Sistem usaha tani yang dimaksud adalah sistem pertanian terintegrasi berkelanjutan, dimana peran pertanian tidak hanya sebagai penghasil utama bahan pangan, tetapi juga menjadi penghasil bahan baku pakan, pupuk, serat, energi, biofarmaka, dan bioproduk lainnya yang mengarah kepada sistem pertanian zero waste dengan prinsip reduce, reuse, dan recycle. Subsektor perkebunan, terutama kelapa sawit dianggap paling strategis disinergikan dengan subsektor peternakan tersebut.
Pola Pemeliharaan
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembiakan sapi potong pada sistem integrasi sawit sapi adalah pola pemeliharaan, apakah intensif, ekstensif atau semi intensif.Â
Pemilihan pola pemeliharaan disarankan memperhatikan kondisi dan luasan lahan kelapa sawit yang tersedia, serta jumlah sapi yang akan dipelihara, oleh karena pola pemeliharaan ini erat kaitannya dengan ketersediaan pakan, modal, dan tenaga kerja. Pola pemeliharaan juga bisa mempengaruhi tingkat keuntungan yang akan diperoleh.
Pola pemeliharaan ekstensif dianjurkan pada kebun kelapa sawit yang luas, perusahaan, atau usaha mandiri yang luas.Â
Pemeliharaan ekstensif biasanya pakan hanya bergantung pada rumput liar di antara pohon kelapa sawit. Produksi bahan kering hijauan berkisar 3,5-4,5 ton/ha/tahun, dapat menampung sekitar 1-2 Satuan Ternak (ST) per tahun.Â
Dimana 1 ST setara dengan satu ekor sapi jantan dewasa. Kapasitas tampung juga dipengaruhi oleh umur tanaman kelapa sawit, semakin tua umur tanaman intensitas cahaya semakin berkurang, produksi hijauan semakin rendah.Â
Kapasitas tampung dapat ditingkatkan dengan penanaman hijauan/ legum yang tahan naungan dan produksi tinggi. Contohnya tanaman Pueraria javanica, dan Stenotaphrum secundatum.
Kelebihan pemeliharaan ekstensif, dapat mengurangi biaya penyiangan gulma, biaya produksi lebih rendah, tenaga kerja yang diperlukan sedikit, dan tidak perlu sibuk deteksi berahi pada ternak.Â
Kelemahan pemeliharaan ekstensif adalah hijauan pada lahan kelapa sawit cenderung memiliki kadar mineral yang rendah terutama Kalsium (Ca). Oleh sebab itu diperlukan suplementasi mineral Ca.Â
Disamping itu juga dikawatirkan terjadi inbreeding (perkawinan sedarah). Mengatasi inbreeding perlu dilakukan pergantian pejantan secara periodik. Ratio jantan-betina juga perlu diperhatikan. Dianjurkan ratio jantan-betina maksimal 1:25 ekor.