Kualitas tersebut juga diimbangi dengan peningkatan kualitas hubungannya sesama manusia. Sehingga orang tersebut setelah puasa mempunyai perubahan perilaku yang lebih berkualitas baik secara vertikal maupun horizontal, baik secara personal maupun sosial. Dengan kata lain orang tersebut dapat merubah dirinya menjadi pribadi yang shaleh (baik personal maupun sosial). Â
Orang yang mempunyai kesalehan personal dan sosial akan ditandai dengan keterbukaan jiwanya menerima kebaikan dan kebenaran. Terus berjuang menjadi orang yang tidak takabur, berperilaku senang meminta maaf dan mudah memaafkan, menjauhkan diri dari sifat iri, dengki, hasut dan hal-hal  lain yang mengotori jiwa.
Ketika seseorang berpuasa, pasca puasa menampilkan diri demikian, bukankah orang tersebut telah memperoleh hadiah malam kemuliaan? Bukankah hal tersebut adalah pahala yang melimpah? Bukankah hal tersebut yang menjadi jembatan seseorang bebas dari api neraka?
Maka pelaksanaan puasa dengan ritual menahan lapar dan dahaga sehingga berhasil membawa perubahan jiwanya ke arah yang lebih baik, terdapat korelasi dan relevansi dengan profil seseorang dengan kesalehan personal maupun sosial.
Sehingga orang memperoleh malam lailatul qadar dapat merasakan pahala di dunia. Demikian juga orang lain juga akan bisa mendapatkan kemanfaatanya. Jika kondisi demikian dipertahankan terus menerus dengan landasan keikhlasan, maka pahalanya akan dibawa sampai di akhirat kelak.
Dengan kata lain, esensi pahala malam lailatul qadar yang diterima seseorang bukanlah sesuatu yang abstraks. Bukan pula berbentuk simbol-simbol kebendaan tertentu.
Namun bisa dirasakan efeknya pada perubahan jiwanya yang lebih terbuka dengan kebaikan, kemajuan, kemaslahatan, kebenaran,dll.Â
Pendek kata orang tersebut akan berjuang terus menerus menghilangkan aneka kotoran jiwa yang bisa membebaskan dirinya dari api neraka.
Kondisi demikian menjadi relevan dengan hadits nabi yang menjelaskan bahwa 10 hari pertama adalah rahmat, 10 hari kedua adalah ampunan, 10 hari ke tiga adalah terbebas dari api neraka. Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H