Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pandemi dan Proses Seleksi Alam Guru Mengembangkan Kompetensi

17 Maret 2022   07:21 Diperbarui: 18 Maret 2022   06:01 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi juga memunculkan seleksi alam bagi guru dalam mengembangkan kompetensinya. Guru hebat pada masa normal ternyata belum sehebat guru pada masa pandemi. 

Betapa pun harus diyakini bahwa tidak ada peristiwa yang tidak menyisakan hikmah. Pandemi yang melanda negeri sudah berjalan dua tahun juga memunculkan realita adanya seleksi alam bagi guru dalam mengembangkan kompetensinya.

Dunia pendidikan juga dihadapkan dengan silih bergantinya kebijakan. Sekarang boleh PTM, seminggu berikutnya sudah dilarang. 

Sekarang diizinkan PTM terbatas, dua pekan berikutnya harus kembali pada pelaksanaan pembelajaran daring lagi. 

Silih bergantinya kebijakan di bidang pendidikan lebih pada pertimbangan prioritas kesehatan guru dan peserta didik agar tidak terdampak pandemi.

Pada awal terjadinya pandemi, semua menikmati kegelisahan. Orang tua gelisah, peserta didik gelisah, guru juga mengalami kegelisahan. Sebab mau tidak mau guru harus beradaptasi dengan aplikasi teknologi. 

Akhirnya kata google classroom, google meet, telegram, zoom meeting, webinar menjadi kosakata di dunia pendidikan yang terus populer. 

Saat itulah semua komponen pendidikan menjadikan media tersebut dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas pendidikan.

Tipologi Guru 

Tipologi guru sudah banyak  dikemukakan para ahli dalam berbagai perspektif. Pada tulisan sederhana ini penulis membuat tipologi atas dasar kompetensi yang dikembangkan guru pada masa pandemi. Sekali lagi, patokan yang penulis gunakan adalah situasi pandemi.

Pembuatan tipologi guru tersebut semata-mata untuk mempermudah membedakan tipologi satu dengan yang lain dalam pengembangan kompetensinya. 

Penulis mencoba mengemukakan tiga tipologi guru masa pandemi yaitu guru sadar pandemi, guru cukup sadar pandemi, dan guru tidak sadar pandemi.

Tipologi pertama: guru sadar pendemi

Yaitu guru yang menganggap pandemi adalah tantangan. Maka guru akan berusaha menggunakan pikiran dan hati yang menjadi anugerah terbesarnya untuk mencari jalan keluar masalah yang dihadapi. 

Pendek kata, guru tipe ini selalu berusaha mendapatkan mutiara profesinya di tengah tantangan yang dihadapi.

Sebab mereka meyakini pandemi tetap akan memberikan hikmah bagi profesinya. Oleh sebab itu, guru terus berusaha dan beradaptasi dengan situasi baru dalam mengasah kompetensinya. 

Indikator sederhana antara lain partisipasinya dalam kegiatan webinar, diklat online, melakukan publikasi ilmiah sesuai kondisinya dilakukan guna terus mengasah kualitas kompetensinya.

Mereka terus berusaha berinovasi, mengembangkan kreativitas, melahirkan karya-karya profesi di tengah tantangan nyata yang dihadapi.  

Semua langkah tersebut semata-mata untuk menjaga layanan pembelajaran yang tetap berkualitas, walaupun dalam kondisi pandemi. 

Sebab guru menyadari bahwa dalam kondisi apapun, guru harus tetap menjadi aktor perubahan bagi peserta didiknya. Dengan kata lain guru "sadar diri" bahwa jiwa profesinya berada dalam tantangan.

PTM | Sumber: www.bharian.com.
PTM | Sumber: www.bharian.com.
Tipologi kedua: guru cukup sadar pandemi

Menurut penulis, guru pada tipe ini adalah guru yang mempunyai kesadaran tentang adanya pandemi. Namun kadar kesadarannya tidak totalitas. Maka guru pada tipe ini biasa-biasa saja dalam menghadapi pandemi. 

Mereka melaksanakan tugas seperti biasanya. Umumnya tingkat mengeluhnya minimal. Kegiatan pengembangan diri biasanya dilakukan sesekali saja. Namun minimal juga usaha mengasah kualitas profesinya. Guru tipe ini masih menjalankan tugas profesinya secara normatif.

Tipologi ketiga: guru tidak sadar pandemi

Yaitu guru yang tidak menyadari bahwa pandemi yang sedang dihadapi bersama. Guru tipe ini biasanya cenderung kurang senang dengan tantangan. 

Maka ketika muncul pandemi, ungkapan yang muncul cenderung mengeluh. Pandemi dijadikan kambing hitam. Guru tipe ini walaupun jumlahnya sedikit, kemungkinan juga ada.

Catatan: tipologi tersebut lebih bersifat imajinatif subyektif. Lepas dari benar atau salahnya, mari kita jadikan bahan introspeksi diri dalam menjaga marwah profesi guru dengan 4 (empat) kompetensi yang sudah diamanahkan.

Seleksi Alam 

Dalam setiap peristiwa akan muncul seleksi alam terhadap perilaku seseorang, demikian juga terjadinya pandemi ini. 

Pandemi akan menjadi proses seleksi alam bagi guru dalam mengembangkan kompetensi. 

Mindset dan orientasi guru  yang menjadi penentu proses seleksi alam tersebut. Mindset berkaitan pola pikir guru sedangkan orientasi berkaitan dengan arah atau tujuan perjalanan profesi yang diinginkan.

Apabila mindset dan orientasi guru sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan, maka dalam kondisi apapun, guru tetap berjuang meningkatkan kualitasnya. 

Maka guru yang terbiasa dengan orientasi layanan maksimal, pandemi menjadi tantangan bahkan inspirasi untuk meningkatkan kualitas kompetensinya.  

Munajadku 

Ya Alloh....sudah berpuluh tahun Engkau berikan amanah, namun peranku masih jauh dari kata berkah.

Ya Alloh....sudah sejuta peluh aku darmakan profesiku untuk peserta didikku, namun belum berarti apa bagi mereka, malah menambah deretan dosa-dosa hamba.

Ya Alloh....hamba-Mu terlena dalam langkah yang penuh keluh kesah, mudah menuduh peserta didikku bersalah.

Ya Alloh....jalan panjang profesi telah hamba lalui, namun belum berhasil membentuk rasa syukurku pada-MU ya Robbi. Sebab aku terlena dalam alibi kesibukan,  ketidaksepakatan dan segenap kegiatan yang tak jelas arah dan tujuan.

Ya Alloh....di tengah alpa dan khilaf yang hamba perbuat, hamba-Mu bermunajat tentang profesiku dapat menjadi jalan menggapai surga-Mu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun