Mohon tunggu...
Cindy maulina
Cindy maulina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program studi pendidikan Biologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Malas Belajar di Sekolah: Peran Besar Orang Tua di Rumah dan Guru di Sekolah untuk Masa Depan Seorang Anak

13 Desember 2023   10:51 Diperbarui: 13 Desember 2023   11:02 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi apabila permasalahan yang dihadapi siswa inisial T ini tidak segera mendapat bantuan adalah siswa dapat tertinggal pelajaran di sekolah, bisa tidak lulus ujian dan naik kelas, prestasi belajar semakin menurun, kemungkinam besar yang terjadi T bisa putus sekolah karena enggan menyelesaikan pendidikannya.

     Menghindari kemungkinan-kemungkinan itu terjadi butuh kerja sama dari beberapa pihak seperti guru dan orang tua yang berperan penting dalam pendidikan. Pihak sekolah atau guru dapat dengan memberikan berbagai strategi layanan bimbingan dan konseling, baik secara individual, kelompok maupun klasikal, yaitu guru BK mendatangi T dan mengadakan sesi konseling individu untuk mengetahui penyebab secara pasti T enggan bersekolah dan mencari solusi secepat mungkin dengan guru maple yang mengajar T atau wali kelasnya. Apabila permasalahan sudah semakin rumit seperti T yang terus membolos dan enggan sama sekali untuk masuk ke sekolah, dapat dilakukan solusi dengan melakukan pendekatan kepada T yakni guru BK yang dapat bekerja sama dengan Wali kelas ataupun Guru kesiswaan untuk berbicara dengan Orang tua dari T agar T mau bersekolah lagi dan tidak membolos. Apabila dari Orang tua juga kesulitan untuk membujuk T, guru BK atau perwakilan guru lain dapat mendatangi kediaman T dan mengajak atau berdiskusi dengan T agar mau kembali bersekolah dan tidak bolos lagi apalagi sampai putus sekolah. 

     Salah satu bantuan yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi kesulitan belajar adalah memberikan layanan konseling melalui pendekatan Behavioristik dengan teknik Operant Conditioning. Menurut Komalasari, dkk (2014: 152) Konseling Behavioristik adalah konseling yang berpusat pada tingkah laku dan proses belajar.Willis (2010: 70) menyatakan tujuan dari Konseling Behavioristik adalah untuk memperoleh perilaku yang lebih baik, membuang perilaku maladaptiv dan memperkuat serta mempertahankan perilaku adaptif yang diinginkan. Jadi dalam Konseling Behavioristik ini manusia dipandang memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk, benar atau salah. Manusia mampu melakukan refleksi atau tingkah lakunya sendiri, dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkah laku baru untuk dapat mempengaruhi orang lain. Sedangkan Corey (2013:198) mengatakan teknik Operant Conditioning merupakan teknik pendekatan Behavioristik yang berlandaskan teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya. 

     Jadi dapat diartikan bahwa teknik Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku perubahan (penguatan positiv atau negative) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berlangsung kembali atau menghilangkan sesuai dengan keinginan. Untuk mengatasi kesulitan belajar peneliti menggunakan pendekatan Konseling Behavioristik dengan teknik Operant Conditioning karena Konseling Behavioristik berorientasi pada perubahan tingkah laku yang tampak di lingkungan melalui proses belajar. Konseling Behavioristik memiliki banyak teknik untuk mengubah perilaku,salah satunya dengan teknik Operant Conditioning Usaha lanjutan ini berisi kegiatan dari usaha yang telah di berikan, apabila T sudah mau bersekolah lagi, guru bk beserta wali kelas dan guru maple teus mengawasi T agar tetap mempunyai keinginan untuk tetap bersekolah dan mengadakan sesi konseling secara rutin sampai anak tersebut tidak memiliki keinginan untuk membolos dan putus sekolah dan mau meneruskan jenjang Pendidikan sampai lulus SMA.

Kesimpulan

     Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa malas belajar dapat dipicu oleh faktor internal dan eksternal. Faktor yang berberngaruh langsung adalah dari keluarga/orang tua, sekolah, guru, teman bermain. Maka dalam hal ini orang tua, guru dan sekolah seharusnya dapat memahami, mendidik, memotivasi, memengaruhi siswa dengan Pendidikan yang utuh, sekaligus dapat membantu anak agar dapat belajar dengan baik.

Selain itu, yang penting dilakukan adalah berdoa tiada henti, pada kenyataaannya mendidik anak bukan masalah empiris semata. artinya, akan menjadi apa pastinya anak-anak kita nanti, tidak ada yang tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun