Mohon tunggu...
Alex Ramses
Alex Ramses Mohon Tunggu... -

Aku Cinta Negeri Ini dan ingin melihatnya menjadi negara yang makmur dan bermartabat.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Adil dan Tawassuth Dalam Pilkada DKI

16 Oktober 2016   20:33 Diperbarui: 16 Oktober 2016   20:48 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka, memunculkan satu pendapat/ ijtihad para ulama sambil menyembunyikan pendapat/ijtihad yang berbeda dari para ulama lainnya, bisa dikatakan merupakan tindakan yang mengikuti akhlak kaum Khawarij. Apalagi jika dibarengi hinaan, cacian, can makian yang merendahkan terhadap orang lain yang berbeda pendapat.

Kaum Khawarij, model lama, maupun model baru, termasuk para teroris, berkeyakinan bahwa mereka membela Islam dan kebenaran. Tapi membela kebenaran dengan cara yang salah, tidak dengan ilmu yang benar, justru merusak citra agama, merusak, dan meresahkan.  Jadi kecurangan dan ketidak-adilan kita tidak boleh diberi alasan membela kebenaran dan Islam.

Adil dan moderat bukan sebuah label yang kita bisa akui dan kita klaim, ia harus nyata dalam tindakan dan ucapan kita.

Akhlak dan adab harus selalu didahulukan dalam setiap tindakan, termasuk berfatwa, dan amar ma’ruf nahi munkar. Karena ilmu tanpa adab bisa menjadi bencana. Dan perbuatan tanpa didasari ilmu yang benar bisa mendatangkan lebih banyak kerusakan daripada kebaikan.  Umar Ibn Abd Al-Aziz mengatakan: “Perbuatan yang tidak didasarkan pada ilmu yang benar akan lebih banyak mendatangkan kerusakan daripada kebaikan.”

Para ulama juga berpesan bahwa ketika kita ingin berjuang membela agama, maka ilmu dan akhlak harus dijaga , karena tanpa keduanya, kerusakan dan keburukan yang ditimbulkan justru lebih besar daripada kebaikannya.  اللهم اهدنا الصراط المستقيم

Ada kalanya manusia melakukan kesalahan dalam menyampaikan sesuatu karena kurangnya ilmu dan kesalahan dalam memahami suatu ajaran. Ada kalanya pula mereka bersalah karena sengaja berbohong dan menyembunyikan kebenaran demi tujuan tertentu. Oleh karena itu kata “berbohong” sengaja saya beri tanda kutip.

Dalam kasus Khawarij pada masa Sayyiduna ‘Ali, mungkin kerusakan dan kesesatan itu timbul karena kesalahan pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Begitu juga pada beberapa kasus lainnya.

Namun jika seseorang misalnya mengatakan kepada rakyat Indonesia, melalui saluran telivisi, bahwa doa QUNUT SUBUH ADALAH BID’AH, padahal dia tahu perbedaan pendapat para ulama mengenai hal tersebut, tetapi tidak memberitahukannya kepada pemirsa, maka itu adalah kebohongan, dan merupakan tindakan tidak bijak yang bisa menimbulkan keresahan. (konteks Indonesia dengan NU, Muhammadiyah, dan lain-lainnya).

Bagi para penceramah di televisi “umum” di Indonesia, perbedaan pandangan para ulama mengenai qunut subuh, azan dua kali dalam sholat jum’at, dan lain-lainnya harus dijelaskan dengan baik. Sehingga Umat Islam Indonesia tidak akan saling mencaci jika mereka berbeda amalan; karena sudah dibuat faham bahwa memang ada perbedaan pendapat dalam hal itu. Mereka akan faham bahwa semuanya merupakan hasil ijtihad para ulama yang mumpuni. Semuanya boleh diikuti dan diamalkan.

Dalam kasus Pilkada DKI kali ini, sudah seharusnya Lembaga-lembaga keagamaan dan para penceramah serta para tokoh agama Islam menjelaskan tentang hukum-hukum fikih dari para ulama dalam hal memilih gubernur non-Muslim di sebuah negara yang berbentuk republik dan menyepakati sistem demokrasi.

Mereka harus memberitahu masyarakat bahwa Di antara para sahabat yang berkedudukan sebagai mujtahid muthlaq, sudah ada perbedaan pendapat tentang hal yang hampir sama dengan masalah ini. Antara Sayyiduna ‘Umar dan Abu Musa Al-Asy’ari terdapat perbedaan pendapat. Sayyiduna Mu’awiyah juga berbeda pendapat dengan Sayyiduna ‘Umar. Hal itu terjadi di masa sahabat. Dan para sahabat yang diridhoi Allah itu adalah sebaik-baiknya umat nabi Muhammad saw.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun