Tokoh pemikir Neo-Sufisme yang terkemuka dan memberikan sumbangan penting terhadap pemikiran tasawuf adalah Ibn Taimiyyah dan Fazlur Rahman.
1. Ibn TaimiyyahÂ
Ibn Taimiyyah adalah seorang cendekiawan Islam yang hidup pada abad ke-13. Ia dikenal dengan pandangan kritisnya terhadap praktek tasawuf yang dianggap berlebihan dan cenderung menyimpang dari ajaran Islam ortodoks, terutama dalam kalangan Sunni. Beberapa karakteristik pemikiran Ibn Taimiyyah yang relevan dengan Neo-Sufisme adalah:
- Keabsahan Tasawuf:Â
Ibn Taimiyyah meragukan keabsahan metode tasawuf dalam mencapai kebenaran. Baginya, tidak semua metode tasawuf dapat membawa seseorang kepada kebenaran sejati. Ia mengkritik pandangan yang menganggap makrifat (pengetahuan spiritual) sebagai tujuan akhir tasawuf, dan ia lebih menekankan bahwa tujuan akhir kehidupan manusia adalah ibadah kepada Allah.
- Penolakan terhadap Konsep Wahdat al-Wujud:Â
Salah satu poin kritis Ibn Taimiyyah adalah penolakan terhadap konsep Wahdat al-Wujud, yang menyatakan bahwa semua ciptaan adalah manifestasi Tuhan. Ia melihat konsep ini sebagai sesuatu yang dapat membingungkan perbedaan antara Sang Pencipta dan ciptaan-Nya.
- Penolakan Fanatisme Murid terhadap Guru:Â
Ibn Taimiyyah juga menolak fanatisme murid terhadap guru (mursyid). Ia berpendapat bahwa ketaatan dan loyalitas terhadap guru tidak boleh melanggar prinsip-prinsip syari'ah Islam, dan murid memiliki hak untuk menentang guru jika perintahnya bertentangan dengan syari'ah.
- Penekanan pada Ketaatan dan Jihad:Â
Ibn Taimiyyah menghubungkan cinta pada Allah dengan ketaatan kepada-Nya dan jihad. Baginya, cinta pada Allah harus tercermin dalam ketaatan yang mendasar kepada perintah-Nya. Jihad dipandang sebagai konsekuensi alami dari cinta pada Allah, di mana seseorang bersedia berjuang untuk membela Islam.
2. Fazlur Rahman
Fazlur Rahman adalah seorang cendekiawan Muslim yang mengkaji pemikiran tasawuf dari perspektif sejarah sosial dan konteks sosial-historis. Rahman berfokus pada pengembangan spiritualisme dalam Islam dan bagaimana pengalaman spiritual berkembang sepanjang sejarah. Beberapa poin kunci pemikirannya adalah:
- Asal Usul Spiritualisme dalam Islam:Â
Rahman melihat bahwa pengalaman spiritual dalam Islam telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Ini adalah bagian dari misi kenabiannya, dan sahabat-sahabat Nabi mengalami pengalaman spiritual, tetapi mereka tidak menjadikannya sebagai fokus utama. Pengalaman spiritual dipandang sebagai aspek kekhususan dalam penghayatan ajaran Islam.
- Reaksi Terhadap Isolasi Sosial:Â
Rahman menyoroti bahwa gerakan asketisme dalam Islam adalah reaksi terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan pada zamannya. Penguasa Umayyah mendorong para individu untuk meningkatkan kesalehannya secara individual, yang menyebabkan perkembangan gerakan ini. Akan tetapi, Rahman menekankan bahwa isolasi yang ekstrem dan penghindaran dari dunia tidak sesuai dengan ajaran Islam yang utama, yang menekankan kehidupan dalam masyarakat.
- Kehidupan Sosial dan Konteks:Â
Fazlur Rahman menekankan bahwa kesucian seseorang harus tercermin dalam kehidupan sosial dan konteksnya. Pandangannya berfokus pada sosial-historis kemanusiaan dan konteks sosial yang memerlukan respons sosial dan moral yang positif. Baginya, kesucian dalam Islam bukanlah hasil isolasi dari dunia, tetapi berada di dalamnya dalam bentuk gerakan yang menciptakan sejarah dan mempromosikan kebaikan sosial.
Kedua pemikir ini, Ibn Taimiyyah dan Fazlur Rahman, memiliki pandangan yang kritis terhadap aspek-aspek tertentu dalam praktik tasawuf dan menekankan perlunya pemahaman yang seimbang dan sesuai dengan ajaran Islam. Pemikiran mereka telah memberikan sumbangan penting terhadap perkembangan Neo-Sufisme yang lebih menekankan ketaatan, kehidupan sosial, dan konteks dalam spiritualitas Islam.
F. Konsep Tasawuf Dalam NeoSufisme
Konsep Tasawuf dalam Neosufisme adalah sebuah pembaruan tasawuf yang dipelopori oleh pemikir seperti Ibn Taimiyyah dan muridnya Ibn Qayyim sebagai reaksi terhadap penyebaran pengaruh doktrin wahdat al-wujud dalam tasawuf. Neosufisme bertujuan untuk menghadirkan tasawuf yang lebih sesuai dengan ajaran Islam ortodoks. Beberapa ciri utama konsep Tasawuf dalam Neosufisme adalah sebagai berikut:
1. Fokus pada Faktor Moral:Â
Neo Sufisme adalah aliran dalam Islam yang menggabungkan prinsip-prinsip tasawuf atau mistisisme dengan konteks modern. Salah satu fokus utama dalam neo Sufisme adalah pada faktor moral. Untuk menjelaskan konsep tasawuf dalam neo Sufisme yang menekankan faktor moral secara detail, berikut adalah beberapa poin kunci:
- Pemahaman Moral:
Dalam neo Sufisme, moralitas ditekankan sebagai bagian integral dari praktik spiritual. Pemahaman moral mencakup prinsip-prinsip seperti kebaikan, keadilan, kasih sayang, dan empati. Para penganut neo Sufisme meyakini bahwa moralitas adalah landasan untuk mencapai kesempurnaan spiritual.
- Kebebasan Dalam Moralitas:
Neo Sufisme menekankan kebebasan individu dalam memilih jalur moral mereka. Mereka percaya bahwa kesadaran moral harus tumbuh secara alami dari dalam diri individu, bukan dipaksakan dari luar. Ini menciptakan kesadaran moral yang lebih dalam dan berkelanjutan.
- Transformasi Diri:
Neo Sufisme memandang tasawuf sebagai alat untuk transformasi diri yang mendalam. Para penganut berupaya untuk mengenali dan mengatasi hawa nafsu serta sifat-sifat buruk mereka melalui praktik spiritual seperti meditasi, dzikir (zikir), dan kontemplasi.
- Etika dalam Hubungan Sosial:
Faktor moral dalam neo Sufisme juga diterapkan dalam hubungan sosial. Mereka mendukung perdamaian, toleransi, dan kesejahteraan sosial. Ini berarti bahwa penganut neo Sufisme harus berperan aktif dalam mempromosikan keadilan sosial dan mendukung yang lemah.
- Cinta dan Kasih Sayang:
Cinta (Ishq) dan kasih sayang (Mahabbah) adalah elemen penting dalam neo Sufisme. Mereka percaya bahwa dengan mengembangkan cinta dan kasih sayang kepada Tuhan, individu dapat mencapai pemahaman moral yang lebih dalam. Cinta kepada Tuhan juga menciptakan keterhubungan sosial yang lebih baik.
- Mengatasi Ego dan Kesombongan:
NeoSufisme mengajarkan pentingnya mengatasi ego dan kesombongan. Mereka percaya bahwa kesombongan adalah penghalang utama dalam mencapai pemahaman moral yang lebih tinggi. Oleh karena itu, merendahkan diri (tawadhu) dan merendahkan ego adalah prinsip penting dalam neo Sufisme.
2. Penggantian Sifat Ekstatik dengan Doktrin Agama:Â
Konsep tasawuf dalam neo Sufisme yang menekankan penggantian sifat ekstatik dengan doktrin agama mengacu pada upaya untuk memadukan prinsip-prinsip tasawuf dengan aspek lebih ortodoks atau doktrinal dalam agama Islam. Ini mencerminkan perubahan dalam fokus praktik tasawuf, lebih menekankan pemahaman yang lebih dalam terhadap ajaran agama daripada pengalaman mistis yang ekstatik. Berikut adalah penjelasan detail tentang konsep ini:
- Penekanan pada Pengetahuan dan Doktrin:
Dalam neo Sufisme, penekanan diberikan kepada pemahaman yang mendalam tentang ajaran dan doktrin agama Islam. Para penganut berupaya untuk memahami teks-teks suci, hukum-hukum agama, dan prinsip-prinsip keyakinan dengan cermat. Ini menciptakan dasar yang lebih kuat untuk kehidupan spiritual mereka.
- Kurangi Aspek Ekstasis:
Sifat ekstatik seperti semangat dan pengalaman mistis yang intens yang seringkali terkait dengan tasawuf tradisional dapat dikurangi dalam neo Sufisme. Ini karena penganut neo Sufisme lebih menitikberatkan pada perjalanan intelektual dan pemahaman konsep-konsep agama daripada pada pengalaman ekstasis.
- Akomodasi Terhadap Keberagaman Agama:
Neo Sufisme dapat mengambil pendekatan yang lebih inklusif terhadap keberagaman agama. Mereka mungkin lebih terbuka terhadap dialog antar-agama dan mencari kesamaan antara ajaran-ajaran agama yang berbeda. Ini sejalan dengan penekanan pada doktrin dan keyakinan universal yang mendasari semua agama.
- Penerapan Ajaran dalam Kehidupan Sehari-hari:
Penganut neo Sufisme berusaha untuk menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari mereka. Ini termasuk aspek praktis seperti etika, moralitas, dan tanggung jawab sosial. Mereka melihat praktik agama sebagai cara untuk mencapai kesempurnaan spiritual.
- Pendidikan dan Pembelajaran:
Neo Sufisme mendorong pendidikan dan pembelajaran yang terus-menerus dalam konteks ajaran agama. Mereka meyakini bahwa pengetahuan adalah kunci untuk pemahaman yang lebih dalam terhadap Tuhan dan perjalanan spiritual.
- Penekanan pada Etika dan Moralitas:
Sama seperti konsep sebelumnya yang menekankan faktor moral, neo Sufisme yang menggantikan sifat ekstatik dengan doktrin agama juga menekankan etika dan moralitas sebagai landasan penting dalam perjalanan spiritual. Etika dan moralitas digunakan sebagai panduan dalam hidup sehari-hari dan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.