Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Candi Pendem, Asu, dan Lumbung: Bukti Sensitivitas Raja terhadap Kehidupan Rakyatnya

21 Agustus 2024   10:59 Diperbarui: 23 Agustus 2024   08:34 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2) Candi Wanua atau Watak, yaitu candi yang digunakan oleh masyarakat pada daerah atau desa tertentu pada suatu kerajaan. Candi ini biasanya kecil dan hanya bangunan tunggal yang tidak berkelompok. Contoh: candi yang berasal dari masa Majapahit, Candi Sanggrahan di Tulung Agung, Candi Gebang di Yogyakarta, dan Candi Pringapus.

3) Candi Pribadi, yaitu candi yang digunakan untuk mendharmakan seorang tokoh, dapat dikatakan memiliki fungsi mirip makam. Contoh: Candi Kidal (pendharmaan Anusapati, raja Singhasari), candi Jajaghu (Pendharmaan Wisnuwardhana, raja Singhasari), Candi Rimbi (pendharmaan Tribhuwana Wijayatunggadewi, ibu Hayam Wuruk), Candi Tegowangi (pendharmaan Bhre Matahun), dan Candi Surawana (pendharmaan Bhre Wengker).

Namun berdasar fakta yang ada di lapangan ditemukan adanya ukuran dan kerumitan candi maupun kemegahan yang berbeda. Setidaknya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

  • Ada jenis bangunan candi Hindu kategori kompleks (terdiri candi induk, perwara, dan bangunan candi yang lain dalam jumlah banyak), bangunanya menjulang tinggi, mewah, besar, megah, dan luas, dihiasi arca dan relief yang lengkap dan halus. Contoh candi Prambanan.
  • Ada jenis bangunan candi Hindu kategori kompleks (terdiri candi induk, dan perwara), bangunan candi tidak terlalu tinggi, sedang, dihiasi arca dan relief yang tidak rumit. Contoh candi Kedulan, Sambisari, Gunung Wukir, Losari.
  • Ada jenis candi bangunan candi Hindu kategori tunggal, jarak berdekatan, jumlah lebih dari satu, bangunan tidak tidak terlalu tinggi, sedang, dihiasi relief yang tidak rumit. Contoh candi Asu, Pendem dan Lumbung.
  • Ada jenis candi bangunan candi Hindu kategori tunggal, tidak terlalu tinggi, sedang, dihiasi arca dan relief yang tidak rumit. Contoh candi Selogriyo, candi Pringapus.

Berdasar fakta tersebut kiranya juga perlu adanya kategori hirarki candi pada tiga tingkatan yaitu candi tingkat kerajaan (contoh Prambanan), candi tingkat Watak/Karakean (contoh Losari, Gunung Wukir, dll), dan candi tingkat wanua/karaman (Candi Pendem, Asu, dan Lumbung, dll).

Adapun ciri masing-masing kategori tersebut berdasar pada jenis-jenis candi di atas. Tetapi dapat dijelaskan bahwa candi kerajaan merupakan candi yang paling besar.

Candi watak/karakean tidak besar (sedang) namun merupakan candi kompleks, sedang candi wanua/karaman candinya kecil dan tunggal. Argumen ini tentu memerlukan telaah lebih lanjut agar mendapatkan penjelasan yang lebih detail tentang hirarki candi yang ada di masyarakat.

Maka candi Pendem, Asu dan Lumbung adalah candi tingkat wanua. Sehingga masyarakat desa (khususnya petani) yang memanfaatkan untuk kegiatan spiritual terkait dengan keberhasilan hasil pertaniannya. Pembangunan ketiga candi tersebut sekaligus menujukkan adanya sensivitas raja terhadap kondisi riil yang dibutuhkan rakyatnya.

Pembangunan ketiga candi tersebut selain tepat sasaran tempatnya juga tepat sasaran pada kehidupan sosialnya. Tepat sasaran tempat didasarkan pada kondisi alam yang berada di lereng gunung Merapi yang memiliki tingkat kesuburan tanah baik.

Tepat sasaran sosial karena tempat yang subur itu sudah dihuni oleh banyak masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Sehingga pembangunan candi tersebut dapat melengkapi kebutuhan spiritual penduduk terkait dengan profesinya sebagai petani. Hadirnya ketiga candi tersebut, para petani dapat berdoa lebih nyaman dalam memohon hasil panen yang melimpah. 

Maka ketiga candi candi tersebut bukan saja disebut sebagai kompleks candi Sengi, namun juga bisa dikategorikan (menurut penulis) sebagai "kompleks candi petani Sengi".

Berdasar prasasti Kurambitan I dan II, Sri Maggala II serta Wanua Tengah diperoleh informasi bahwa ketiga candi tersebut dibangun abad IX masa Raja Kayuwangi dari Dinasti Sanjaya. Maka dibangunnya ketiga candi tersebut menunjukan raja Kayuwangi mempunyai sensivitas terhadap kehidupan rakyatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun