Branding sekolah bisa dipahami sebagai kondisi spesial yang menarik yang dimiliki oleh sekolah. Branding tersebut kemudian dianggap sebagai wajah khusus yang membedakan dengan sekolah lain. Sehingga muncul istilah sekolah olah raga, sekolah seni, sekolah wirausaha,dll.
Intinya branding sekolah itu penting bagi sekolah. Setidaknya bisa menunjukkan kepada masyarakat tentang layanan spesial yang akan diberikan oleh sekolah. Sehingga menyusun branding sekolah diperlukan langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah itu diperlukan agar branding yang disusun bukan plagiasi, atau sekedar ikut-ikutan. Tetapi berdasar pada proses dan pertimbangan yang realistik.
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam menyusun branding sekolah.
Pertama, Â lakukan identifikasi potensi peserta didik yang sebagian besar dimiliki oleh peserta didik. Setidaknya sekolah bisa memperoleh gambaran umum potensi peserta didiknya. Langkah ini penting, agar penentuan branding sekolah tetap berorientasi pada kemampuan peserta didik.
Kedua, lakukan identifikasi tentang potensi guru yang akan menjadi pendamping peserta didik dalam menjalankan branding sekolah. Langkah ini penting agar penentuan branding bisa dilakukan oleh potensi internal sekolah, walaupun sekolah boleh bersinergi dengan unsur-unsur terkait di luar sekolah.
Ketiga, lakukan identifikasi kearifan lokal yang berkembang di lingkungan sekolah. Langkah ini penting agar penentuan branding sekolah tetap bisa bersinergi dengan lingkungan sosial di mana sekolah berada.
Keempat, lakukan identifikasi potensi yang ada di lingkungan di mana sekolah berada, baik sosial, ekonomi, agama maupun budayanya. Langkah ini setidaknya bisa menjadi pertimbangan dalam menentukan branding sekolah.
Kelima, lakukan identifikasi kondisi sosial ekonomi wali murid yang "menyekolahkan" putra-putrinya di sekolah. Langkah ini setidaknya untuk memberikan gambaran tentang kemungkinan kontribusi baik anggaran maupun skill yang dibutuhkan.
Dari beberapa langkah tersebut, sekolah bisa menyusun skala prioritas berdasar potensi internal  yang memungkinkan baik sumber daya manusia, skill maupun ketersediaan dana penopang. Setelah itu tetapkan branding dengan pertimbangan yang memungkinkan bisa dilakukan oleh sekolah.
Misalnya, hasil identifikasi terhadap peserta didik banyak yang berminat dengan kegiatan seni. Guru-guru juga senang dengan kegiatan seni. Ketepatan sekolah tersebut berada di tengah masyarakat yang berprofesi sebagai seniman-seniman lokal. Wali murid juga ditemukan beberapa yang berprofesi sebagai penari tarian lokal.
Maka sekolah tersebut bisa mengambil branding sekolah tentang "Kesenian Lokal."
Ketika kesenian lokal dijadikan branding, maka idealnya pembinaan kegiatan seminggu dua kali, setidaknya satu kali dalam seminggu. Alasanya mendasarnya, agar nuansa seni lokal sebagai branding sekolah lalu kelihatan.Â
Selanjutnya dalam kurun waktu tertentu dilombakan dan ditampilkan di berbagai even sekolah. Syukur-syukur sekolah bisa menggunakan momen-momen di luar sekolahnya, baik di tingkat desa, kecamatan maupun jenjang yang lebih tinggi.
Pada akhirnya  masyarakat diharapkan mengenal sekolah tersebut sebagai sekolah kesenian lokal.
Contoh lain sebagai Iustrasi. Sekolah tersebut ada di lingkungan obyek wisata dunia, sehingga banyak turis berdatangan di obyek tersebut. Wali muridnya sebagian besar berpendidikan rata-rata baik. Sosial ekonomi wali murid kelas rata-rata kelas menengah. Guru-gurunya ada yang mempunyai kopetensi Bahasa Inggris.
Maka sekolah tersebut bisa menjadikan " Bahasa Inggris Aktif (Bicara dengan Turis Asing)" sebagai branding sekolahnya.
Agar semua warga mudah mengingat branding sekolahnya, Â gunakan slogan-slogan yang singkat dan menarik. Semoga bermanfaat !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H