Mohon tunggu...
Cipta Mahendra
Cipta Mahendra Mohon Tunggu... Dokter - Dokter yang suka membaca apapun yang bisa dibaca.

Kesehatan mungkin bukan segalanya, tapi segalanya itu tiada tanpa kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kenapa Kita (Harus) Bersekolah?

28 Juni 2021   23:26 Diperbarui: 29 Juni 2021   07:52 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak sekolahan. (KOMPAS. com/FITRI R)

Aspek ini juga cukup penting untuk diajarkan kepada para murid semasa bersekolah. Anda tentu ingat kan, bagaimana sosiologi mengenalkan ragam budaya dan psikologi manusia? Bagaimana agama dan kewarganegaraan mengajarkan arti ketakwaan dan kesetiaan, bhinneka tunggal ika? Apa tujuan numero uno-nya? Toleransi. Bumi ini begitu beragam, tidak hanya hewan dan tumbuhannya, tapi juga manusianya. Manusia Indonesia tidaklah sama dengan manusia Eropa, Amerika, Cina, Jepang, dan negara lainnya. 

Jangankan beda negara, masih sama-sama di Indonesia saja juga berbeda-beda kan? Sifat dan karakter orang Sumatera berbeda dengan Jawa. Sifat dan karakter orang Kalimantan tentu berbeda dengan Maluku dan Papua. Sekolah memberitahu dan mengajarkan bahwa perbedaan itu hal yang sangat biasa, bukan untuk ditakuti dan dirasa sebagai ancaman. 

Justru perbedaan itu indah, membuat kita tidak pernah kehabisan bahan eksplorasi untuk dijelajahi dan dialami. Anda lihat saja di Youtube, TikTok, atau apapun itu; Ada saja ulasan menarik tentang kebudayaan dan gaya hidup orang atau bangsa lain yang tidak pernah berkesudahan untuk dijadikan konten. Banyak yang bisa kita saksikan dan ambil intisarinya.

Kalau orangnya tidak bersekolah, bisa dibayangkan jadi seperti apa nanti. Dia tidak bisa melihat ada yang berbeda dengan dirinya, seakan dia menjadi liyan dan ancaman yang harus dibasmi. Jadilah penyimpangan seperti intoleransi dan bahkan terorisme, yang akarnya tentu dari ketidakmauan untuk menerima kenyataan bahwa perbedaan itu ada dan biasa. 

Dia tidak mau mencoba memahami dan mengubah perspektif berpikir dengan sudut pandang orang lain. Pokoknya yang paling bener itu diri sendiri, yang lain pasti salah. Pikirannya cetek sekali. Orang punya gaya hidup nyeleneh, tidak suka dan langsung sibuk nyinyir sana sini. Orang peluk agama lain, langsung dicap sesat dan kafir. Lihat orang kaya dan makmur, iri dan mencari hal-hal aneh untuk mendiskreditkan orangnya; miara babi ngepet, jin/tuyul, pesugihan, pasang jimat, ini itu. Kacau beliau...

Intisari

Sekolah itu penting, tapi itu karena ada maksud agung yang dibawanya demi mencerahkan pikiran dan membawa kebahagiaan hidup setiap insan yang mengenyamnya, bukan hanya sekadar dicap penting tanpa tahu alasan filosofisnya.

Saya rasa sebagian Kompasianer disini mungkin ada yang sudah tahu hal-hal yang saya curcol-kan disini; Anggaplah tulisan ini sebagai penyegaran kembali saja jika memang demikian adanya.

Memang benar kalau tidak semua ilmu yang diajarkan di sekolah itu terpakai secara nyata saat kita sudah dewasa seperti sekarang ini, apalagi yang sudah agak dalam dan cenderung 'spesialistik'. Tidak semua suka biologi, tidak semua suka fisika atau kimia, tidak semua suka sosiologi, ekonomi, geografi, musik, kesenian, atau apapun itu, tapi dasar untuk semua bidang keilmuan itu harus diketahui dulu karena semua yang sifatnya dasar itu pasti penting sampai akhir hayat untuk kesejahteraan hidup kita sendiri nantinya.

Lagipula tidak ada salahnya juga dengan ilmu pengetahuan; semakin banyak tahu akan semakin membuka cakrawala dan khazanah kita sendiri.

Paling tidak, ilmunya itu nanti bisa diwariskan ke sanak saudara, seperti apa yang saya lakukan sekarang. Itu toh menghemat uang; tidak perlu lagi membayar jasa bimbel, cukup saya saja yang mengajarnya cuma-cuma (free).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun