Audit database adalah proses yang melibatkan pemantauan, analisis, dan pencatatan kegiatan yang terjadi dalam sebuah sistem atau database. Tujuan dari audit database adalah untuk memastikan keamanan, integritas, dan keandalan data yang disimpan di dalam database.
Audit database melibatkan pemeriksaan kegiatan seperti pembuatan, modifikasi, atau penghapusan data, serta aktivitas pengguna yang terlibat dalam database. Hal ini meliputi pemantauan akses pengguna, pelacakan perubahan data, dan pemeriksaan kepatuhan terhadap kebijakan dan aturan yang ditetapkan.
Dalam proses audit database, biasanya digunakan alat dan teknologi khusus yang dapat merekam log aktivitas, menganalisis pola akses, dan memberikan laporan yang berguna bagi administrator atau auditor. Informasi yang dikumpulkan selama audit database dapat digunakan untuk melacak pelanggaran keamanan, mengidentifikasi kesalahan atau masalah dalam sistem, serta mendeteksi aktivitas yang mencurigakan atau tidak sah.
Dengan melakukan audit database secara rutin, organisasi dapat memastikan bahwa data mereka terlindungi dengan baik, terhindar dari penyalahgunaan, dan memenuhi persyaratan kepatuhan yang berlaku. Audit database juga membantu meningkatkan keandalan dan kinerja sistem database, serta memberikan informasi berharga untuk meningkatkan pengelolaan dan kebijakan keamanan data.
Definisi basis data (database) sangatlah bervariasi. Basis data dapat dianggap sebagai kumpulan data yang terkomputerisasi, diatur dan disimpan menurut salah satu cara yang memudahkan pengambilan kembali. Menurut Conolly and Carolyn (2002), basis data adalah sekumpulan data yang saling berhubungan, yang dirancang agar dapat memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi.
Database di komputer biasanya ditangani oleh bagian khusus dari perangkat lunak yang disebut Database Management Sistem (DBMS) yang juga digunakan untuk memanipulasi suatu basis data. Connoly and Begg (2002) menyatakan bahwa Database Management System (DBMS) merupakan paket perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, membuat, dan memelihara database, serta menyediakan akses terkontrol terhadap database. Adapun dua fungsi utama DBMS adalah untuk memandu pemakai memanipulasi basis data dan melindungi basis data dari pemakai juga. Relational Database Management System (RDBMS) adalah perangkat lunak untuk membuat basis data relasional dan menyaring informasi didalamnya. (William, 1994).
Sinkronisasi basis data adalah prosedur yang berusaha menjaga konsistensi data yang disimpan di satu server basis data dengan data yang disimpan di server basis data lainnya. Database sinkronisasi memiliki fungsi penyalinan data (copying), yang menyimpan data dalam database tabel, baik secara reguler maupun real-time. Adanya database fungsi asinkronisasi memungkinkan data dapat diupdate secara real-time atau secara berkala pada database yang sedang disinkronkan. Dalam sistem manajemen basis data, fungsi sinkronisasi ini merupakan fondasi untuk replikasi (Sistem Manajemen Basis Data)
Sinkronisasi, yang merupakan bagian dari replikasi database, adalah mekanisme untuk mendistribusikan dan mereplikasi data antar database untuk memastikan konsistensi data. Fungsi sinkronisasi memungkinkan data didistribusikan ke beberapa host di seluruh jaringan komputer secara teratur atau real time, tergantung rentang waktunya. Sinkronisasi Basis data dapat membantu aplikasi bisnis berjalan dengan lancar, serta menyebarkan data untuk berbagai tujuan, seperti meningkatkan kinerja transaksi komersial, sistem pengambilan keputusan, atau memproses sistem terdistribusi melalui beberapa server
Database auditing dapat menjadi komponen penting dalam keamanan basis data dan kepatuhan terhadap peraturan pemerintah. Database Administrator perlu lebih waspada dalam teknik yang digunakan untuk melindungi data perusahaan, serta memantau dan memastikan bahwa perlindungan yang memadai terhadap data tersedia. Pada tingkat tinggi, database auditing merupakan fasilitas untuk melacak otoritas dan penggunaan sumber daya database. Ketika fungsi auditing diaktifkan, setiap operasi database yang diaudit menghasilkan jejak audit dari perubahan informasi yang dilakukan. Sinkronisasi database adalah bentuk dari replikasi, yang merupakan proses untuk memastikan setiap salinan data pada database berisi objek dan data yang serupa. Sinkronisasi database dapat dimanfaatkan dalam berbagai keperluan, salah satunya membangun auditing untuk mencatat setiap aktivitas yang terjadi pada database. Jejak audit dari operasi database yang dihasilkan, memungkinkan DBA (Database Administrator) memelihara audit trails dari waktu ke waktu, untuk melakukan analisis tentang pola akses dan modifikasi terhadap data pada DBMS (Database Management System).
- Berikut adalah contoh kasus audit database:
Audit Keamanan Database: Seorang auditor melakukan audit keamanan database untuk memastikan bahwa pengaturan keamanan yang tepat telah diterapkan. Auditor akan memeriksa izin akses pengguna, kontrol kata sandi, enkripsi data, dan langkah-langkah keamanan lainnya. Tujuan audit ini adalah untuk mengidentifikasi potensi kerentanan keamanan dan mencegah akses yang tidak sah ke data sensitif.
Audit Kepatuhan Regulasi: Sebuah perusahaan keuangan harus mematuhi peraturan dan standar tertentu, seperti Sarbanes-Oxley Act (SOX) atau General Data Protection Regulation (GDPR). Seorang auditor akan melakukan audit database untuk memastikan bahwa organisasi tersebut mematuhi persyaratan kepatuhan yang relevan. Auditor akan memeriksa pengelolaan data pribadi, pengelolaan log aktivitas, pemantauan akses pengguna, dan prosedur pemulihan bencana. Tujuan audit ini adalah untuk mengidentifikasi pelanggaran kepatuhan dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan.
Audit Integritas Data: Seorang auditor melakukan audit database untuk memastikan integritas data yang disimpan dalam database. Auditor akan memeriksa penggunaan kendala integritas, aturan referensial, validasi data, dan proses pemulihan data. Tujuan audit ini adalah untuk menemukan masalah integritas data, seperti data yang rusak, duplikat, atau tidak konsisten, serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan.
Audit Kinerja Database: Seorang auditor melakukan audit kinerja database untuk mengevaluasi efisiensi dan kualitas kinerja sistem database. Auditor akan menganalisis penggunaan sumber daya, indeks yang tepat, optimisasi kueri, dan konfigurasi server database. Tujuan audit ini adalah untuk mengidentifikasi area yang mempengaruhi kinerja database, seperti bottleneck atau kueri yang lambat, dan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kinerja.
Audit Pemulihan Bencana: Seorang auditor melakukan audit pemulihan bencana untuk memastikan bahwa database memiliki strategi pemulihan yang memadai dalam kasus kegagalan sistem atau bencana alam. Auditor akan memeriksa rencana pemulihan, keberlanjutan backup, pengujian pemulihan, dan replikasi data. Tujuan audit ini adalah untuk mengevaluasi kesiapan organisasi dalam menghadapi bencana dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan.
Audit storage adalah proses yang melibatkan pemantauan, analisis, dan pencatatan kegiatan yang terjadi pada sistem penyimpanan data. Tujuannya adalah untuk memastikan integritas, keamanan, dan ketersediaan data yang disimpan dalam media penyimpanan seperti hard disk, solid-state drive (SSD), atau sistem penyimpanan jaringan (NAS).
Audit storage melibatkan pemantauan aktivitas penyimpanan, termasuk pembacaan, penulisan, pemindahan, dan penghapusan data. Hal ini juga mencakup pemeriksaan kapasitas penyimpanan, penggunaan ruang disk, dan tindakan yang dilakukan oleh administrator atau pengguna terkait manajemen penyimpanan.
Selama proses audit storage, seringkali digunakan alat atau solusi khusus yang dapat merekam log aktivitas penyimpanan, menganalisis penggunaan ruang disk, dan memberikan laporan yang bermanfaat bagi administrator atau auditor. Informasi yang dikumpulkan selama audit storage dapat digunakan untuk mendeteksi masalah kinerja, mengidentifikasi anomali atau kesalahan penyimpanan, serta mengoptimalkan penggunaan sumber daya penyimpanan.
Penting untuk melakukan audit storage secara teratur guna memastikan keberlanjutan operasional dan ketersediaan data yang penting. Audit storage membantu mengidentifikasi risiko, melacak perubahan, dan memastikan kepatuhan terhadap kebijakan penyimpanan yang ditetapkan. Dengan melakukan audit storage, organisasi dapat mengoptimalkan penggunaan ruang disk, mengurangi risiko kehilangan data, dan menjaga integritas serta ketersediaan data dalam sistem penyimpanan mereka.
- Berikut adalah contoh kasus audit storage:
Audit Penggunaan Ruang Disk: Seorang auditor melakukan audit penggunaan ruang disk untuk mengevaluasi penggunaan ruang penyimpanan dalam suatu sistem atau infrastruktur. Auditor akan memeriksa kapasitas penyimpanan yang digunakan, file yang tidak perlu atau tidak aktif, dan penggunaan yang tidak efisien. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi sumber daya penyimpanan yang tidak terpakai atau terbuang dan memberikan rekomendasi untuk mengoptimalkan penggunaan ruang disk.
Audit Backup dan Pemulihan: Seorang auditor melakukan audit backup dan pemulihan untuk memastikan bahwa sistem penyimpanan memiliki strategi backup yang memadai dan prosedur pemulihan yang efektif. Auditor akan memeriksa keberadaan dan keandalan salinan cadangan data, frekuensi backup, metode pemulihan yang digunakan, serta pengujian dan pemantauan pemulihan bencana. Tujuan audit ini adalah untuk mengevaluasi kesiapan organisasi dalam menghadapi kehilangan data dan memastikan bahwa data dapat dipulihkan dengan cepat dan akurat jika terjadi kegagalan sistem atau bencana.
Audit Kebijakan Retensi Data: Seorang auditor melakukan audit kebijakan retensi data untuk memastikan bahwa organisasi mematuhi kebijakan retensi yang ditetapkan. Auditor akan memeriksa periode retensi data yang diatur untuk berbagai jenis data, penghapusan data yang tepat setelah periode retensi berakhir, dan kepatuhan terhadap persyaratan hukum atau regulasi terkait retensi data. Tujuan audit ini adalah untuk memastikan bahwa organisasi menjaga kepatuhan dan menjaga data hanya untuk jangka waktu yang diperlukan.
Audit Keamanan Penyimpanan: Seorang auditor melakukan audit keamanan penyimpanan untuk mengevaluasi keamanan data yang disimpan dalam sistem penyimpanan. Auditor akan memeriksa akses fisik ke perangkat penyimpanan, kontrol akses logikal, enkripsi data, dan langkah-langkah keamanan lainnya yang diterapkan pada tingkat perangkat penyimpanan. Tujuan audit ini adalah untuk mengidentifikasi potensi risiko keamanan dan memberikan rekomendasi untuk meningkatkan perlindungan data.
Audit Kepatuhan Regulasi: Sebuah organisasi mungkin harus mematuhi persyaratan kepatuhan tertentu yang berlaku untuk penyimpanan data, seperti Health Insurance Portability and Accountability Act (HIPAA) atau Payment Card Industry Data Security Standard (PCI DSS). Seorang auditor akan melakukan audit storage untuk memastikan bahwa organisasi memenuhi persyaratan kepatuhan tersebut. Auditor akan memeriksa kebijakan dan praktik keamanan data, pengelolaan data pribadi, dan perlindungan data sensitif. Tujuan audit ini adalah untuk memastikan bahwa organisasi mematuhi regulasi yang berlaku dan menjaga keamanan data sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Sumber :
I Gede Anantaswarya Abhisena, I Made Sukarsa, Dwi Putra Githa, Jurnal Implementasi Database Auditing dengan Memanfaatkan Sinkronisasi DBMS Program Studi Teknologi Informasi, Fakultas Teknik Universitas Udayana Bukit Jimbaran, Bali
Laman website : https://blog.rosihanari.net/perancangan-basis-data-kasus-retail/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H