Pandemi tidak saja berdampak pada kegalauan guru dan peserta didik serta orangtua. Namun juga berdampak bagi sekolah TK yang menjadi sekolah pilihan di masyarakat (unggulan). Sekolah-sekolah tersebut sebelum pandemi, selalu terpenuhi kuotanya walaupun harus membayar yang bisa dibilang "banyak". Â
Selama pandemi, dua kali PPDB (khususnya tahun ke dua) muncul fenomena berkurangnya jumlah peserta didik. Sejak pembelajaran daring diterapkan, banyak orangtua yang memilih opsi tidak menyekolahkan anaknya terlebih dahulu.Â
Dampak yang dirasakan bagi TK yang biasanya menjadi idola (rujukan) bagi masyarakat kekurangan peserta didik. Sebagian besar TK akhirnya juga terdampak adanya pandemi.Â
PTM bagi orangtua menjadi masa "kegairahan" untuk menitipkan ke TK yang dianggap idola (rujukan). Bagi sekolah juga PTM juga menjadi magnet dalam menarik kepercayaan masyarakat.
Ada beberapa hal yang menjadi sebab mengapa PTM menjadi magnet.
a). Pembelajaran daring dirasa orangtua hanya mampu mentransfer sebagian kecil pengetahuan terhadap putra putrinya yang usia TK. '
Pembelajaran daring akhirnya juga memberikan tambahan tugas baru orangtua dalam menangani masalah pembelajaran anak-anaknya. Oleh sebab itu PTM dianggap sebagai solusi dalam mengembangkan pengetahuan putra putrinya, walaupun belum setiap hari.
Maka PTM dianggap sebagai solusi yang bisa menjembatani masalah penanaman kebiasaan dan sikap. Sebab ekspresi emosi sang guru melalui aktivitas "hynoteaching" hanya bisa dilakukan ketika pembelajaran melalui tatap muka.
Pembiasaan berbuat santun, berbagi pada sesama maupun penanaman nilai-nilai toleransi akan efektif apabila dilakukan dengan tatap muka. Apalagi peran guru dalam melakukan pembiasaan hidup sehat seperti "toilet training" akan terkendala dengan penerapan pembelajaran daring.
c). Anak usia TK proses imitasinya lebih dominan pada apa yang dilakukan, diucapkan oleh gurunya daripada orang tuanya (walaupun orang tuanya juga guru). Maka PTM dianggap sebagai solusi yang bisa menyelesaikan masalah tersebut.
d). Anak-anak usia TK mempunyai anggapan bahwa disebut sekolah apabila bersama dengan gurunya dan teman-temannya secara langsung, bukan dengan pembelajaran daring. Pembelajaran daring dianggap seperti melihat video sebagaimana mestinya.
Sehingga PTM dianggap sebagai magnet bagi sekolah untuk mendapatkan tambahan peserta didik. Sedangkan bagi orangtua menjadi magnet untuk menyekolah anak-anaknya di sekolah pilihan yang dianggap sesuai dengan visi dan misi keluarganya.
Pembelajaran daring bagi anak-anak usia TK memunculkan persoalan tersendiri. Sebab pada usia tersebut anak-anak masih membutuhkan pendampingan langsung melalui interaksi dan komunikasi langsung dengan orang-orang yang di sekitarnya (secara khusus guru).Â
Sehingga pembelajaran daring dipersepsi sebagai proses "bukan sekolah" tetapi bermain video semata. PTM semoga menjadi kesempatan emas dalam mengembangkan masa-masa berpikir emasnya (gold mind).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H