c). Guru harus menghargai argumentasi peserta dididik. Sebab langkah ini pada gilirannya akan menumbuhkan budaya bertanya dan menjawab, bukan sebaliknya peserta didik takut bertanya apalagi menjawab.
Guru model ini adalah guru yang tertutup. Guru ini umumnya merasa apa yang sudah dilakukan sudah baik. Dinamika yang terjadi tidak menjadikan dirinya beradaptasi. Namun tetap berpegang pada apa yang sudah dimiliki. Pada umumnya guru model ini mempunyai beberapa ciri:
a. Persepsi tentang keberhasilan pembelajaran
Guru model ini mempunyai pemahaman bahwa keberhasilan suatu pembelajaran apabila semua materi sudah disampaikan ke pada peserta didik. Oleh sebab itu guru selalu berusaha dengan berbagai cara agar materi dapat disampaikan secara tuntas.
b. Peran guru
Guru model ini melaksanakan perannya cenderung sebagai subjek pembelajaran. Konsep guru sebagai fasilitator belum banyak dilakukan. Maka posisi peserta didik dianggap sebagai penerima pengetahuan, guru sebagai pemberi. Proses pembelajaran yang terjadi lebih pada tranfer of knowledge, sedangkan transfer of value cenderung kurang mendapatkan perhatian. Pengelolaan kelas berjalan secara monoton.
c. Suasana kelas
Guru model konservasi ditandai suasana kelas yang miskin interaksi. Umumnya interaksi berjalan satu arah. Suasana dialogis kurang mendapatkan perhatian. Guru menjadi aktor utama dalam pembelajaran.
Tuntutan dalam setiap proses pembelajaran agar peserta didik merasa senang. Oleh sebab itu tugas kita sebagai guru berjuang untuk mewujudkan proses tersebut. Sebab apabila kondisi demikian sudah tewujud, pada saatnya guru memberikan tantangan kepada peserta didik agar dapat secara terus menerus mengembangkan daya kritisnya. Maka proses pembelajaran yang ditandai dominasi guru sudah saatnya kita tinggalkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H