Kondisi demikian terjadi sejak Konggres I di Yogjakarta 1909 sampai tahun 1912. Beberapa pengurus inti dari kalangan priyayi antara lain Tirtokusumo dan Pangeran Notodirojo.Â
Orientasi mereka adalah azas "kebangsaan Jawa". Puncak dari dinamika yang terus melemah, akhirnya memunculkan organisasi-organisasi pergerakan yang lebih progresif yaitu Sarikat Islam dan Indiche Partij pada tahun 1912.Â
Perkembangan akhir, dr Soetomo yang menjadi pendiri akhirnya keluar dari Boedi Oetomo dan mendirikan partai baru bernama Parindra. Kondisi demikian juga menjadikan Boedi Oetomo berada dalam jerat ilusi kebangsaan.
Boedi Oetomo Menjadi Ispirasi lahirnya Organisasi Perjuangan BerikutnyaÂ
Belajar dari kondisi riil yang dialami Boedi Oetomo, maka lahirlah organisasi Sarikat Islam dan Indiche Partij. Kedua organisasi ini lahir melengkapi cita-cita ideal anak bangsa yang haus dengan aroma kebebasan. Menuju kebebasan tersebut jalan yang harus ditempuh adalah jalur politik.
Sarikat Islam merupakan organisasi yang bersifat "nasionalis-demokratis-ekonomis". Didirikan oleh HOS Tjokroaminoto dengan embrio Sarikat Dagang Islam yang didirikan oleh H.Samanhudi.Â
Selanjutnya Indiche Partij yang didirikan oleh Tiga Serangkai (dr Tjipto Mangunkusumo, E.D.Dekker dan Suwardi Suryaningrat). Indiche Partij berdiri di atas dasar nasionalisme yang luas menuju kemerdekaan Hindia.(Sartono Kartodirjo:192)
Lahirnya kedua organisasi tersebut  tentu terinspirasi oleh Boedi Oetomo. Inspirasi tersebut dapat dicermati pada aktor penggerak organisasi yang lebih mengedepankan kaum terpelajar dan tujuan oraganisasi yang lebih fokus di bidang politik. Sebab dalam pandangannya, perubahan nasib kaum bumi bumetera (pribumi) hanya dengan politik, bukan pada jalur lainnya.
Referensi:
1) Sartono Kartodirjo,dkk:Sejarah Nasional Indonesia Julid V. Depdikbud. 1975.
2) Sartono Kartodirjo.Pengantar Sejarah Indonesia Baru, Sejarah Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme. PT Â Gramedia Pustaka Utama.1999.