Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca Warta Magelang dari Prasasti Mantyasih (907 M)

8 Agustus 2024   08:47 Diperbarui: 19 Agustus 2024   21:54 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih berdasar pada prasasti tersebut, nama Sanjaya makin jelas keberadaanya. Sehingga Sanjaya selain disebut dalam prasasti Canggal (732 M) dan cerita Parahyangan, Sanjaya juga disebut dalam prasasti Mantyasih. Berdasar hal tersebut dapat diketahui bahwa Sanjaya menjadi tokoh penting dalam pemerintahan Mataram Hindu. Nama Sanjaya juga disebut pada prasasti Wanua Tengah III dengan nama lain yaitu Rahyangta i Hara adik Rahyangta i Mdang. Nama-nama raja Mataram Hindu berikut masa berkuasanya dapat dilihat pada tabel berikut:

Data tabel diolah.dokpri.
Data tabel diolah.dokpri.

Bagi masyarakat Magelang, nama Sanjaya tentu menjadi sosok yang menghadirkan sejarah tata kehidupan sejak abad VIII M. Sebab di Magelang Sanjaya mengawali pembangunan Candi yang bercorak Hindu. Candi Gunung Wukir, Losari dan Selogriyo adalah peran besar Sanjaya dalam mengukir sejarah Mataram Hindu di Magelang. Kebesaran Sanjaya akhirnya dilanjutkan oleh para pewarisnya. Setelah Mataram Hindu di bawah kuasa raja Balitung wilayah Magelang menjadi pijakan sejarah lagi dengan ditandai penetapan Desa Mantyasih (sekarang Meteseh) sebagai daerah sima.

3. Pesona Gunung Sindoro dan Sumbing

Nama dua gunung (Sundoro dan Sumbing) yang menjadi panorama indah warga Magelang setiap harinya disebut secara tekstual dalam prasasti Mantyasih. Artinya sejak tahun 907 M dua gunung tersebut sudah menjadi perhatian sang raja sebagai fenomena alam yang menarik. Tentu kedua gunung tersebut juga mempunyai makna bagi kehidupan baik social, budaya, ekonomi dan relegi bagi masyarakat Magelang saat itu.

Ketika Belanda menguasai Magelang yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan, bangunan eks Karesidenan Kedu juga dibuat menghadap ke barat (arah gunung Sindoro dan Sumbing) oleh pemerintah Belanda.

4. Sistem Pemerintahan

Berdasar prasasti Mantyasih, dapat diketahui bahwa sistem kerajaan telah memiliki pijakan yang kuat dalam pemerintahan Mataram Hindu. Sistem tersebut secara tidak langsung telah menjelaskan adanya alur birokrasi dari tataran pemerintah pusat sampai pemerintahan yang paling bawah. Sistem ini sudah dimulai sejak zaman Sanjaya. Maka pada masa Balitung, sistem kerajaan tentu sudah mempunyai kelengkapan yang jauh lebih sempurna. Raja menjadi pemimpin tertinggi yang dibantu oleh I hino, I halu, I sirikan. Pemerintahan dibawahnya adalah seorang rakai yang menguasai wilayah watak, sedangkan pemerintahan paling bawah adalah rama yang menjadi kepala wilayah wanua.

Maka alur birokrasi yang dijalankan membutuhkan para pejabat yang secara berjenjang menjalankan tata pemerintahan dari atas sampai pemerintahan terbawah. Sehingga selain dibutuhkan pejabat yang bersifat birokratis, juga dibutuhkan kelengkapan komponen pemerintahan baik untuk keamanan (prajurit dan pimpinanya), pertanian (sistem dan petugas yang dibutuhkan), perpajakan (sistem dan petugas yang dibutuhkan), keagamaan (pemimpin agama/brahmana dan pemanfaatan, pemeliharaan dan pelestarian tempat suci), maupun profesi lain yang dibutuhkan oleh kerajaan. Makin lengkap dan kuat komponen pemerintahan, akan membawa dampak pada keberlangsungan kekuasaan rajanya. Uraian tentang para pejabat kerajaan dari raja sampai wanua (desa) sudah pernah diulas penulis pada tulisan di kompasiana. (https://www.kompasiana.com/ciptolelono0907/6670ca4bed641545ae2ae022/jejak-peradaban-hindu-di-magelang-membaca-warta-magelang-dari-prasasti-canggal)

Berdasar prasasti tersebut dapat diketahui bahwa status pemerintahan Magelang adalah sebagai wilayah wanua, sehingga pejabat pemerintahanya bergelar rama. Namun peristiwa penetapan sima wilayah Mantyasih saat itu diperintah oleh pejabat kerajaan yang bergelar Patih.

5. Sistem Keagamaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun