Mohon tunggu...
Liswanti Pertiwi
Liswanti Pertiwi Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Mom blogger dan freelancer

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Detak Terakhirmu

4 April 2015   20:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:32 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Rembulan di malam itu begitu manja menerangi bumi

Hingga jiwaku dan dia terpesona memandangmu

Langit bagai menari-nari indah

Dengan bintang-bintang yang berkelap-kelip

Sejuk udara di malam itu menghantarkanku dalam pelukmu

Tapi, tubuhmu terlalu lemah untuk terduduk manis

Hingga kau, kasihku

Hanya terbaring lemas mengenggam tanganku

Memandang matamu yang sayu

Dan tak berdayanya dirimu

Air mata pun jatuh..dan kau kekasih

Mengusapnya dengan lembut

Senyumanmu telah membuatku semakin mengerti

Bahwa ...kau kekasih

Jiwamu telah pasrah

Tubuhmu pun sudah terlalu lelah

Selelah hatimu dalam menjalani hidup

Hari semakin larut dan sesunyinya di malam itu

Perlahan napasmu pun terputus-putus

Merasakan sakit yang tak pernah aku tahu

Merasakan pedih yang tak pernah aku rasakan

Tapi hanya satu yang ku tahu

Kau semakin lelah dan ingin tertidur dengan damai

Sedamai kau berada dipangkuanku

Setenang detak terakhirmu yang terhenti

Dan ku pun rela cinta dibawa pergi

Kepangkuan Tuhan

Karena aku tahu..setulus dan setianya kau padaku

Tapi kau bukanlah jodohku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun