tiga aliran agama, para pembantu raja, kepala daerah dan kepala desa, tiap bulan Tjaitra.

Di sebelah timur balai prajurit terdapat tiga rumah penjaga kuil Siwa. Sementara di sebelah timur bagian selatan (menempel dengan balai prajurit) adalah halaman. Disebalah timur halaman adalah rumah para Wipra. Di sebelah utara rumah Wipra adalah Kuil Siwa. Di sebelah utara Kuil Siwa dalah bangunan megah yang disebut Rumah Budha Beratap Tiga.

Di sebelah selatan balai prajurit adalah ruang Penangkilan (tempat duduk para Pujangga dan para Menteri). Di sebelah selatan ruang Penangkilan adalah Manguntur. Di tengah ruang Manguntur terdapat ruang Witana (tempat raja menerima tamu yang menghadap). Selanjutnya di sebelah timur Manguntur terdapat ruang para pendeta Siwa dan Budha. Di sebalah timurnya adalah Lapangan Watangan. Di sebelah selatan Manguntur adalah Paseban.

Selanjutnya di sebelah barat daya ruang Manguntur adalah deretan Rumah Hamba Raja Paguhan. Rumah ini berada di sebelah selatan jalan yang membentar dari barat ke timur. Di sebelah timur ruang ini adalah Panggung Penjaga. Di selatan panggung penjaga adalah Mandapa (tempat memelihara burung). Bangunan-bangunan tersebut berada di halaman yang sangat luas.

Di sebelah timur panggung penjaga adalah Istana Wikramawardana yang di depannya terdapat Paseban yang berada disebelah timur jalan yang membujur dari utara ke selatan. Di sebelah selatan paseban Istana Wikramawardana adalah halaman Istana Singawardana. Sedangkan Istana Hayam Wuruk berada di sebelah timur (satu tembok) dengan Istana Singawardana di sebelah barat, dan satu tembok sebelah utara dengan Istana Wikramawardana.   

C. Di Luar Benteng 

Sebelah barat laut gapura pagar besi adalah rumah bathara Narapati. Di sebalah selatannya adalah ruang Pegawai Menteri. Di sebelah selatan rumah pegawai Menteri adalah lapangan. Di sebelah barat lapangan adalah parit berjumlah dua. Selanjutnya di sebelah selatan lapangan adalah ruang Ksatria dan Sentana Raja. Di sebalah timur Rumah Ksatria adalah berderet rumah Pendeta Budha dan Rengannadi (pimpinan pendeta Budha). Letak bangunan Rengannadi ada di tengah antara rumah para pendeta Budha. Selanjutnya di sebelah timurnya adalah Candi Budha. Di sebelah timur candi Budha adalah ruang Darmadyakya.

Di sebelah timur laut Darmadyaksa adalah Istana Rani Lasem dan Raja Matahun. Di sebelah utara istana Raja Matahun adalah Rumah Pendeta Siwa bagian selatan. Di sebelah utara rumah Pendeta Siswa tersebut adalah Istana Raja Wengker. Di depan istananya terdapat lapangan. Di sebelah utara istana Raja Wengker adalah deretan Rumah Pendeta Siwa bagian utara. Ruang yang berada di sebelah utara Istana Raja Wengker adalah rumah Brahmaraja (pimpinan agama Siwa). Di sebelah utara bangunan Brahmaraja (timur laut gapura pagar besi) adalah rumah Patih Gajah Mada.

Jejak arkeologi Majapahit yang diduga istana Bre Wengker. Situs ini bersebelahan dengan makam penduduk.Dokpri
Jejak arkeologi Majapahit yang diduga istana Bre Wengker. Situs ini bersebelahan dengan makam penduduk.Dokpri

Di sebelah selatannya terdapat bangunan istana Rani Lasem dan Raja Matahun. Selanjutnya di sebelah barat daya atau bangunan Candi Budha adalah bangunan tempat tinggal Darmadyaksa yaitu pejabat yang mengurusi agama di kerajaan.

Berdasar penjelasan di atas, Slamet Mulyono, 1965:199 membuat denah lokasi Ibukota kerajaan Majapahit dan penjelasan masing-masing ruang dalam denah sebagai berikut:

Repro Denah Ibukota Majapahit menurut Slamet Mulyono tahun 1965.
Repro Denah Ibukota Majapahit menurut Slamet Mulyono tahun 1965.
Uraian tentang ruang demi ruang yang terdapat pada denah tersebut dijelaskan pada tabel berikut:

Nama ruang pada dalam benteng dan luar benteng Istana Majapahit.Dokpri
Nama ruang pada dalam benteng dan luar benteng Istana Majapahit.Dokpri

Berdasar uraian tentang komponen ibukota Majapahit dan gambar denah lokasi ibukota Majapahit tersebut, dapat diketahui bahwa ibukota Majapahit memiliki lima istana yaitu istana Bre Wengker, istana Rani Lasem dan Raja Matahun yang berada di luar benteng. Selanjutnya ada istana Kertawardana, Singawardana dan Hayam Wuruk yang berada di dalam benteng.

Selain istana terdapat  benteng yang di dalamnya terdapat alun-alun, lapangan dan parit. Ada juga tempat prajurit, tempat pendeta Siswa dan Budha, bahkan ada juga candi Budha maupun Siwa. Di luar benteng bagian utara terdapat rumah Bathara Narapati dan Patih Gajah Mada.  Tidak ketinggalan terdapat pohon beringin yang berada di alun-alun.

Bercermin dari keraton Surakarta maupun Yogjakarta sekarang, gambaran ibukota Majapahit yang dijelaskan Prapanca dalam kitabnya Negara Kertagama, mempunyai kesamaan komponen yaitu tempat tinggal raja dan bangsawan, pemuka agama, tempat ibadah, tempat prajurit, alun-alun dan adanya pohon beringin.

Situs Kumitir:  

Situs Kumitir berdasar hasil ekskavasi Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur diyakini sebagai salah satu jejak arkeologis peninggalan kerajaan Majapahit. (https://regional.kompas.com).  Selanjutnya berdasar hasil ekskavasi BPCB Jawa Timur tahun 2020 dijelaskan bahwa situs Kumitir ini ditemukan  istana Bhre Wengker".(https://regional.kompas.com/read/2020/09/12/21181681/arkeolog-temukan-jejak-istana-raja-wengker-menantu-pendiri-majapahit-di)

Ditemukannya situs Kumitir setidaknya dapat dijadikan sarana untuk membuka tabir tentang ibukota kerajaan Majaphit yang sudah ratusan tahun belum terjawab. Ibukota Majapahit seperti yang dijelaskan oleh Prapanca.  menjadi teka-teki yang belum berhasil diungkap. Berdasar penjelasan BPCB Jawa Timur, bahwa luas areal situs Kumitir diperkirakan sekitar 6 hektar, maka sangat logis kalau situs Kumitir adalah istana Majapahit. Apalagi jika dikaitkan dengan informasi Prapanca di kitab Negara Kertagama yang memberikan gambaran secara detail tentang bangunan ibukota Majapahit. Gambaran ibukota Majapahit secara visual dibuat denah oleh Prof Dr Slamet Mulyono seperti gambar di atas.

Eskavasi reruntuhan batu merah yang diduga istana Bre Wengker.Dokpri
Eskavasi reruntuhan batu merah yang diduga istana Bre Wengker.Dokpri

Apabila dugaan lokasi penggalian itu benar istana Bre Wengker, berdasar denah ibukota Majapahit versi Slamet Mulyono, maka letaknya berada di luar benteng istana. Posisi istana Bre Wengker berada di sebelah utara istana Rani Lasem/Raja Matahun. Di sebelah selatan dan utara istana Bre Wengker adalah rumah pendeta Siwa. Istana Bre Wengker digambarkan mempunyai halaman di depan istananya. Di sebelah barat istana Bre Wengker adalah jalan yang menjadi pembatas dengan tembok benteng istana. Jalan tersebut membujur dari utara ke selatan. Di dalam benteng tersebut terdapat istana Singawardana, Hayam Wuruk dan istana Kertawardana. Selain itu terdapat alun-alun dan komponen yang lainnya.    
Berdasar uraian di atas dapat diketahui bahwa Majapahit adalah kerajaan Hindu-Budha yang besar. Didirikan oleh Raden Wijaya tahun 1293 M. Mengalami puncak keemasan pada masa Hayam Wuruk (1350 M) dengan bantuan Patih Gajah Mada. Pada masa pemerintahannya wilayah kekuasaan Majapahit sangat luas (hampir sama dengan wilayah Indonesia sekarang). Hal ini terwujud akhibat penerapan politik Nusantara II yang dicanangkan oleh Patih Gajah Mada dengan sumpahnya yang terkenal "Sumpah Palapa".

Namun sejak mereka meninggal, Majaphit secara berangsur mengalami kemunduran. Kondisi demikian diperparah dengan adanya perang saudara yang memperebutkan tahta kerajaan. Di balik keruntuhannya, Majapahit telah meninggalkan peradaban yang adiluhung. Peninggalan tersebut antara lain Candi, prasasti, ibokota kerajaan, kitab sastra Negarakertagama dan Sotasoma,. Dari kitab Sotasoma ini bangsa Indonesia mewarisi semboyan nasional yaitu Bhineka tunggal ika. Tentang ibukota kerajaan diterangkan oleh Prapanca di dalam kitabnya negara Kertagama. Hanya saja letak ibukota kerajaan sudah lama menjadi teka-teki. Sebab Prapanca tidak menyebutkan tempatnya. Situs Kumitir sepertinya yang dapat menjawab teka-teki yang sudah lama menjadi perdebatan. Semoga dapat dilakukan ekskavasi di wilayah arkeologi yang luas tersebut.

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun