Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Profil Pelajar Pancasila: Opsi dan Realisasi Menghadapi Tantangan Abad 21

3 November 2021   14:35 Diperbarui: 4 November 2021   08:04 8413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pelajar (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Oleh sebab itu secara konsep penyusunan Profil Pelajar Pancasila dalam menghadapi tantangan abad 21 merupakan langkah yang strategis. Sebab profil pelajar demikianlah yang akan mampu menguasai perkembangan era digitalisasi yang menandai abad 21.

Tantangan Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila

Secara umum tantangan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dapat dipetakan sebagai berikut:

1) Perubahan mindset guru

Mindset guru yang dibutuhkan adalah guru visioner, terbuka dengan pembaharuan, dinamis serta adaptif terhadap tuntutan peradaban.

Persoalan ini menjadi tantangan yang tidak ringan. Sebab hal ini berkaitan dengan sikap mental. Maka pengambil kebijakan sudah saatnya menerapkan perlu menerapkan langkah reward and punishment. Pengambil kebijakan sudah perlu menerapkan manajemen "bermain layang-layang." Layang-layangnya adalah guru. 

Sebagai layang-layang perlu dilepas dan ditarik kembali ke pemiliknya. Pada akhirnya harus bisa dikembalikan pada pemilik layang-layang. Terlalu kencang memainkan layang-layang ada potensi putus. Namun terlalu melepas layang-layang ada potensi salah arah.

2) Pragmatisme sikap birokrasi pendidikan

Kebijakan semua birokrasi pendidikan dituntut selaras dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Sehingga semua kebijakan yang diambil harus mendukung ke arah terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. 

Kebijakan yang bersifat formalitas-adminsitratif dan hanya berorientasi pada jabatan sudah saatnya dihilangkan. Hal ini untuk mengantisipasi bahwa program untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila tidak hanya sebagai jargon maupun slogan semata.

3) Kondisi riil sebagian peserta didik kita yang kontraproduktif dengan tujuan ideal tersebut hendaknya menjadi bahan renungan mendalam dalam mengambil kebijakan

Perkelahian pelajar, aksi pornografi, penyalahgunaan narkoba, dll menjadi contoh bahwa sebagian peserta didik belum siap dengan perubahan yang dijalankan.

4) Proses pembelajaran

Tiga ranah (kognitif, sikap dan keterampilan) yang merupakan output proses pembelajaran memerlukan penanganan yang seimbang. Sebab secara teoritis tuntutan kurikulum menyaratkan tiga ranah tersebut harus dituangkan dalam laporan penilaian. 

Langkah menyeimbangkan tiga ranah tersebut membutuhkan skill dan langkah yang terpadu, terukur dan menyeluruh. Ketiga ranah tersebut semestinya menjadi ukuran tingkat keberhasilan peserta didik.

Namun realita di lapangan lebih cenderung ukuran hasil penilaian kognitif yang lebih dominan mendapat perhatian. Penilaian sikap kurang mendapatkan perhatian yang seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun