Mohon tunggu...
Cipta AndistyaJTM
Cipta AndistyaJTM Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger

Mengkaji isu wisata

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Yang Indah di Layar Kaca Belum Tentu Indah di Pelupuk Mata (Wisata Grojogan Watu Purbo)

28 Juni 2023   17:44 Diperbarui: 28 Juni 2023   17:55 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa tempat memang indah saat diabadikan, beberapa dari yang lain hanya bagus untuk sekedar dilihat secara langsung. Sisanya, hanya bagus untuk sekedar di upload di sosial media. 

Hari minggu menjadi waktu yang paling direncanakan, tapi siapa tahu bisa menjadi hari yang paling tidak memuaskan. Pagi itu motor saya sudah dipanasi untuk menuju Grojogan Watu Purbo bersama kekasih saya. Tidak hanya membawa diri, kami membawa 2 botol air minum sebagai upaya pengiritan anak kos di akhir bulan. Destinasi sudah ditentukan melalui pencarian google dengan kata kunci "wisata alam terdekat". Melihat foto-foto air terjun yang jernih dan batu-batu sungai yang di tumpuk dengan indah menjadi alasan saya menuju tempat tersebut. Perjalanan dilakukan di bulan April 2023. 

Tidak lama, 15 menit perjalanan dan kami sampai di sebuah sudut perkampungan dengan pematang sawah yang sangat luas. Kekasih saya mencoba mencari di mana jalan setapak menuntun ke pintu masuk yang tidak jelas arahnya. Kemudian terlihat beberapa bapak-bapak yang menjaga gapura bertuliskan "Grojogan Watu Purbo" memungut uang retribusi sebesar Rp 5000 untuk satu kendaraan bermotor yang melintas. Setelah itu, kami diarahkan untuk menuju tempat parkir berupa gubuk bambu yang sudah usang. Kami agak terkejut karena mereka yang mengarahkan kami tidak memberi karcis atau meminta uang retribusi lagi. Kekasih saya meminta helm yang saya pakai dan menaruhnya di spion motor, dan berpamitan dengan bapak tukang parkir berharap untuk dijagakan motor kami. 

Menuju jalan masuk air terjun saya sangat bersemangat karena suara air sangat dekat dengan telinga saya. Jalan setapak dilalui melewati banyak pedagang makanan ringan, pedagang buah salak dan pedagang soto sangat menggoda penciuman kami. Saya dan kekasih belum sempat sarapan di jalan, kami kemudian memutuskan untuk  berhenti di warung soto milik salah seorang ibu paruh baya. 

"Mari mbak mau beli apa?" Saya memesan dua porsi soto dan sebuah teh hangat. Makanan datang dengan porsi yang memuaskan, porsinya banyak dan kuahnya panas. Seusai makan dan minum kami menghela napas tanda kekenyangan. 

Saat berada di warung kami juga tidak berinisiatif untuk bertanya mengenai Grojogan Watu Purbo, yang kami lihat hanyalah walaupun di hari minggu tidak banyak orang berkunjung. 15 menit kami duduk untuk makan kemungkinan hanya ada sekitar 20 orang berkunjung, tidak seperti atraksi wisata alam lainnya yaitu goa pindul, pantai parangtritis dan sejenisnya yang bisa mencapai ratusan orang datang setiap jamnya. Tidak berpikiran buruk, kamipun melanjutkan perjalanan karena sudah sangat senang mendengar suara guyuran air yang besar. 

Sekitar 20 meter berjalan di arah jalan setapak kami mulai melihat aula yang berada di depan kami memutar lagu dangdut dengan kumpulan ibu-ibu bernyanyi. Semakin kami mendekat, bebatuan air terjun mulai terlihat. Saya senang bukan kepalang sehingga memutuskan berlari menuju kerumunan ibu-ibu yang sedang berfoto ria. Namun, ekspresi saya ketika berubah. 

Awalnya saya tersenyum lebar hingga menarik tangan kekasih saya. Namun, mata saya tiba-tiba turun dan genggaman di tangan kekasih saya tiba-tiba longgar. Airnya coklat! Seperti bekas banjir dengan beberapa dahan yang tersangkut. Saya tiba-tiba cemberut. Kekasih saya mencoba menghibur "Gapapa masih ada airnya, ayo jalan ke bawah kita lihat airnya dari bawah." 

Penampakan Grojogan Watu Purbo secara langsung, gambar dok. pribadi
Penampakan Grojogan Watu Purbo secara langsung, gambar dok. pribadi

Ditengah hembusan angin pagi saya berusaha mengikuti langkahnya ke bawah dengan langkah yang tidak bersemangat. Di turunan tangga ketiga saya berbincang dengan penjaga air terjun. "Pak memang hari apa airnya terlihat jernih?". Beliau menjawab "Ga pernah jernih mbak". Saya semakin terkejut mendengar pernyataannya. Ternyata sejak tahun 2017 penambangan semen di buka di bagian hulu sungai airnya tidak pernah jernih. Mungkin sekalinya jernih adalah hari raya idul fitri karena pabrik semen berhenti beroperasi. Sangat ironis mengingat potensi airnya sangat bagus untuk dijadikan tempat wisata. Belum sempat saya berbincang mengenai perizinan pembangunan pabrik semen dan respon warga, kekasih saya memanggil saya di seberang waduk. Dia ternyata sudah berjalan ke seberang tanpa alas kaki. 

Grojogan watu purbo sendiri sebenarnya adalah waduk dengan tingkatan berbeda untuk mengatur debit air. Ada sekitar 5 tingkatan, dan saat itu debit air tidak terlalu tinggi sehingga pengunjung bisa berjalan di tengah waduk untuk menyebrang. Khawatir risiko terpeleset saya meminta kekasih saya untuk berada di bawah saja karena airnya lebih jernih. 

Gambar dok. pribadi
Gambar dok. pribadi

Di bawah, pemandangan yang diberikan lebih menarik. Seperti perbukitan hijau di anime Ghibli. Udara yang berhembus juga sangat asri, dan terdapat seranggga-serangga kecil yang bersembunyi dibalik semak semak. Di bawah aliran air mengalir perlahan dengan jernih karena banyak di saring pasir dan rerumputan yang telah dilewati. Kami berdiam mencari tanda tanda kehidupan ikan-ikan kecil di beberapa kubangan air jernih. Tidak jarang terlihat banyak warga lokal yang mencari rumput dan membawa sapinya ke sana. 

Walaupun telah merasa dibohongi akan kondisi air terjun yang jauh dari ekspektasi namun kami senang berada di sana. Kami bisa menikmati 2 jam yang berharga untuk melihat alam dan sejenak melupakan hiruk pikuk aktivitas urban kami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun