Sebagian umat Buddha lain juga ada yang menaruh patung-patung lain di altar penyembahannya selain patung Buddha; biasanya berupa patung dewa-dewi yang berkaitan dengan kebudayaan Tionghoa karena adanya faktor historis kesamaan tempat berkembangnya ajaran-ajaran lokal setempat (Taoisme, Konfusianisme) di negeri Cina/Tiongkok. Sebut saja patung dewa Kuan Kong, dewi Kuan Im, dewa Tai Shang Lao Jun, dsb. Mereka ini sendiri bukan tokoh apapun dalam Buddhisme, tetapi sering disembah karena alasan yang sama dengan terhadap patung Buddha. Dengan ritual penyembahan patung itu, diharapkan para umatnya bisa merenungkan dan meneladani semua sifat baik yang dilakukan sosok yang diwakili patung tersebut. Umat Buddha yang baik tidak fanatik dengan agamanya sendiri dan bisa berdampingan dengan patung-patung dan juga ajaran-ajaran dari kepercayaan lain, selama intisari yang terkandung di dalamnya punya niat baik dan tidak ada maksud jahat atau menjelek-jelekkan umat atau ajaran lain.
Penutup
Inilah beberapa stereotipe dari berbagai orang yang masih sering saya dengar di telinga tentang agama Buddha. Semoga tulisan saya ini bisa memberi pengertian untuk pembaca sekalian yang masih belum tahu latar belakang di balik anggapan-anggapan itu dan makna sebenarnya yang dimaksudkan dari anggapan yang berasal dari apa yang dilihat orang kebanyakan dari luarnya saja. Semoga tulisan - yang cukup panjang - ini bisa bermanfaat bagi para pembaca kompasiana di sini. Tabik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI