Mohon tunggu...
cipto lelono
cipto lelono Mohon Tunggu... Guru - Sudah Pensiun Sebagai Guru

Menulis sebaiknya menjadi hobi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

PTM dan Magnet Sekolah TK "Unggulan"

2 September 2021   09:42 Diperbarui: 2 September 2021   13:41 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PTM terbatas TKIT Rsh Salaman Magelang dimonitor dari Pengawas Dinas Pendidikan (Dokumentasi pribadi)

Pandemi tidak saja berdampak pada kegalauan guru dan peserta didik serta orangtua. Namun juga berdampak bagi sekolah TK yang menjadi sekolah pilihan di masyarakat (unggulan). Sekolah-sekolah tersebut sebelum pandemi, selalu terpenuhi kuotanya walaupun harus membayar yang bisa dibilang "banyak".  

Selama pandemi, dua kali PPDB (khususnya tahun ke dua) muncul fenomena berkurangnya jumlah peserta didik. Sejak pembelajaran daring diterapkan, banyak orangtua yang memilih opsi tidak menyekolahkan anaknya terlebih dahulu. 

Dampak yang dirasakan bagi TK yang biasanya menjadi idola (rujukan) bagi masyarakat kekurangan peserta didik. Sebagian besar TK akhirnya juga terdampak adanya pandemi. 

PTM bagi orangtua menjadi masa "kegairahan" untuk menitipkan ke TK yang dianggap idola (rujukan). Bagi sekolah juga PTM juga menjadi magnet dalam menarik kepercayaan masyarakat.

Ada beberapa hal yang menjadi sebab mengapa PTM menjadi magnet.

a). Pembelajaran daring dirasa orangtua hanya mampu mentransfer sebagian kecil pengetahuan terhadap putra putrinya yang usia TK. '

Pembelajaran daring akhirnya juga memberikan tambahan tugas baru orangtua dalam menangani masalah pembelajaran anak-anaknya. Oleh sebab itu PTM dianggap sebagai solusi dalam mengembangkan pengetahuan putra putrinya, walaupun belum setiap hari.

Keterangan: Saat peserta didik dibiasakan shalat jamaah (Dokumentasi pribadi)
Keterangan: Saat peserta didik dibiasakan shalat jamaah (Dokumentasi pribadi)
b). Penanaman pembiasaan, penanaman sikap hampir tidak bisa dijalankan. 

Maka PTM dianggap sebagai solusi yang bisa menjembatani masalah penanaman kebiasaan dan sikap. Sebab ekspresi emosi sang guru melalui aktivitas "hynoteaching" hanya bisa dilakukan ketika pembelajaran melalui tatap muka.

Pembiasaan berbuat santun, berbagi pada sesama maupun penanaman nilai-nilai toleransi akan efektif apabila dilakukan dengan tatap muka. Apalagi peran guru dalam melakukan pembiasaan hidup sehat seperti "toilet training" akan terkendala dengan penerapan pembelajaran daring.

c). Anak usia TK proses imitasinya lebih dominan pada apa yang dilakukan, diucapkan oleh gurunya daripada orang tuanya (walaupun orang tuanya juga guru). Maka PTM dianggap sebagai solusi yang bisa menyelesaikan masalah tersebut.

d). Anak-anak usia TK mempunyai anggapan bahwa disebut sekolah apabila bersama dengan gurunya dan teman-temannya secara langsung, bukan dengan pembelajaran daring. Pembelajaran daring dianggap seperti melihat video sebagaimana mestinya.

Keterangan: saat peserta didik dipandu untuk melakukan prokes oleh gurunya (Dokumentasi pribadi)
Keterangan: saat peserta didik dipandu untuk melakukan prokes oleh gurunya (Dokumentasi pribadi)
e). Pengembangan keterampilan juga dirasa tidak maksimal ketika dilakukan guru TK melalui pembelajaran daring. Sebab anak-anak TK untuk menanamkan pengetahun, sikap dan keterampilan dilakukan sambil bermain melalui proses pembelajaran tatap muka.

Keterangan: pengembangan keterampilan dalam PTM terbatas (Dokumentasi pribadi)
Keterangan: pengembangan keterampilan dalam PTM terbatas (Dokumentasi pribadi)
Beberapa hal tersebut akhirnya menjadikan orangtua enggan menyekolahkan anak-anaknya di sekolah TK yang dianggap unggulan di masyarakat. Sehingga daya tampung sekolah TK yang unggulan tersebut berkurang. 

Sehingga PTM dianggap sebagai magnet bagi sekolah untuk mendapatkan tambahan peserta didik. Sedangkan bagi orangtua menjadi magnet untuk menyekolah anak-anaknya di sekolah pilihan yang dianggap sesuai dengan visi dan misi keluarganya.

Pembelajaran daring bagi anak-anak usia TK memunculkan persoalan tersendiri. Sebab pada usia tersebut anak-anak masih membutuhkan pendampingan langsung melalui interaksi dan komunikasi langsung dengan orang-orang yang di sekitarnya (secara khusus guru). 

Sehingga pembelajaran daring dipersepsi sebagai proses "bukan sekolah" tetapi bermain video semata. PTM semoga menjadi kesempatan emas dalam mengembangkan masa-masa berpikir emasnya (gold mind).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun