Silih bergantinya kurikulum di negeri ini adalah bukti bahwa pendidikan kita terus dalam proses pembenahan. Oleh sebab itu guru yang menjadi ujung tombak dalam pencapaian target kurikulum, dituntut memahami dinamika yang terjadi dan mempunyai kesadaran penuh untuk membuka wawasan atau pola pikir bahkan perilaku yang sesuai tuntutan kurikulum.
Pergantian kurikulum adalah proses evaluasi dan adaptasi. Proses evaluasi adalah proses pembenahan hal-hal yang dianggap kurang sesuai dengan tuntutan ideal yang ingin dicapai. Sedangkan proses adaptasi adalah proses penyesuaian terhadap tantangan riil yang dihadapi oleh dunia pendidikan kita.
Semua dinamika tersebut membutuhkan kesadaran guru untuk menampilkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Dengan kata lain kompetensi kepribadian guru juga harus relevan dengan tuntutan ideal yang dikehendaki. Oleh sebab itu sikap dan perilaku guru tidak bersifat kontra produktif terhadap tuntutan kurikulum.
2 Perilaku yang Harus Dihindari Guru Â
Guru sebagai manusia biasa, tentu tidak bisa sempurna dalam menjalankan tugas profesinya. Namun di tengah kelemahan yang mesti dimiliki, guru tetap dituntut menampilkan perilaku yang sesuai dengan dinamika sosial yang sudah dan terus berkembang dalam menjalankan tugas profesinya. Oleh sebab itu perilaku guru harus sesuai kebutuhan kekinian, sudah saatnya meninggalkan perilaku yang bertentangan dengan tuntutan dinamikan pendidikan.
1) Guru Otoritatif
Ototitatif adalah perilaku yang mengedepankan sikap sewenang-wenang. Guru model ini adalah guru yang ingin menang sendiri, merasa berkuasa. Sentuhan kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran biasanya cenderung kurang. Porsi memberikan kebebasan berpendapat kepada peserta didik relatif sedikit.
Apa dampak yang dirasakan oleh peserta didik? Ada beberapa kondisi yang dirasakan peserta didik antara lain: secara psikis takut terhadap guru, tidak berani berbeda pendapat dengan guru, selalu menjalankan tugas apa yang dikehendaki guru.
Ada beberapa ciri yang menandai guru otoritatif:
a. Orientasi layanan
Guru otoritatif mempunyai kecenderungan kuat dalam memberikan layanan lebih berorientasi tugas yang selalu diberikan kepada peserta didik. Tugas-tugas tersebut biasanya berupa soal-soal yang berisi materi yang harus dikerjakan. Maka guru model ini lebih berorientasi pada capaian materi. Orientasi dalam memaknai keberhasilan proses, langkah membangun hubungan dan interaksi antara guru-peserta didik, kurang mendapatkan perhatian.
b. Persepsi tentang potensi diri peserta didik
Guru tipe ini memosisikan dirinya lebih hebat, lebih pintar di banding peserta didik. Maka dalam proses pembelajaran peserta didik dipandang sebagai objek (bukan sebagai subjek). Dampaknya potensi peserta didik terhambat perkembangannya. Sebab guru kurang percaya pada kemampuan peserta didik.
c. Respon terhadap argumentasi peserta didik
Beda pendapat guru-peserta didik adalah hal yang semestinya. Adu argumen guru-peserta didik adalah hal yang semestinya. Sebab ilmu pengetahuan terus dinamis. Namun pada tipe guru yang otoriter argumentasi guru yang dianggap lebih benar/paling benar. Maka bangunan argumen peserta didik harus seperti yang diinginkan oleh gurunya.
Dampak perilaku guru model ini bagi peserta didik adalah tidak berkembangnya insiatif, kreativitas peserta didik. Trauma psikologis juga akan mewarnai proses pembelajaran yang dikelola guru model otoriter.Â
Apa bahayanya bagi pelaksanaan Kurikulum Merdeka? Kurikulum ini memberikan arah agar guru-peserta didik dalam proses pembelajaran dapat memberikan suasana bahagia. Oleh sebab itu tipe guru otoritatif sudah kurang relevan dengan tuntutan Kurikulum Merdeka.
Bagaimana merubah perilaku tersebut agar sesuai dengan tuntutan dinamika pendidikan sekarang?
a). Orientasi pembelajaran diarahkan pada perkembangan berpikir peserta didik; sehingga tumbuh inovasi, kreasi dan berlatih menjadi pribadi mandiri, bukan semata-mata target materi.
b). Persepsi guru harus diarahkan bahwa peserta didik mempunyai potensi yang bisa dikembangkan, bukan botol kosong yang harus diisi sebanyak-banyaknya. Sehingga tugas guru mengembangkan potensi yang sudah dimiliki agar tumbuh kecerdasan secara maksimal dengan metode, media, strategi maupun model pembelajaran yang relevan.
c). Guru harus menghargai argumentasi peserta dididik. Sebab langkah ini pada gilirannya akan menumbuhkan budaya bertanya dan menjawab, bukan sebaliknya peserta didik takut bertanya apalagi menjawab.
Guru model ini adalah guru yang tertutup. Guru ini umumnya merasa apa yang sudah dilakukan sudah baik. Dinamika yang terjadi tidak menjadikan dirinya beradaptasi. Namun tetap berpegang pada apa yang sudah dimiliki. Pada umumnya guru model ini mempunyai beberapa ciri:
a. Persepsi tentang keberhasilan pembelajaran
Guru model ini mempunyai pemahaman bahwa keberhasilan suatu pembelajaran apabila semua materi sudah disampaikan ke pada peserta didik. Oleh sebab itu guru selalu berusaha dengan berbagai cara agar materi dapat disampaikan secara tuntas.
b. Peran guru
Guru model ini melaksanakan perannya cenderung sebagai subjek pembelajaran. Konsep guru sebagai fasilitator belum banyak dilakukan. Maka posisi peserta didik dianggap sebagai penerima pengetahuan, guru sebagai pemberi. Proses pembelajaran yang terjadi lebih pada tranfer of knowledge, sedangkan transfer of value cenderung kurang mendapatkan perhatian. Pengelolaan kelas berjalan secara monoton.
c. Suasana kelas
Guru model konservasi ditandai suasana kelas yang miskin interaksi. Umumnya interaksi berjalan satu arah. Suasana dialogis kurang mendapatkan perhatian. Guru menjadi aktor utama dalam pembelajaran.
Tuntutan dalam setiap proses pembelajaran agar peserta didik merasa senang. Oleh sebab itu tugas kita sebagai guru berjuang untuk mewujudkan proses tersebut. Sebab apabila kondisi demikian sudah tewujud, pada saatnya guru memberikan tantangan kepada peserta didik agar dapat secara terus menerus mengembangkan daya kritisnya. Maka proses pembelajaran yang ditandai dominasi guru sudah saatnya kita tinggalkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H