Neo-Sufisme menolak fanatisme yang membuat murid taat secara mutlak kepada guru mereka, terutama jika perintah guru tersebut bertentangan dengan syari'ah. Hubungan guru-murid harus didasarkan pada komitmen sosial dan moral yang sesuai dengan Al-Quran dan Al-Sunnah.
8. Posisi Nabi Muhammad sebagai Pendiri Tarekat:
Dalam Neo-Sufisme, Nabi Muhammad ditempatkan sebagai pendiri tarekat yang menjadi teladan dalam berfikir, berdzikir, dan perilaku.
9. Organisasi Massa dengan Struktur Hierarkis:
Neo-Sufisme menciptakan organisasi massa dengan struktur yang terpusat dan hierarkis di bawah otoritas pendiri tarekat dan para khalifah, tetapi tetap berorientasi pada komunitas sosial.
10. Fokus pada Kajian Hadis Shahih:
Neo-Sufisme menitikberatkan pada kajian hadis atau sunnah yang benar- benar sahih, terutama yang berkaitan dengan rekonstruksi sosial-moral masyarakat.
11. Penolakan Taklid dan Pendorong Ijtihad:
Neo-Sufisme mendorong individu Muslim untuk memiliki kemampuan ijtihad dan menentang taklid buta pada ulama.
12. Kesediaan Berpolitik dan Patriotisme Militerian:
Neo-Sufisme menekankan kesediaan untuk berpolitik dan heroik patriotisme militerian untuk membela Islam dan memberikan respons terhadap tantangan ekspansi imperialisme Barat.