Mohon tunggu...
Alex Ramses
Alex Ramses Mohon Tunggu... -

Aku Cinta Negeri Ini dan ingin melihatnya menjadi negara yang makmur dan bermartabat.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Adil dan Tawassuth Dalam Pilkada DKI

16 Oktober 2016   20:33 Diperbarui: 16 Oktober 2016   20:48 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله رب العالمين بجميع المحامد علي جميع النعم , والصلاة والسلام علي خير خلقه محمد المبعوث الي خير الأمم وعلي أله و صحبه مفاتيح الحكم و مصابيح الظلم, و بعد...

Para pengikut Khawarij “dibohongi”  pemimpinnya dengan ayat-ayat “Alhakimiyah”  yang difahami dan disimpulkan dengan sangat brutal, untuk mengafirkan Sayyidina Ali dan para sahabat Rosulullah saw lainnya.Tak terhitung banyaknya nyawa manusia dikorbankan karena hal ini.

Kaum Muslimin anyaran “dibohongi” ISIS untuk “berjihad” dengan memakai ayat-ayat yang “dikorup”.  Sangat mengerikan pembantaian, pemerkosaan, pengusiran dan penderitaan lain yang diderita jutaan manusia karena kegilaan ini.

Ada penceramah “berbohong” menggunakan dalil-dalil bahwa doa QUNUT SUBUH ADALAH BID’AH .

Para pengikut dukun bisa “dibohongi” dan ditipu menggunakan ayat-ayat dan simbol-simbol Islam.

Kaum ekstrimis “dibohongi” para sesepuh dan tokoh-tokoh Wahhabi dengan menggunakan hadis-hadis yang dimaknai dan disimpulkan seenaknya.  Sejarah telah memberi pelajaran betapa kegilaan seperti ini sangat menghancurkan dan menyebabkan kerusakan yang sangat dahsyat. Darah para ulama dan orang-orang tak berdosa ditumpahkan secara keji dan zalim.

Para teroris “dibohongi”  oleh pembimbingnya dengan menggunakan ayat-ayat dan hadis-hadis tentang surga dan bidadari yang dimaknai dan disimpulkan secara serampangan, bertentangan dengan pandangan jumhur ulama Sunni yang berakhlak dan berilmu.  

BISAKAH MANUSIA BERBOHONG MENGGUNAKAN AYAT-AYAT SUCI?

Cara-cara Khawarij yang selalu menganggap pendapatnya adalah paling benar, sambil mencaci, menghina, dan merendahkan fihak lain, adalah sikap yang selalu ingin ditangkal dan diluruskan oleh Al-Azhar dan NU.  Jika kita selalu berbicara mengenai salah dan buruknya sikap dan tindakan Khawarij,  model lama, maupun model baru, tetapi bersikap seperti mereka dalam masalah tertentu, maka hal itu adalah sebuah kerancuan berfikir, yang mengakibatkan kekacauan tindakan.

Kebiasaan Khawarij model baru adalah melakukan tahrifatau perubahan dan penghilangan beberapa teks dalam kitab-kitab turots karena tidak sesuai dengan pandangan mereka.  Mereka juga punya ritual khusus berupa caci maki terhadap para ulama. Syaikh Muhammad Al-Ghozali Al-Azhari menyebutnya sebagai gerakan pengikut hawa nafsu.

Maka, memunculkan satu pendapat/ ijtihad para ulama sambil menyembunyikan pendapat/ijtihad yang berbeda dari para ulama lainnya, bisa dikatakan merupakan tindakan yang mengikuti akhlak kaum Khawarij. Apalagi jika dibarengi hinaan, cacian, can makian yang merendahkan terhadap orang lain yang berbeda pendapat.

Kaum Khawarij, model lama, maupun model baru, termasuk para teroris, berkeyakinan bahwa mereka membela Islam dan kebenaran. Tapi membela kebenaran dengan cara yang salah, tidak dengan ilmu yang benar, justru merusak citra agama, merusak, dan meresahkan.  Jadi kecurangan dan ketidak-adilan kita tidak boleh diberi alasan membela kebenaran dan Islam.

Adil dan moderat bukan sebuah label yang kita bisa akui dan kita klaim, ia harus nyata dalam tindakan dan ucapan kita.

Akhlak dan adab harus selalu didahulukan dalam setiap tindakan, termasuk berfatwa, dan amar ma’ruf nahi munkar. Karena ilmu tanpa adab bisa menjadi bencana. Dan perbuatan tanpa didasari ilmu yang benar bisa mendatangkan lebih banyak kerusakan daripada kebaikan.  Umar Ibn Abd Al-Aziz mengatakan: “Perbuatan yang tidak didasarkan pada ilmu yang benar akan lebih banyak mendatangkan kerusakan daripada kebaikan.”

Para ulama juga berpesan bahwa ketika kita ingin berjuang membela agama, maka ilmu dan akhlak harus dijaga , karena tanpa keduanya, kerusakan dan keburukan yang ditimbulkan justru lebih besar daripada kebaikannya.  اللهم اهدنا الصراط المستقيم

Ada kalanya manusia melakukan kesalahan dalam menyampaikan sesuatu karena kurangnya ilmu dan kesalahan dalam memahami suatu ajaran. Ada kalanya pula mereka bersalah karena sengaja berbohong dan menyembunyikan kebenaran demi tujuan tertentu. Oleh karena itu kata “berbohong” sengaja saya beri tanda kutip.

Dalam kasus Khawarij pada masa Sayyiduna ‘Ali, mungkin kerusakan dan kesesatan itu timbul karena kesalahan pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Begitu juga pada beberapa kasus lainnya.

Namun jika seseorang misalnya mengatakan kepada rakyat Indonesia, melalui saluran telivisi, bahwa doa QUNUT SUBUH ADALAH BID’AH, padahal dia tahu perbedaan pendapat para ulama mengenai hal tersebut, tetapi tidak memberitahukannya kepada pemirsa, maka itu adalah kebohongan, dan merupakan tindakan tidak bijak yang bisa menimbulkan keresahan. (konteks Indonesia dengan NU, Muhammadiyah, dan lain-lainnya).

Bagi para penceramah di televisi “umum” di Indonesia, perbedaan pandangan para ulama mengenai qunut subuh, azan dua kali dalam sholat jum’at, dan lain-lainnya harus dijelaskan dengan baik. Sehingga Umat Islam Indonesia tidak akan saling mencaci jika mereka berbeda amalan; karena sudah dibuat faham bahwa memang ada perbedaan pendapat dalam hal itu. Mereka akan faham bahwa semuanya merupakan hasil ijtihad para ulama yang mumpuni. Semuanya boleh diikuti dan diamalkan.

Dalam kasus Pilkada DKI kali ini, sudah seharusnya Lembaga-lembaga keagamaan dan para penceramah serta para tokoh agama Islam menjelaskan tentang hukum-hukum fikih dari para ulama dalam hal memilih gubernur non-Muslim di sebuah negara yang berbentuk republik dan menyepakati sistem demokrasi.

Mereka harus memberitahu masyarakat bahwa Di antara para sahabat yang berkedudukan sebagai mujtahid muthlaq, sudah ada perbedaan pendapat tentang hal yang hampir sama dengan masalah ini. Antara Sayyiduna ‘Umar dan Abu Musa Al-Asy’ari terdapat perbedaan pendapat. Sayyiduna Mu’awiyah juga berbeda pendapat dengan Sayyiduna ‘Umar. Hal itu terjadi di masa sahabat. Dan para sahabat yang diridhoi Allah itu adalah sebaik-baiknya umat nabi Muhammad saw.

Setelah masa itu, pada dinasti Abbasiyah juga tidak sedikit “khalifah” yang mengangkat pejabat tinggi dan gubernur non-Muslim di pemerintahan mereka.

Umat Islam yang berakhlak dan mengikuti pendapat A, tidak boleh mencaci maki mereka yang mengikuti pendapat B, dan sebaliknya.

DI kalangan NU, ada kiyai yang setuju dengan pandangan tentang keharaman memilih gubernur non-Muslim, tidak sedikit pula yang memperbolehkan  memilih gubernur Muslim.  Para tokoh Islam di luar NU juga ada yang berpendapat boleh, dan ada pula yang berpendapat tidak boleh.

Kiyai dan murid-muridnya yang memilih pendapat A juga tidak boleh mencaci dan menghujat kiyai lain dan satri-santrinya yang memilih pendapat B, dan sebaliknya.

Di Mesir, ada Syaikh Ali Jum’ah Al-Azhari Al-Syafi’i ; mufti mesir al-saabiq, dan Syaikh Jamal Farouq; dekan fakultas Dakwah Islamiyah Al-Azhar yang berpendapat bahwa memilih gubernur, menteri atau presiden non-Muslim di sebuah negara republik demokratis yang berpunduduk mayoritas Muslim adalah boleh.

Darul Ifta Al-Misriyah, atau lembaga fatwa Mesir juga menyatakan bahwa memilih gubernur non-Muslim, di sebuah negara republik demokratis (bukan berbentuk kerajaan Islam atau khialafah Islamiyah), adalah boleh.

Para ulama dan kiyai yang berbeda pendapat ini semuanya berilmu. Yang berpendapat A, mempunyai dalil dan tafsir, begitu juga yang berpendapat B, memiliki dalil dan tafsir. Masing-masing fihak juga mengetahui adanya perbedaan pendapat tentang masalah ini sejak masa sahabat sampai para ulama di zaman kita.

Para pimpinan umat di negeri ini harus memberitahu masyarakat bahwa ada perbedaan pendapat di antara ulama mengenai hal ini. Mereka juga harus memberi nasihat kepada masyarakat agar ketika memilih mengikuti satu pendapat/ijtihad dari para ulama dan lembaga fatwa tertentu, mereka harus menghormati orang lain yang berbeda pilihan fatwa.

Jangan ada fihak yang memaksa Umat untuk memilih salah satu pendapat, sambil mengajari mereka untuk mencaci dan menghujat fihak lain yang berbeda pilihan fatwa. Sesungguhnya para pencaci termasuk golongan yang sangat buruk dalam pandangan Islam. Dan dosa dari caci maki itu sangat berat di akhirat karena berkaitan dengan Haq Adamiy.Caci maki juga bisa menimbulkan kerusuhan bahkan pembunuhan, yang sangat berat urusannya di akhirat.

Jika akhlak dan adab ini tidak ditinggalkan oleh para pemimpin Umat, In Sya Allah masyarakat menjadi lebih tercerahkan dan tenteram.  Namun jika akhlak itu ditinggalkan, lalu ada fatwa dan pendapat/ijtihad ulama lain yang juga otoritatif disembunyikan,  maka bisa muncul pernyataan yang mirip dengan mukaddimah di atas:

“Orang-orang awam ada yang “dibohongi” dalam pilkada menggunaka ayat-ayat AL-Qur’an. Potensi kerusuhan dan kerusakannya sangat besar. Semoga Allah menjaga negeri ini dari segala bentuk kezaliman, kejahatan, dan kesalah-fahaman. “

Maka saya katakan:

“Wahai para penceramah dan para tokoh yang diamanahi Allah untuk membimbing umat, sampaikanlah ilmu yang mencerahkan dan ajarilah umat untuk mengikuti adab dan akhlak yang baik. Jangan paksakan satu pendapat hukum fikih sambil mencela dan menghina yang berbeda pandangan. Jangan ajari mereka untuk menuduh sesama Muslim sebagai ahli bid’ah, sesat, musyrik, munafik, dan tuduhan-tuduhan keji  lainnya. Ajarilah Umat Islam untuk husnuzzon, bukan mengedepankan su’uzzon, karena husnuzzon itu perintah agama sedangkan buruk sangka adalah larangan agama.”

“Ajarilah mereka untuk selalu optimis, jangan diajak untuk pessimis, karena optimis itu ciri orang beriman, dan pessimis adalah ciri tiadanya iman. Ajarilah mereka memuji, jangan ajari mereka mencaci dan menghujat, karena cacian dan hujatan adalah ciri kehinaan. Ajarilah mereka tentang nasihat para ulama bahwa cacian, hujatan, dan hinaan hanya datang dari fihak yang tak memiliki kemuliaan.”

“Jangan ajari mereka keculasan menuduh orang yang berbeda pendapat sebagai syi’ah, antek Zionis, dan kata-kata kotor lainnya. Ajarilah umat bahwa satu jiwa seorang mukmin lebih berharga dari ka’bah. Sehingga mereka tidak mudah angkat senjata terhadap sesama Muslim yang berbeda pendapat.”

“Ajarilah mereka bahwa tuduhan kafir kepada sesama Muslim merupakan perkara yang sangat berat tanggungjawabnya di akhirat, dan sangat besar mudhorotnya di dunia.”

Kepada Umat Islam Indonesia saya katakan:

“Anda yang mengikuti fatwa kebolehan memilih gunernur non-Muslim, semoga anda benar-benar ikhlas dan adil dalam menentukan pilihan itu. Anda yang mengikuti fatwa keharaman memilih gubernur non-Muslim, semoga anda benar-benar adil dan ikhlas dalam menentukan pilihan itu. Kepada kedua belah fihak, semoga kalian tidak merasa paling benar, paling berilmu, paling pintar, dan paling sholih, sehingga tega mencaci maki dan merendahkan saudara kalian.”

Kepada Basuki “Ahok” saya katakan:

“Bertambah usia adalah keniscayaan makhluk hidup, adapun menjadi bijak dan menjadi dewasa adalah pilihan. Anda adalah seorang gubernur, sudah seharusnya setiap kata dan tindakan anda didasari tujuan “kemaslahatan rakyat dan kota Jakarta”. Hindarilah berbagai macam bentuk kontroversi yang “tidak penting” dan “tidak produktif”. Ulama kami, pak Ahok, mengajarkan bahwa barang siapa dikehendaki Tuhan untuk menjadi baik, maka dimudahkan untuknya berkarya dan bekerja, dan ditutup untuknya pintu-pintu debat. Sebaliknya, hamba Tuhan yang tidak baik akan dibukakan pintu-pintu perdebatan untuknya dan disulitkan baginya berkarya dan bekerja.”

Aku berlindung kepada Allah dari ucapan dan nasihat yang tidak bisa saya laksanakan. Aku berlindung kepada Allah dari caci maki, adu domba, dan segala bentuk kezaliman.  Aku berlindug kepada Allah dari ‘ujub.

اللهم اهدنا الصراط المستقيم. اللهم لا تكلني إلي نفسي طرفة عين. والله الموفق إلي أقوم الطريق.

و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته.  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun