Mohon tunggu...
Cinta christyani
Cinta christyani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hallooo Semua

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kebaya Tidak Sebatas Pakaian Tradisional!

6 Maret 2022   18:41 Diperbarui: 6 Maret 2022   18:48 2593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kebaya perempuan Belanda, diakses dari https://inspirasipagi.id/

Cattoni juga melihat  makna kebaya turut dirasakanoleh orang luar (Australia) dan menjadikan kebaya sebagai artefak budaya yang hidup dan berkembang hingga saat ini.

Indonesianis lainnya yaitu Nordholt (2008) menyatakan bahwa pakaian menjadi representasi sosial dan kebudayaan, dimana hal tersebut dapat mengekspresikan suatu identitas seseorang (Trismaya, 2018). 

Beliau juga melihat pakaian sebagai asal-usul seorang perempuan, terutama bagi perempuan Jawa untuk melihat perbedaan kelas dan status. Perbedaan kelas tersebut dapat dilihat dari bahan kebaya dan kain bawahan, dimana ada kelas rakyat dan priyayi. 

Tidak sampai pada kelas di masyarakat pribumi, antara perempuan Belanda dan pribumi juga memiliki perbedaan baik dari model dan warna. Belanda berwarna putih dan berenda, dengan kain motif batik yang dipengaruhi budaya Eropa, sedangkan kebaya perempuan pribumi berwarna-warni, tidak berenda, dan kain batik tradisional. Nordholt berpendapat bahwa kebaya menjadi media perlawanan wanita terhadap simbol kolonial dan pascakolonial bagi bangsa Indonesia.

Ilustrasi Kebaya perempuan Belanda, diakses dari https://inspirasipagi.id/
Ilustrasi Kebaya perempuan Belanda, diakses dari https://inspirasipagi.id/
Setelah melihat sudut pandang dua indonesianis terkait "Kebaya" dan makna dibaliknya, perubahan model kebaya ternyata bukan faktor terbesar untuk mengurangi arti penting kebaya. Faktor yang paling berpengaruh yaitu bagaimana fungsi dan pemaknaan kebaya bagi setiap individu. Seharusnya, sebagai orang Indonesia kita patut berbangga memiliki baju tradisional yang turut bernilai dan bermakna bagi orang asing. 

Kebanggan itu tidak hanya cukup di status dan di mulut saja, tetapi bagaimana kita memaknai kebaya tidak lagi sekedar pakaian yang digunakan setahun sekali untuk memperingati Hari Kartini atau hari lainnya. Melainkan, kita perlu mengingat bahwa kebaya menjadi bentuk identitas diri kita sebagai perempuan yang sudah diperjuangkan oleh Raden Ajeng Kartini. 

Sudah sepatutnya kita memiliki tanggung jawab untuk menjadi wanita yang dapat maju dan berkembang. Selain itu, pandangan indonesianis terkait perbedaan kelas sosial yang ditentukan oleh kebaya faktanya sudah tidak relevan lagi saat ini karena kebaya tidak lagi menjadi pakaian utama masyarakat di Indonesia. 

Sehingga dapat disimpulkan bahwa eksistensi kebaya masih dapat dijaga hingga saat ini, tetapi penting untuk mengingat kembali makna dan nilai dibalik menggunakan kebaya

Referensi:

Arybowo, S. (2010). Kajian budaya dalam perspektif filosofi. Jurnal Masyarakat dan Budaya, 12 (02). Diakses dari https://kuliah.uajy.ac.id/pluginfile.php/498814/mod_resource/content/1/Arybowo%20-%20Kajian%20Budaya.pdf

Cattoni, V. Through the Kebaya: A Cross-cultural project Indonesia and Australia. Charles Darwin University (Australia) https://researchers.cdu.edu.au/files/26179766/Thesis_CDU_6443_Cattoni_V.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun