Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

SDIT Larish Kembangkan 5 Kebutuhan Siswa Kelas I Melalui Pesantren Ramadan

5 April 2023   07:05 Diperbarui: 5 April 2023   07:12 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siswa Sekolah Dasar kelas I merupakan kelas transisi dari pra sekolah menuju masa sekolah. Maka anak-anakpun masih perlu adaptasi dari masa bermain menuju masa mulai belajar. Mengingat masa transisi, guru dalam menanamkan nilai-nilai takwa melalui kegiatan puasa, perlu memahami perkembangan kognitif maupun psikososial mereka. Pemahaman terhadap kedua hal tersebut sebagai bahan dalam merancang kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga rancangan kegiatan bisa tepat sasaran.

1. Perkembangan Kognitif

Siswa SD kelas I mempunyai perkembangan kognitif yang dipengaruhi oleh lingkungan sosial terdekatnya. Mereka akan melakukan imitasi terhadap ucapan dan perilaku yang dilihat dan didengarnya. Peningkatan pemahaman terhadap berbagai konsep didasarkan pada kemampuan visual dan audio. Oleh sebab itu mendampingi siswa kelas I SD membutuhkan langkah tersendiri dibandingkan kelas-kelas di atasnya. 

Demikian juga dalam menanamkan nilai-nilai takwa melalui kegiatan puasa. Maka harus disesuikan dengan karakteristik tahapan perkembangan kognitifnya. Dalam catatan Stanford Children's Health (https://www.orami.co.id/) anak usia 6-7 tahun terdapat tahapan perkembangan kognitif sebagai berikut: a) belajar memahami konsep angka dan waktu, b) belajar dari apa yang dibaca dan didengarnya (visual dan audio), 3) mulai belajar mengembangkan kemampuan berpikir logis dan mengolah informasi, 4) memahami perintah yang terdiri dari 3 bagian terpisah, 5) memprediksi pola, serta mengenali dan menciptakan pola sendiri, 6) menghitung sampai 100 dengan lompatan 2, 5, dan 10 angka.

Karakteristik perkembangan kognitif tersebut lebih didasarkan pada kemampuan melihat dan mendengar terhadap rangsangan yang diterima dari luar. Maka kalau rangsangan tersebut apabila positip ya positip yang ditangkapnya, sebaliknya apabila negatif, ya negatif yang ditangkapnya.

2. Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial siswa SD kelas 1 berkorelasi dengan perkembangan emosional dan sosialnya. Emosional mereka ditandai dengan kesadaran tentang peran orang lain di sekitarnya. Anak-anak biasanya mengekspresikan rasa ingin tahunya tentang kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh orang terdekatnya. Memilih pakaian sendiri, menyisir rambut sendiri, mandi sendiri, maupun mencuci pakaian sendiri. Ekpsresi tersebut sebagai ungkapan perkembangan emosional yang mereka miliki.

Dilansir dari situs (https://www.halodoc.com/) secara sosial anak usia SD kelas 1 (usia 6-7) tahun ditandai adanya ketertarikan untuk berteman dan melakukan sesuatu bersama teman sebaya (berlatih kerja tim).

Perasaan ingin diterima oleh teman sebaya juga menandai perkembangan sosial mereka.  Demikian juga mereka sudah mulai menunjukkan praktik kemandirian. Pendek kata secara sosial mereka sudah merasakan respek terhadap orang lain. Pada momen ini penanaman etika, sopan santun, empati, dll sangat tepat untuk dilakukan.

Dalam konsep kurikulum merdeka dikenalkan enam aspek perkembangan dari PAUD ke SD/MI yaitu: mengenal nilai agama dan budi pekerti, keterampilan sosial dan bahasa, kematangan emosi, kematangan kognitif, keterampilan motorik dan perawatan diri serta pemaknaan terhadap belajar yang positif.

Kebutuhan Mendasar Siswa SD Kelas I

Sebagai siswa masa transisi dari PAUD ke SD, maka ada lima kebutuhan mendasar yang perlu dipahami dan dilakukan oleh sekolah. Kelima kebuhan tersebut berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan intelektual, sosial dan spiritual siswa. Lima kebutuhan tersebut meliputi:

a) Mengenal nilai agama dan budi pekerti

Nilai agama dan budi pekerti merupakan kebutuhan azasi setiap individu. Sebagai bagian bangsa Indonesia, siswa kelas I SD juga perlu ditanamkan nilai-nilai tersebut baik melalui kegiatan pembelajaran di kelas, outing class, maupun kegiatan lain seperti kegiatan pesantren ramadan. Intinya bagimana siswa dapat mengetahui siapa dirinya terkait dengan eksistensi Tuhannya serta memahami kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan kepada Khaliq-Nya.

b) Keterampilan sosial dan Bahasa

Siswa kelas I SD, juga memerlukan kemampuan bersoasialisasi dengan orang lain baik teman sebaya, guru atau fihak lain yang terkait dengan siswa. Selain itu sekolah juga perlu mengembangkan kemampuan bahasa sebagai sarana berkomunikasi dengan orang lain.

Tadarus bersama pada kegiatan pesantren ramadan mempunyai banyak manfaat bagi perkembangan kognitif maupun psikosial siswa.Dok.sditlarish
Tadarus bersama pada kegiatan pesantren ramadan mempunyai banyak manfaat bagi perkembangan kognitif maupun psikosial siswa.Dok.sditlarish

Oleh sebab itu itu sekolah perlu mengembangkan keterampilan tersebut dengan berbagai kegiatan, termasuk dalam kegiatan pesantren ramadan.

c) Kematangan emosi

Kematangan emosi siswa kelas I SD juga perlu diasah oleh sekolah. Sebab pengasahan emosi sejak dini menjadi modal dasar bagi kematangan emosi mereka pada saat dewasa kelak. Pengendalian marah, tidak tergesa-gesa, dll merupakan keterampilan yang perlu diasah sejak kelas I. Pesantern ramadan bisa dijadikan sarana mengasah kematangan emosi siswa.

d) Kematangan kognitif

Kognitif siswa juga perlu dikembangankan melalui berbagai kegiatan. Apalagi anak kelas I SD juga masih berada dalam masa "pikiran emas". Sehingga peran sekolah sangat besar dalam mematangkan kognitif siswa melalui berbagai kegiatan. Oleh sebab itu kegiatan epsantren ramadan dapat dijadikan sebagai sarana untuk kemampuan tersebut.

e) Keterampilan motorik

Siswa kelas I SD juga sangat membutuhkan pengembangan keterampilan motorik. Oleh sebab itu sekolah harus berusaha dengan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan motorik siswa. Pesantren ramadan bisa dijadikan sarana mengembangkan keterampilan motorik.

4 Langkah Menanamkan Takwa di Bulan Puasa Bagi Siswa SD kelas I

Penanaman nilai takwa kepada siswa SD kelas I juga perlu dilakukan. Sebab apabila sejak kecil dibiasakan puasa, maka akan menjadi kebiasaan. Sehingga kelak saat dewasa, mereka melaksanakan puasa sebagai aktivitas biasa. Namun karena masih latihan, cara berpuasanya bisa setengah hari atau cara lain yang bisa memberikan edukasi kepada mereka.

Sekolah sebagai lembaga untuk menyemai nilai-nilai takwa siswanya juga perlu memperhatikan kondisi siswanya yang masih berada dalam masa transisi. Sehingga upaya menempa takwa yang dilakukan tetap didasarkan pada upaya membuat mereka bisa bergembira. Oleh sebab itu SDIT Larish Magelang, melaksanakan Malam Bina Takwa bagi siswanya yang kelas I dengan berbagai kegiatan yang bisa membuat para siswa bergembira. Adapun bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain:

1) Bercerita

Siswa SD kelas 1 belum mempunyai keterampilan baca dan tulis yang masuk kategori mahir. Maka bercerita menjadi metode yang dibutuhkan oleh mereka dalam berlatih membangun konsep tentang nilai-nilai yang ditanamkan. Langkah ini dimaksudkan untuk menanamkan nilai-nilai puasa kepada mereka. Tema yang dipilih antara lain cerita tentang Si Kaya dan si Miskin, Hati-hati dengan Pembohong, Jangan Dekati Syirik, Indahnya Salat Berjamaah, Puasa dicintai Allah, dll. Mengingat eranya pembelajaran berdiferensiasi, maka masing-masing kelompok bebas memilih tema ceritanya.

Salah satu siswa SDIT Larish kelas I sedang berlatih bercerita.Dok.sditlarish
Salah satu siswa SDIT Larish kelas I sedang berlatih bercerita.Dok.sditlarish
Melalui bercerita itu guru berusaha menanamkan nilai-nilai ketakwaan kepada siswa. Maka tema-tema yang dirancang semua bernuansa karakter yang bermuatan ketakwaan.

Menghafal ayat di depan teman-teman selain menanamkan nilai agama juga bisa melatih emosi.Dok.sditlarish
Menghafal ayat di depan teman-teman selain menanamkan nilai agama juga bisa melatih emosi.Dok.sditlarish
Menghafal ayat di depan teman-teman selain menanamkan nilai agama juga bisa melatih emosi.Dok.sditlarish
Menghafal ayat di depan teman-teman selain menanamkan nilai agama juga bisa melatih emosi.Dok.sditlarish
Oleh sebab itu guru yang mendampingi masing-masing kelompok, dituntut bisa memahami isi cerita serta bisa menghayati tentang ceritanya. Supaya pada saat bercerita bisa membawa pengaruh sugesti pada siswa yang memperhatikan.

2) Modeling

Modeling bisa dipahami sebagai proses belajar melalui observasi terhadap tingkah dari seorang individu atau kelompok yang menjadi sebagai model.  Modeling berperan sebagai rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau tingkah laku. Biasanya modeling memanfaatkan seseorang atau bahkan beberapa orang yang dianggap memiliki sikap yang teladan dan bisa berperan untuk merangsang pikiran, tindakan, maupun sikap orang lain.

Ekpresi guru saat menjadi model tentang tema yang sedang dibahas dalam kegiatan pesantren ramadan kelas I SDIT Larish.Dok.sditlarish
Ekpresi guru saat menjadi model tentang tema yang sedang dibahas dalam kegiatan pesantren ramadan kelas I SDIT Larish.Dok.sditlarish

Maka guru harus siap menjadi model bagi siswanya yang masih kelas I SD. Model yang diperankan guru akan mendorong siswa mengembangkan imajinasi, sikap dan tingkah laku yang biasanya diekspresikan dengan mengidentifikasikan dirinya dengan gurunya. Oleh sebab itu dalam kegiatan Malam Bina Takwa, perlu merancang konsep takwa yang bisa ditanamkan kepada siswa melalui Teknik modeling.

3) Mengembangkan motorik 

Lari sana lari sini adalah karakteristik anak usia SD kelas I. Maka rancangan kegiatan perlu juga mengasah pengembangan motorik siswa. Kegitan senam, melakukan observasi lingkungan alam dan sosial sekolah merupakan kegiatan yang perlu dilakukan oleh sekolah.

Senam dan jalan pagi bisa melatih perkembangan motorik siswa.Dok.sditlarish
Senam dan jalan pagi bisa melatih perkembangan motorik siswa.Dok.sditlarish
Senam dan jalan pagi bisa melatih perkembangan motorik siswa.Dok.sditlarish
Senam dan jalan pagi bisa melatih perkembangan motorik siswa.Dok.sditlarish

4) Menggunakan ITE

Siswa SD kelas I sekarang sudah hidup dalam lingkungan teknologi. Oleh sebab itu juga perlu dirancang kegiatan yang berbasis ITE. Tujuannya adalah megasah imajinasi, pengembangan kognisi siswa. Kegiatan dapat dilakukan melalui media LCD atau media elektronik lainnya yang relevan. Tayangan materi berupa aktivitas seseorang atau masyarakat yang bernuansa keislaman. Sehingga nilai-nilai ketakwaan dapat dilakukan dalam suasana siswa merasa senang.

Nonton tayangan film memenggunakan media LCD proyektor. Dok.sditlarih
Nonton tayangan film memenggunakan media LCD proyektor. Dok.sditlarih
Semua bentuk kegiatan tersebut secara pedagogik dilakukan untuk mengembangkan lima pilar pengembangan kognif dan psikososial siswa kelas I SD yang meliputi mengenal nilai agama dan budi pekerti, keterampilan sosial dan bahasa, kematangan emosi, kematangan kognitif, dan keterampilan motorik. Nuansa ramadan menjadi sarana yang tepat dapat mengembangkan aspek-aspek ketakwaan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun