Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Peradaban Hindu di Magelang: Membaca Warta Magelang dari Prasasti Canggal

18 Juni 2024   06:53 Diperbarui: 18 Juni 2024   06:54 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teks Prasasti Canggal yang asli. Sumber:           https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/munas/prasasti-canggal

Bahasa sanskereta dan huruf Pallawa yang terpahat dalam prasasti Canggal, secara langsung menunjukkan adanya pengaruh India di wilayah Magelang pada abad VIII M (732 M). Baik bahasa maupun huruf tersebut identik dengan kaum brahmana di India. Sebab menurut beberapa sumber, kaum brahmanalah yang memahami bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.

Dengan demikian selain terjadinya interaksi sosial yang bersifat internal sesama warga Magelang, juga sudah memungkinkan terjadinya interaksi yang bersifat eksternal, khususnya dengan India. Tentu interaksi tersebut selain bersifat keagamaan, juga bisa bersifat perekonomian.

b. Struktur sosial

Ada dua struktur sosial yang selalu muncul di masyarakat yaitu lapisan sosial (stratifikasi sosial) dan diferensiasi sosial. Lapisan sosial ditandai perbedaan tingkatan status sosial dari bawah sampai ke atas. Sedangkan diferensiasi sosial lebih pada munculnya perbedaan status sosial secara horizontal, sehingga di masyarakat muncul aneka status sosial maupun peran sosial.

1. Struktur Sosial Vertikal

Struktur sosial vertikal di Magelang abad VIII M juga sudah terpengaruh India. Sebab berdasar prasasti Canggal, sistem pemerintahannya adalah kerajaan. Maka struktur sosial vertikal tertinggi adalah raja. Sebab berdasar isi prasasti Canggal dijelaskan bahwa Sanjaya adalah raja yang memimpin kerajaan, sebagai pengganti raja sebelumnya yaitu Sanna. Setelah raja tentu ada para pejabat pembantu raja. Mengingat Mataram Kuno bergama Hindu, tentu juga terpengaruh sistem kasta yang menetapkan garis keturunan sebagai penentu. Sehingga muncul kasta brahmana, ksatria, waisya dan sudra. Walaupun dalam praktiknya, sistem kasta yang berkembang di Nusantara (Mataram Hindu) tidak se kaku yang ada di India. Hal ini membuktikan bahwa nenek moyang kita saat itu sudah mengembangkan langkah local genius (kearifan lokal).

Bagan diolah dari Soekmono,1990:11:Dokpri
Bagan diolah dari Soekmono,1990:11:Dokpri
Menurut Cristie:1986(dalam Maziyah,2018:188) secara vertikal wilayah Mataram Kuno dibagi menjadi kerajaan (raja sebagai penguasa), watak (rakai sebagai penguasa), dan wanua (rama sebagai penguasa). Maka secara vertikal struktur sosial yang muncul adalah raja, rakai, dan rama, rakyat jelata. Secara hirarki dapat dijelaskan sebagai berikut:

Lapisan sosial berdasar kekuasaan Mataram Hindu (diolah dari beberapa sumber).Dokpri
Lapisan sosial berdasar kekuasaan Mataram Hindu (diolah dari beberapa sumber).Dokpri

Berdasar bagan tersebut raja memiliki lapisan sosial tertinggi atas dasar keturunan. Lapisan sosial berikutnya adalah rakai/samgat (pejabat tingkat watak). Di bawahnya adalah lapisan sosial rama (pejabat tingkat wanua). Paling bawah adalah lapisan sosial rakyat jelata yang pada umumnya sebagai petani. Lapisan sosial tersebut bersifat tertutup. Sebab dasar lapisan sosialnya berdasar keturunan. Seorang rakai/samgat dapat menempati lapisan teratas apabila berhasil melakukan pemberontakan. Sehingga rakai tersebut menjadi pendiri dinasti (keturunan baru).

Apakah pada masa Sanjaya sudah mengenal nama-nama pejabat tersebut? Bisa saja belum. Sebab nama-nama jabatan tersebut terurai pada prasasti masa Kayuwangi (856-882 M). Yang pasti Sanna adalah raja, Sanjaya juga raja yang menggantikan Sanna. Sebagai raja mereka adalah penguasa tertinggi yang tentu mempunyai para pejabat di bawahnya sampai pada rakyat yang diperintahnya.

 Berdasar tradisi yang sering ditemui, nama-nama jabatan juga bisa diwariskan dari generasi pendahulu. Apalagi sistem kerajaan adalah pengaruh yang berasal dari India. Bisa saja nama-nama jabatan juga terpengaruh dari kerajaan di India. Yang pasti kekuasaan tertinggi pada tahun 732 M adalah raja Sanjaya. Siapa saja para pembantu di istana serta para pejabat di bawah raja, belum bisa diungkapkan. Tata birokrasi Mataram kuno sudah nampak lengkap pada abad IX (setidaknya pada masa pemerintahan Kayuwangi). Namun berdasar prasasti Canggal, dapat disimpulkan bahwa sistem kerajaan sudah diterapkan dalam penerapan kekuasaan. Dengan kata lain pada tahun 732 M, Magelang menjadi salah satu wilayah yang berada dalam kekuasaan kerajaan Mataram Kuno masa Sanjaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun