Learning together merupakan salah satu teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan efektivitas kegiatan diskusi kelompok. Oleh sebab itu agar kegiatan diskusi yang akan dijalankan guru dapat efektif, guru perlu mengetahui baik konsep maupun langkah-langkah implementasi learning together.
Seperti diketahui bahwa diskusi kelompok mempunyai multimanfaat bagi peserta didik. Diskusi kelompok dapat melatih kecerdasan social peserta didik. Selain itu juga dapat melatih keterampilan kolaboratif peserta didik. Pada akhirnya diskusi kelompok dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tingi atau Hight Others Thinking Skill (HOTs) baik secara individual maupun bersama.
Oleh sebab itu, selain guru tetap dituntut berinovasi, guru juga dituntut mengeksplorasi aneka model, pendekatan dan pendekatan pembelajaran. Sebab bertambahnya pengetahuan guru dan pemahaman guru terhadap hal tersebut akan memudahkan guru dalam merancang pembelajaran yang berpusat pada peserta didik secara variatif.Â
Salah satu upaya yang bisa digunakan guru adalah teknik learning together. Tulisan ini difokuskan pada upaya guru meningkatkan efektivitas guru dalam kegiatan diskusi kelompok melaluil learning together.Â
Tentang konsep, keunggulan serta peran guru dalam kegiatan diskusi kelompok dapat dicermati pada artikel penulis berikut Mengapa Guru Perlu Memaksimalkan Diskusi Kelompok dalam Pembelajaran Berdiferensiasi?
Memahami Konsep Learning TogetherÂ
Learning together merupakan metode pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan cara mengelompokkan peserta didik yang berbeda tingkat kemampuan dalam satu kelompok. Masing-masing kelompok diberi tugas atau proyek yang harus diselesaikan secara bersama-sama. Langkah tersebut dikembangkan oleh Johnson dan Johnson (Sani, 2015: 191).
Huda (2012) menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe learning together berguna untuk memudahkan pembagian tugas dan memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab individunya sebagai anggota kelompok.Â
Lebih lanjut dijelaskan learning together disebut sebagai belajar bersama yang diartikan sebagai kegiatan belajar siswa secara bersama-sama untuk saling membantu memecahkan masalah.
Setidaknya ada tiga hal prinsip yang dapat disimpulkan dari pendapat tersebut. Pertama, learning together merupakan bagian dari pendekatan cooperative learning, sehingga efektivitas kerja sama harus menjadi target dalam proses pembelajaran.Â
Kedua, learning together adalah langkah belajar yang dilakukan bersama-sama oleh peserta didik dalam suatu kelompok untuk memecahkan masalah yang menjadi tugasnya.Â
Ketiga, learning together merupakan proses yang dapat melatih tanggung jawab individu sebagai anggota kelompok.Â
Berdasar paparan di atas dapat dijelaskan bahwa learning together merupakan teknik pembelajaran yang menekankan kerja sama dalam kelompok untuk memecahkan masalah. Pemecahan masalah melalui kerja sama inilah yang menjadi karakteristik learning together.
Huda (2012) secara teoritis, learning together mempunyai beberapa kelebihan: (a) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. (b) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. (c) mampu memperdalam pemahaman siswa. (d) melatih tanggung jawab siswa. (e) menyenangkan siswa dalam belajar. (f) mengembangkan rasa ingin tahu siswa. (g) meningkatkan rasa percaya diri siwa. (h) mengembangkan rasa saling memiliki dan kerja sama. (i) setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi. (j) menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
Implementasi learning together dalam proses pembelajaran
Dalam proses pembelajaran implementasi learning together dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, agar pembagian kelompok dapat bervariasi, guru perlu menerapkan diferensiasi sesuai kebutuhan peserta didik. Oleh sebab itu guru dapat melakukan asesmen formatif berdasar gaya belajar atau kesiapan belajar peserta didik. Langkah ini dimaksudkan agar kegiatan diskusi dengan teknik learning together yang digerakkan oleh guru sudah berdasar pada kondisi riil peserta didik.
2) Guru memberi proyek atau tugas untuk dikerjakan bersama oleh tiap-tiap kelompok. Proyek atau tugas yang diberikan sebaiknya berupa masalah yang problematik dan memerlukan pemikiran yang analitik.Â
Hasil proyek sebaiknya juga tidak dipaksakan oleh guru. Namun diserahkan kepada masing-masing kelompok, sesuai kesepakatan mereka.Â
Agar pembahasan masalah bisa mendalam, sebaiknya guru mengajak peserta didik menggunakan cara berpikir yang deduktif maupun induktif.Â
Selanjutnya agar peserta didik dapat menghasilkan produk kerjasamanya secara maksimal, guru sebaiknya memandu peserta didik dengan pertanyaan 5 W+ 1 H (what, when, where, who dan why+ how). Langkah tersebut akan melatih keterampilan berpikir yang realistis dan kontekstual.Â
3) Menugaskan kelompok membagi tugas kepada semua anggota sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Langkah ini bertujuan meningkatkan partisipasi semua anggota kelompok berpartisipasi dalam kegiatan memecahkan masalah yang ditugaskan.
4) Masing-masing anggota kelompok bekerja sesuai dengan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan bersama sehingga apabila ada anggota yang kesulitan, anggota lain wajib membantu.Â
5) Nilai diperoleh berdasarkan hasil kerja kelompok. Penilaian hasil tugas atau proyek masing-masing kelompok diberikan kepada kelompok bukan individu.Â
Langkah ini merupakan upaya guru menumbuhkan kerjasama kelompok sekaligus kebanggaan kelompok. Penilaian kepada kelompok juga dapat meningkatkan efektivitas kegiatan diskusi yang dilakukan oleh peserta didik.Â
Parameter yang dapat dijadikan pelaksanaan diskusi berjalan efektif dapat dilihat pada indikator berikut:
- Keterlibatan semua peserta didik secara maksimal dalam kegiatan diskusi
- Kondisi kelas berjalan secara dinamis dari proses awal sampai akhir kegiatan belajar
- Spirit maksimal dalam menjalan kompetisi hasil kerja kelompok
- Terjadi interaksi antar peserta didik maupun peserta didik dengan guru
- Hasil pelaksanaan tugas/proyek maksimal (tidak asal mengerjakan/asal-asalan)
- Sebagian besar peserta didik merasa puas atas pelaksanaan diskusi
Apapun kurikulumnya, keberhasilan tujuan pembelajaran berpulang kepada kita sebagai guru. Layanan pembelajaran yang inovatif menjadi kata kunci agar dapat melahirkan proses pembelajaran yang sesuai tuntutan kurikulum. Semoga bermanfaat.
Referensi
- Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Sani, Abdullah.2016. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta. Rosdakarya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H