Pada masa Dinasti Umayyah masjid sebagai lembaga pendidikan bagi orang dewasa yang belajar Al-Quran dan mempelajari hadis,fiqh,dan dasar dasar agama Islam. Pusat studi yang lain adalah ku tab yang di kenal di arab sebelum islam yang juga dinamakan dengan maktab yaitu bangunan kecil yang bersebelahan dengan masjid yang di gunakan untuk pembelajaran anak anak sebelum bergabung dengan tingkatan pembelajaran di masjid. Fungsi utama ku tab adalah tempat berlangsungnya proses penghafalan pengajaran dan penulisan Alquran.Â
   Selanjutnya ada madrasah,orang yang pertama kali menjadikan madrasah sebagai pusat pendidikan kajian Islam yaitu perdana menteri Nizhamul Muluk pada abad ke-5 H di Baghdad yang bernama Madrasah Nizhamiyah yang mempelajari materi-materi pokok (Ushuluddin). Selanjutnya pada masa kepemimpinan Harun Ar-Rasyid seorang Khalifah Dinasti Abbasiyah pada zaman ini pusat studi Islam mengalami perkembangan yang juga di laksanakan di istana Khalifah, rumah-rumah menteri dan ulama dan tempat penelitian ilmiah.Â
Bangunan madrasah terdiri atas teras yang dikelilingi oleh kubah dan melekat dengan perpustakaan.
  Kemajuan dalam bidang pendidikan dan ilmiah di warisi dari ilmu-ilmu yang di dapat dari Persia, Yunani,Mesir,Yahudi, Kristen,dan India ke dalam Islam. Kemajuan ini merupakan pengembangan maksimal dari proses pendidikan Islam yang telah di rintis pada periode pertama.
Setelah mengalami kemajuan pada periode selanjutnya dunia Islam mengalami penurunan dari abad ke-15 M ke-19 M. Tetapi pada masa ini juga menghasilkan beberapa sarjana muslim yaitu Al-Ghazali,Ibn Rusyd,Ibn Khaldun,dan Ibnu Taimiyah.
Studi Al-Quran, hadis, hukum fiqh, sastra Arab, kedokteran, kesenian, farmasi, geometri, ilmu pengetahuan alam, dan fisika secara sistematis dan terorganisasi masih berjalan di sekolah-sekolah dan universitas universitas, seperti pada Madrasah Nizhamiyah di Baghdad, Jami'ah Al-Azhar di Kairo, sekolah-sekolah Islam di Spanyol, dan Universitas Zaitunah di Tunisia. Namun, pada masa ini, jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, perkembangan-nya bersifat menurun.
  Menurunnya pendidikan Islam disebabkan sikap umat Islam terhadap pemikiran yang semakin berkurang. Alquran dan hadis sudah mulai ditinggalkan sebagai sumber pemikiran dan sikap hidup pintu ijtihad dianggap tertutup pemikiran membeku pandangan sempit orientasi cenderung berat ke akhirat dan dunia dianggap tidak perlu ilmu dan agama dan terpisah.Â
Periode kemunduran ini terjadi ketika kekuasaan yang dipegang keturunan Mongol berakhir pada tahun 1525 M zaman ini diawali dengan kemajuan bidang ekonomi politik dan militer 3 kerajaan besar yaitu usmaniyah,Syafi'iyah,dan Mughal di India.Â
Penyebab kemunduran lainnya adalah tidak adanya pengembangan dalam ilmu pengetahuan yang meliputi sains teknologi hukum dan filsafat ciri pada periode ini adalah pintu ijtihad seakan-akan tertutup putusnya hubungan antara ulama dan pemerintah masa periode ini dikenal sebagai zaman ikhtisar dan Sarah para ulama berusaha mengembangkan kitab ulama terdahulu tetapi ikhtisarnya tidak dapat dipahami sehingga seakan-akan menjadi teka-teki yang sulit dipahami hal ini memaksa mereka muridnya atau temannya untuk mengembangkan kitabnya .
kondisi ini merupakan pukulan pertama bagi penyebab kemunduran kebudayaan dan pendidikan Islam pada periode ini Pada akhir periode keadaan ekonomi umat Islam yang mulai mundur sampai pada permulaan abad ke-19 yang dimana umat Islam mulai menyadari akan kelemahannya oleh karena itu pendidikan mulai di bangun kembali oleh umat Islam adanya reformasi yang dirancang oleh Muhammad ibn Abdul Wahhab yang menganjurkan kembali pada Al-Qur'an Hadis,masa hidup Rasulullah SAW.,dan masa Khulafaur Ar-Rasyidin.
   Pesatnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern telah membuka era baru dalam perkembangan budaya dan peradaban umat manusia yang dikenal dengan era globalisasi pada era ini ditandai dengan semakin dekatnya jarak hubungan komunikasi antar bangsa dan budaya umat manusia.Â