Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Salatku

4 Mei 2024   06:25 Diperbarui: 4 Mei 2024   06:49 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Resah dan gelisah mengusik kalbu

Saat diri ini mengeja tentang salat yang masih jauh dari makna

Di tengah rasa gundah sedang menyela, seorang ulama memberi fatwa

Tentang salat dan nilai utama dalam kehidupan manusia

Rasa gelisah terus berkecamuk di dalam dada ini

Diri ini termenung dan meratapi diri

Mengapa salat belum terpatri dalam hati

Saat diri ini merenung tentang kemana arah akhir hidup ini

Lalu bertanya dalam hati, layakkan diri ini masuk di dalam surga-Nya?

Butir air mata mengalir deras membasahi pipi

Saat menyadari salat belum temukan esensi

Sambil bertanya dalam hati, sudahkan diri ini benar-benar sudah salat?

Dalam nurani ini terenda kata-kata, mengapa lisan ini masih jauh dari kejujuran?

Mengapa, perilaku keji dan munkar masih mewarnai diri ini?

Bukankah salat adalah jalan menuju surga-Nya?

Tak harus lelah, bangun kesadaran diri

Bahwa salat adalah tiang agama

(Pakcip belajar menulis Puisi ke 6)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun