2008
"Ayah, ayo kita lihat sapi!" seru gadis kecil bernama Aresha, "Adek mau lihat sapi!"
Ayah tersenyum, ia meletakkan koran di atas meja, melepaskan kacamatanya dan menggendong anaknya yang masih berusia 7 tahun. "Iya, Dek. Nanti sore kita ke lapangan ya untuk melihat sapi. Besok sapinya dipotong, adek sedih, nggak?"
Aresha tersenyum, ia menggelengkan kepalanya hingga rambutnya yang dikuncir dua itu bergerak menepis pipi gembilnya. "Enggak dong. Kata ayah kan tahun depan ada lagi."
2010
"Adek, ayo ke lapangan. Katanya mau lihat sapi dan kambing? Hari ini ada Nana juga lho." Ayah membangungkan Aresha yang masih terlelap pada pukul 8 pagi. Aresha membuka matanya perlahan, ia hanya membuka matanya dan memandang wajah ayahnya.
Ayah menggendong Aresha. "Yuk, beres-beres. Nanti sore ayah kerja, jadi kita lihat sapinya pagi saja ya."
2015
"Ayaaaaah."
"Ayoooo lihat sapiiiiiii."
Aresha terus menarik ayahnya yang masih tertidur lelap. "Kata ayah sore ayah pergi kerja, ayo kita lihat sapi pagi-pagi."
Ayah terbangun.
2019
"Halo, Aresha. Kamu pulang jam berapa? Ayah hari ini pergi kerja sore hari, ayo kita jalan-jalan lihat sapi."
"Hallo, Yah? Iya, ini Aresha sudah di jalan pulang. Tadi Aresha ketemu sama Nana jadi ngobrol sebentar setelah kerja kelompok. Ayah ke rumah sakit jam berapa?"
"Ayah jam 5 sore berangkat. Ya sudah, ayah tunggu di rumah ya."
Langit dan Pahlawan
Setiap tahun, Aresha selalu pergi melihat sapi bersama ayah ke lapangan di dekat rumahnya. Idul Adha menjadi tanggal merah paling menyenangkan bagi Aresha karena ia dapat melihat sapi, kambing, dan domba yang jarang ia temukan di hari biasa. Momen menjelang Idul Adha adalah hari dimana ia akan bertemu orang banyak, berkumpul bersama teman-teman dan para tetangga.
Sebagai anak kecil, memberi makan sapi dan domba adalah hal yang paling menyenangkan! Apalagi kalau hewan-hewan Qurban itu mengeluarkan suaranya. Hahaha ... suaranya lucu, kata Aresha. Ia paling girang untuk bereaksi.
"Ayah, nanti kalau dipotong, Ibu sapi dan Ayah sapinya nangis enggak?" tanya Aresha ketika ia berusia 8 tahun.
Waktu terus berlalu, gadis berkuncir dua dengan pipi gembil saat ini telah tumbuh sebagai gadis remaja. Sementara ayah, semakin hari semakin tua, dan saat ini semakin sibuk.
Aresha merasa Idul Adha tahun ini sangat berbeda.
Tanpa ayah.
Tanpa teman.
Tanpa berkumpul.
Sejak tahun 2020.
[WhatsApp]
Aresha:
Ayah, lagi apa?
Ayah:
Sedang istirahat. Sebentar lagi ayah harus mendampingi pasien.
Sangat banyak pasien seminggu terakhir.
Aresha:
Sudah makan belum?
Ayah:
Setelah ini ayah makan. Aresha tidak perlu pergi ke lapangan ya. Saat ini Covid-19 sedang meningkat, kita harus banyak berdiam diri di rumah. Ayah terlalu sering menyaksikan banyak orang kehilangan di sini.
Aresha:
Iya, Ayah. Aresha di rumah saja. Ayah jaga kesehatan di sana, ya. Aku kangen banget sama ayah. Sudah 2 tahun kita tidak jalan-jalan melihat sapi.
Ayah:
Iya, Aresha. Ayah berharap pandemi ini cepat berakhir.
Aresha:
Ayah pahlawan yang keren! Semangat Pak Dokter terhebat!
Ayah adalah pahlawan bagi Aresha, pahlawan sebagai ayah, juga pahlawan sebagai Dokter yang keren sebagai garda terdepan menangani virus Covid-19. Aresha tetap bersyukur sekalipun sudah dua tahun kehilangan momen Idul Adha sebagaimana mestinya, tetapi saat seperti ini, bisa melihat langit dengan kondisi sehat sudah menjadi kebahagiaan bagi Aresha.
Gadis ini hanya berharap pandemi Covid-19 cepat berakhir supaya ia bisa pergi lagi bersama ayah di hari Idul Adha selanjutnya, bertemu teman, berkumpul bersama tetangga. Aresha berharap ayah tidak lagi menyaksikan banyak kehilangan di hari lainnya.
Aresha memandang langit di jam 10 pagi, langit yang cerah, warna biru yang menenangkan dan dihias dengan awan-awan putih seperti bulu domba, Aresha tersenyum.
"Ternyata langit hari ini sangat cerah. Idul Adha seperti ini tetap menyenangkan." Aresha mengamati gumpalan awan yang membentuk sesuatu. "Wah, awannya mirip bentuk sapi. Hahaha. Ayah harus liat sih, aku foto deh."
Di tempat lain, dari gedung tinggi bertingkat, Ayah juga menatap langit dari jendela, melirik ponselnya yang menampilkan foto awan berbentuk sapi, ayah melihat objek yang sama dengan anaknya dan ayah tersenyum.
"Saya bersyukur masih bisa melihat langit dan keluarga."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H