Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Tipologi Guru dari Aspek Fiqh: Sebagai Guru, Kita Ada di Tipe Apa?

17 Mei 2023   07:57 Diperbarui: 19 Mei 2023   09:51 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi guru ideal adalah cita-cita. Namun menuju tahta tersebut tentu membutuhkan perjuangan panjang dan berliku. Itulah yang menyebabkan tidak banyak guru yang berhasil meraihnya. Membincang sosok guru ideal itulah di masyarakat memunculkan aneka sebutan yang diberikan kepada guru.

Banyak sebutan yang disematkan kepada guru. Sebutan yang sering populer yang secara turun temurun dalam persepsi orang Jawa adalah "digugu dan ditiru" (sosok yang ucapan dan perilakunya dijadikan pedoman). Selain itu juga muncul sebutan dalam bentuk peribahasa "guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Selain sebutan tersebut lebih mengarah pada kompetensi guru baik pedagogik maupun sosial, sebutan tersebut juga bersifat simbol moralitas yang semestinya dijunjung tinggi oleh guru. Ada pula yang membuat tipologi guru didasarkan pada kaidah fiqh ibadah yang juga populer di kalangan umat Islam yang sering disebut wajib, sunah, makruh, mubah dan haram (Yusron Aminuloh:2014).  Ulasan tipologi tersebut  sepertinya juga menyoroti secara kualitatif guru dalam menjalankan tugas profesinya berdasar sisi pedagogik, sosial, profesional dan aspek kepribadian, walaupun dengan ulasan yang lebih populer dan membumi.

Tipologi Guru dalam sudut pandang Fiqh

Ada beberapa tingkatan guru yang secara kualitatif bersifat analogis dalam konsep fiqh ibadah ketika guru menjalankan tugas profesinya. Ulasan ini lebih bersifat kualitatif berdasar pada seberapa besar atau kesungguhan, kualitas intelektual dan moral guru menjalankan tugas profesinya. Tingkatan tersebut bisa saja dikategorikan amat baik, baik, cukup baik, kurang baik, tidak baik bahkan sampai derajat sangat tidak baik.

Ada beberapa tingkatan guru yang secara kualitatif bersifat analogis dalam konsep fiqh ibadah ketika guru menjalankan tugas profesinya. Ulasan ini lebih bersifat kualitatif berdasar pada seberapa besar atau kesungguhan, kualitas intelektual dan moral guru menjalankan tugas profesinya. Tingkatan tersebut bisa saja dikategorikan amat baik, baik, cukup baik, kurang baik, tidak baik bahkan sampai derajat sangat tidak baik.

a. Guru Wajib

Konteks guru tipe ini adalah tipe guru yang keberadaanya dipandang sebagai sosok yang harus ada. Sebab keberadaanya sangat dibutuhkan oleh siswa maupun sekolah. Jadi tipe guru ini selalu diharapkan kehadirannya. Setidaknya guru ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1.   Apabila tidak ada, siswa merasa kehilangan

Guru ini mempunyai pengaruh positip bagi siswa dan sekolahnya. Semua yang dilakukan selalu memberikan manfaat untuk siswa dan sekolahnya. Maka saat ia tidak ada, siswa dan sekolah merasa kehilangan.

2.  Melayani siswanya secara profesional.

Ia selalu menyuguhkan menu-menu pembelajaran yang bisa mengasah pikiran dan hati siswa-siswinya. Ia tidak pernah kering dari ide baru dan inovasi dalam merancang pembelajaran, sehingga siswa merasa selalu tertantang dan mempunyai inspirasi dalam mengasah pikirannya.

3.  Perilaku dan tindakannya menjadi teladan siswanya

Guru ini senantiasa menampilkan perilaku dan tindakan yang senantiasa dapat diteladani oleh siswanya. Walaupun ia bukan manusia sempurna, namun perilaku dan tindakanya selalu memberikan makna bagi diri dan siswanya.

4.  Selalu memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang berguna

Guru ini mempunyai moto dalam hidupnya agar semua waktunya bermanfaat untuk diri dan lingkunganya. Maka sehari-harinya selalu memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat. Tidak membuang waktu secara cuma-cuma. Semua itu dilakukan sebagai ungkapan sukur atas waktu yang masih diberikan.

5.  Selalu memelihara energi yang positip

Guru tipe ini mempunyai habits selalu memelihara energi hidup yang positip yaitu sikap hidup yang selalu ditandai dengan kebaikan demi kebaikan. Sehingga ia tidak sibuk membincang kekurangan orang lain, tapi lebih sibuk mengoreksi kekurangan diri sendiri.

6.  Ketika tidak ada, sulit mencari gantinya

Mengapa sulit mencari penggantinya, sebab guru tipe ini adalah guru yang dalam menjalankan tugasnya dengan menghadirkan lahir dan batinnya, ya pikiran ya hatinya. Sehingga siswa merasa mendapatkan sentuhan baik pikiran maupun hatinya. Oleh sebab itu, guru tipe ini ketika tidak ada, sulit dicari penggantinya.

Teman-teman se profesi, beranikah kita menyatakan diri masuk dalam kategori guru wajib dengan ciri-ciri tersebut? Jika berani, berarti kita memang menjadi guru hebat. Sebab tipe ini akan bisa diraih oleh guru yang luar biasa. Namun kalau belum berani, mari kita simak tipologi berikutnya!

b. Guru Sunah

Sebagaimana hukum sunah, maka melakukan sesuatu kebaikan, lebih baik daripada tidak melakukan karena ada pahalanya. Maka tipe guru ini juga bisa dikatakan sebaiknya ada baik di tengah siswa maupun sekolah. Sebab tipe guru secara umum mempunyai karakteristik sama dengan guru wajib. Namun ada satu yang membedakan, kalau guru ini tidak ada, masih bisa mencari gantinya. Pendek kata, masih ada guru-guru lainnya yang mampu memenuhi semua krtiteria guru sunah, walaupun hanya satu atau dua guru.  

Teman-teman se profesi, beranikah kita menyatakan diri kita masuk dalam kategori guru sunah? Kalau berani, itu tandanya kita menjadi guru yang patut bersyukur. Sebab kita bisa menjalankan tugas semaksimal mungkin.  Selanjutnya kita bisa menentukan langkah apa saja yang perlu kita siapkan agar dapat mempertahankan tipologi guru sunah?

c. Guru Makruh

Garis besar guru tipe ini adalah kehadiranya dianggap tidak begitu penting baik oleh siswa maupun sekolah. Sebagaimana hukum makruh, lebih baik tidak mengerjakan daripada mengerjakan. Hal ini berarti bahwa sang guru lebih baik tidak ada daripada ada. Bahkan kehadirannya dianggap sebagai beban oleh siswa maupun sekolah. Guru tipe ini setidaknya mempunyai ciri-ciri:

1.   Apabila tidak ada, siswa dan sekolah merasa senang

Guru tipe ini tidak bisa memberikan pengaruh yang positip bagi siswa maupun sekolah. Semua yang dilakukan selalu ada pamrih pribadinya. Sehingga semua yang dilakukan tidak bisa dirasakan manfaatnya baik oleh siswa maupun sekolah. Maka saat ia tidak ada, siswa dan sekolah merasa senang.

2.  Melayani siswanya sekedar menggugurkan kewajiban.

Guru tipe ini tidak mampu menyuguhkan menu-menu pembelajaran yang bisa mengasah pikiran dan hati siswa-siswinya. Pikirannya kering dari ide baru dan inovasi. Tipe guru ini selau menjadikan siswa sebagai tumpuhan kesalahan kalau tujuan pembelajaran gagal dicapai. Proses pembelajaran yang dijalankan monoton dan jauh dari inovasi dan kreativitas.  Sehingga siswa merasa bosan dan jenuh. Sebab siswa tidak merasa di asah pikiran apalagi hatinya.

3.  Perilaku dan tindakannya tidak bisa menjadi teladan siswa

Guru ini senantiasa menampilkan perilaku dan tindakan yang senantiasa bertentangan dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai guru. Maka perilaku dan tindakanya jauh dari nilai keteladanan. Bahkan tidak ada upaya sedikitpun untuk berbenah diri. Kehadiranya di kelas selalu memberikan kegelisahan kepada siswanya.

4.  Selalu memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang tidak berguna

Guru tipe ini tidak mau memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat. Maka sehari-harinya selalu memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Ngobrol sana sini, gunjing sana sini se akan menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan. Ia selalu  membuang waktu secara cuma-cuma. 

5.  Selalu memelihara energi yang negatif

Guru tipe ini mempunyai habits sering memelihara energi yang negatif yaitu sikap hidup yang selalu ditandai dengan kebiasaan yang tidak bermanfaat. Ia sering sibuk  membincang kekurangan orang lain, tetapi tidak mau mengoreksi kekurangan diri sendiri.

Teman-teman se profesi, beranikah kita secara jujur menyatakan diri kita masuk dalam kategori guru "makruh"? Jika berani, maka mari kita perlu mawas diri, hal apa saja yang menjadikan kita berada dalam tipologi ini? Selanjutnya mari berbenah mumpung masih dikarunia kesempatan.  Mari kita simak tipologi berikutnya!

d. Guru Mubah

Guru tipe ini keberadaanya biasa-biasa saja. Semuanya standar, tidak ada yang menonjol, tidak ada yang istimewa. Pokoknya biasa-biasa saja. Namun guru tipe ini tidak menjadi beban orang lain. Guru tipe ini mempunyai ciri sebagai berikut:

1.  Apabila tidak ada, siswa dan sekolah merasa biasa-biasa saja

Guru tipe ini tidak bisa memberikan pengaruh yang maksimal bagi siswa maupun sekolah. Semua yang dilakukan biasa-biasa saja. Tidak mempunyai prestasi dalam menjalankan tugasnya. Semangat menjalankan tugas juga biasa-biasa saja. Maka saat ia tidak ada, siswa dan sekolah merasa biasa-biasa saja. Sebab yang lain masih banyak, sehingga sangat mudah mencari penggantinya.

2.  Melayani siswanya dalam kondisi pas-pasan atau apa adanya saja

Guru tipe ini tidak mampu menyuguhkan menu-menu pembelajaran yang bisa mengasah pikiran dan hati siswa-siswinya. Ia sebatas mengajar apa adanya dengan persiapan apa adanya juga. Guru tipe ini juga kering dari ide baru dan inovasi dalam pembelajaran. Tipe guru ini menjalankan tugasnya juga sebatas menggugurkan kewajiban. Proses pembelajaran yang dijalankan juga monoton dan jauh dari inovasi dan kreativitas. Guru tipe ini juga tidak mempunyai kepedulian terhadap masalah yang ada pada diri siswa.  Prinsip yang dipegang, yang penting saya sudah menjalankan kewajiban sebagai guru.

3. Perilaku dan tindakannya juga tidak bisa menjadi teladan siswa

Guru ini senantiasa menampilkan perilaku dan tindakan yang biasa-biasa saja. Guru tipe ini lebih berpikir untuk kepentingan dirinya semata. Guru tipe ini tidak bisa menjadi teladan siswa, sebab apa yang dilakukan hanya biasa-biasa saja. Tipe guru ini tidak senang dengan tantangan, tidak mau mau menyesuaikan dengan tuntutan. Ia menjalankan tugas sekedarnya. Dulu sampai sekarang itu-itu saja yang dilakukan. Maka guru ini sekali lagi kering dari ide-ide baru.

4. Tidak mau (enggan) memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang berguna

Guru tipe ini sama dengan tipe guru makruh dalam memanfaatan waktu. Guru tipe ini juga tidak mau memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat. Maka sehari-harinya juga selalu memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Ngobrol sana sini, gunjing sana sini juga menjadi kebiasaan sehari-hari. Ia selalu  membuang waktu secara cuma-cuma. 

5.  Selalu memelihara energi yang negatif

Guru tipe ini sama dengan tipe guru makruh. Ia juga mempunyai habits sering memelihara energi yang negatif. Ia juga sering sibuk  membincang kekurangan orang lain, tetapi tidak mau mengoreksi kekurangan diri sendiri.

Teman-teman se profesi, beranikah kita secara jujur menyatakan diri kita masuk dalam kategori guru "mubah"? Jika berani, maka mari kita juga perlu mawas diri dan berani mencari hal apa saja yang menjadikan kita berada dalam tipologi ini? Selanjutnya mari berbenah mumpung masih dikarunia kesempatan agar kita bisa lebih menyukuri nikmat yang diamanahkan kepada kita.

e. Guru Haram

Guru tipe ini kehadirannya tidak dikehendaki baik oleh siswa maupun sekolah. Sebab semua sepak terjangnya senantiasa membuat orang lain gelisah dan tidak nyaman. Ucapan dan tindakannya senantiasa membuat orang lain terluka. Guru ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1.  Apabila tidak ada, siswa dan sekolah merasa sangat senang

Guru tipe ini hanya bisa ngomong sana sini, kritik sana sini, namun nihil dari kebaikan apalagi prestasi. Maka saat ia tidak ada, siswa dan sekolah merasa sangat senang. Sebab mereka merasa lebih tenang dan nyaman ketika ia tidak ada. Pendek kata, kehadiranya tidak diharapkan, sebaliknya ketidakhadirannya sangat diharapkan.

2.  Melayani siswanya semaunya sendiri.

Guru tipe ini adalah guru yang gagal dalam memberikan layanan kepada siswanya. Guru yang juga gagal dalam mengasah pikiran apalagi hati siswanya. Ucapan dan tindakannya senantiasa sering melukai, merasa dirinya paling bisa (padahal jauh dari mampu). Ia sering meninggalkan tugasnya dengan berbagai alasan.  Tipe guru ini menjalankan tugasnya bukan saja sebatas menggugurkan kewajiban, namun lebih pada sekehendaknya sendiri. Tidak mau diingatkan, kebal terhadap kritik, sulit diajak maju, tidak mempunyai malu saat terlambat,dll. Siswa tidak hanya bosan, namun juga merasa tertekan.

3.  Perilaku dan tindakannya juga tidak bisa menjadi teladan siswa

Guru ini senantiasa menampilkan perilaku dan tindakan yang bertentangan dengan aturan dan nilai pada umumnya. Guru tipe ini juga kehilangan sensitivitas terhadap nilai salah dan buruk dalam berperilaku. Berperilaku salah, indisipliner, seakan menjadi kebanggaan. Guru tipe ini sangat jauh dari keteladanan yang diharapkan siswa.

4.  Selalu memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang berguna

Guru tipe ini gagal dalam memanfaatkan waktu. Sepanjang waktu hanya menyebarkan energi negatif. Maka sehari-harinya juga selalu memanfaatkan waktunya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Bukan saja ngobrol sana sini, gunjing sana sini, namun juga hobi mengisi waktu untuk hal-hal yang bertentangan dengan aturan yang ada.  

5.  Selalu memelihara energi yang negatif

Guru tipe ini sepanjang hidupnya selalu memelihara dan menyebarkan energi negatif. Maka tipe guru demikian tidak akan merasakan ketenangan dalam hidupnya. Ia  dijauhi siswa maupun teman-teman sejawatnya. Sebab kehadiran dia selalu menebarkan energi negatif. Kanan kirinya merasa tersiksa apabila bersamanya.

Teman-teman se profesi, kalau bisa, kita berjuang agar tidak menjadi guru tipe ini. Sebab selain kasihan pada diri sendiri, juga siswa kita dan sekolah kita. Pokoknya ngeri dan ngerilah...apabila kita berada dalam tipologi ini.

Tipologi di atas hakikinya merupakan nasihat kebaikan kepada kita yang telah menyatakan siap berprofesi sebagai guru. Selain nasihat, tipologi tersebut juga memberikan motivasi kepada kita agar tidak terlena menjadi sosok yang "anggun secara intelektual, social dan spiritual". Sebab hakikinya semua yang kita lakukan (berkualitas atau tidak) kembalinya bukan kepada orang lain, namun kembali kepada kita sendiri. Semoga spirit untuk mengkualitaskan diri, terus menggelora dalam relung hati kita sebagai guru.  

Referensi:

Yusron Aminulloh. 2014. Ubah Mindset Pembelajaran. Yogjakarta.Aswaja Presindo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun