PendahuluanÂ
Pendidikan masih menjadi bahan perdebatan sengit dari waktu ke waktu di berbagai negara di dunia.  Pendidikan merupakan permasalahan yang kompleks, khususnya di  Indonesia yang  merupakan negara berkembang.  Namun, sebagai bangsa yang mendambakan kemajuan, dalam pembukaan Konstitusi kita telah menyatakan cita-cita mulia untuk menjadikan kehidupan masyarakat kita lebih cerdas.  Bangsa Indonesia tidak pernah boleh menyerah dalam upayanya mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan.  Karena pendidikan adalah kunci keberhasilan  suatu negara.  Ada berbagai indikator keberhasilan atau kegagalan pendidikan  suatu negara, seperti angka melek huruf.  Tingkat melek huruf yang tinggi dapat menjadi  indikator  keberhasilan pendidikan  suatu negara.  Semakin tinggi tingkat membaca dan menulis siswa, maka  semakin baik kemampuannya dalam mengidentifikasi permasalahan  dalam kehidupan.  Salah satu landasan literasi adalah membaca. Â
Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, khususnya dalam kehidupan siswa.  Namun, kegiatan membaca tidaklah mudah.  Seperti yang diungkapkan Djuanda (2007, hal.  73), "Membaca merupakan keterampilan yang kompleks karena membaca bukan sekedar aktivitas yang melibatkan melihat simbol-simbol tertulis. " Literasi bukan hanya tentang bahasa dan sastra; bidang.  Salah satunya adalah sains dan disebut dengan literasi sains.  Hal ini juga mempengaruhi kemampuan ilmiah siswa.  Menurut OECD (2016, p.20), kompetensi ilmiah diartikan sebagai berikut "Scientific literacy is the ability to engage with science-related issues, and with the ideas of science, as a reflective citizen." Hal ini juga sesuai dengan Toharudin dan Hendrawati (2011, p.  8) yang mengatakan: Dia berkata: "Literasi sains adalah kemampuan  memahami sains, mengkomunikasikan sains (lisan dan tertulis), dan menerapkan pengetahuan ilmiah untuk pemecahan masalah. ", Sutisnawati (2015, p.  67) menyatakan, "Literasi sains adalah pengetahuan dan pemahaman konsep dan proses ilmiah yang diperlukan untuk pengambilan keputusan individu dan partisipasi dalam kehidupan publik. . . '' PISA (dalam Sujana, 2014, P.  102) Pengertian kompetensi ilmiah adalah penggunaan pengetahuan ilmiah untuk mengidentifikasi berbagai pertanyaan dan bukti yang membantu mengambil keputusan tentang dunia ilmu pengetahuan dan hubungan antara manusia dan alam kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan. Â
 Dari pengertian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa kompetensi ilmiah adalah kemampuan seseorang dalam  memahami, menggunakan dan menghubungkan pengetahuan ilmiah untuk memecahkan masalah, khususnya yang berkaitan dengan masalah ilmiah.  Keterampilan literasi masih belum optimal di Indonesia.  Hal ini terlihat dari rendahnya kemampuan  sains siswa  Indonesia.  Data di bawah ini merupakan hasil survei PISA tahun 2016 yang dirilis Balitban Kemendikbud yang menunjukkan bahwa rata-rata nilai presentasi kemampuan sains siswa Indonesia berada di bawah rata-rata internasional.  Artinya, tahun 2000 sebanyak 393 poin, tahun 2003 sebanyak 395 poin, tahun 2006 sebanyak 393 poin, tahun 2009 sebanyak 383 poin, dan tahun 2012 sebanyak 382 poin.  Berdasarkan hasil survei PISA terbaru, skor Indonesia  pada tahun 2015 adalah 403 poin.  Skor rata-rata internasional saat ini adalah 500.  Sebagaimana dijelaskan dalam penelitian Fahdini, Mulyadi, Suhandani & Julia (2014) dan Suhandani & Julia (2014), salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah kemampuan mengajar guru.  Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan sains  adalah dengan  membiasakan siswa  membaca. Â
Agar siswa dapat bersenang-senang dan terbiasa dengan kegiatan membaca, maka perlu direncanakan kegiatan membaca yang menyenangkan dan menarik minat siswa.  Salah satu media bacaan yang menyenangkan dan menarik bagi siswa  adalah komik.  Manga menjadi bahan bacaan yang digemari tidak hanya  oleh anak-anak tetapi juga  orang dewasa karena isi manganya yang menarik.  Komik adalah suatu bentuk bacaan umum yang memuat serangkaian gambar dengan gelembung ucapan yang membentuk sebuah cerita.  Nurgiyantoro (2013, p.  410) menyatakan, "Gambar dalam komik adalah rangkaian gambar diam yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu cerita. " Komik adalah salah satu jenis media gambar diam berbasis internet yang biasanya berbentuk cetak atau non-cetak.  membentuk.  Meskipun komik pada awalnya berfungsi sebagai media hiburan, namun komik juga dapat dicampur dengan bahan bacaan edukatif untuk membantu siswa  memahami  materi pelajaran.  Seperti  Mayer (1989, hal.  244) ". .ilustrasi dapat mempengaruhi proses kognitif pembaca. "
Komik merupakan media bercerita dengan gambar  yang membantu siswa  lebih  memahami isinya.  Seperti yang dinyatakan Bauer (2005, hal.  15), "Cerita membantu kita memahami dunia.  Cerita memberi tahu kita apa yang bisa terjadi. " Komik mencakup format cerita.  Ada dua klasifikasi berdasarkan konten.  Dari segi bentuk atau formatnya, komik secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga jenis: komik potong atau komik strip, komik buku, dan komik online.  Di sisi lain, cerita diklasifikasikan menjadi tiga jenis tergantung pada isinya: komik fiksi, komik biografi, dan komik sains.  Keunggulan komik adalah dapat menyampaikan pesan dan informasi melalui rangkaian gambar dan cerita yang disajikan dalam bentuk gelembung ucapan.  Untuk memotivasi pembaca, khususnya pelajar, untuk membaca dan belajar. Berdasarkan pemaparan di atas maka  dilakukan  penelitian pemanfaatan media kartun untuk meningkatkan keterampilan sains siswa pada manfaat sinar matahari bagi manusia, tumbuhan dan hewan yang merupakan salah satu materi pembelajaran IPA kelas satu.  Landasan  penggunaan materi manfaat matahari bagi manusia, tumbuhan dan hewan adalah  ditemukannya fakta yang tidak dibahas secara rinci di beberapa buku teks ilmiah.  Sebaliknya meskipun materi ini mengandung banyak  konsep dan istilah, namun sangat mudah  dipahami  siswa tanpa penjelasan lebih lanjut.  Manga yang akan diimplementasikan adalah ``Manfaat Matahari bagi Manusia, Tumbuhan, dan Hewan'' yang  dirancang oleh para peneliti berdasarkan cerita tentang manfaat matahari.  Komik ini mengadaptasi cerita dengan kondisi lingkungan siswa dengan menggunakan berkah matahari sebagai latar cerita.  Hal ini dikarenakan energi surya merupakan sesuatu yang familiar dalam kehidupan siswa sehari-hari. Â
Hal ini memudahkan siswa untuk memahami isinya.  Penggunaan media komik ``Manfaat Matahari Bagi Manusia, Tumbuhan, dan Hewan'' diharapkan  menjadi salah satu alternatif yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan keterampilan sains siswa.  Desain manga sama seperti aktivitas kreatif lainnya dan dapat dilakukan sesuai dengan kebiasaan dan keterampilan seniman manga.  Menurut Osa (2007), tahapan produksi manga adalah brainstorming, plotting, storyboard, penulisan naskah, dan penintaan.  Manga ``Manfaat Matahari bagi Manusia, Tumbuhan, dan Hewan'' di bagian ``Gaya Gambar'' dirancang dengan gaya gambar Chibi, CB, atau Tubuh Anak.  Penggunaan gaya chibi ini tidak sembarangan dan dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan.  Elemen pertama adalah target waktu investigasi.  Hal ini dipilih karena  memudahkan dalam menggambar komik dan membuat waktu pembuatannya lebih efisien.  Pertimbangan kedua adalah target audiens.  Sasarannya adalah siswa sekolah dasar yang masih  anak-anak.  Anak-anak cenderung kesulitan memahami pesan yang terlalu rumit, sehingga digunakan gaya chibi  agar pesan yang  disampaikan dalam manga ini dapat diterima dan dipahami oleh siswa kelas satu. Â
Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan lebih menyenangkan, merangsang motivasi siswa untuk membaca dan belajar tanpa merasa terpaksa.  Selain itu, ini membantu siswa meningkatkan keterampilan sains mereka.  Media kartun ``Manfaat Matahari Bagi Manusia, Tumbuhan, dan Hewan'' dapat dijadikan referensi dan sumber belajar alternatif untuk meningkatkan keterampilan sains siswa.  Selain itu, guru dapat menjadikan penelitian ini sebagai referensi untuk mengembangkan  media serupa dan menerapkannya pada materi pembelajaran lainnya.  Berkontribusi dalam upaya meningkatkan kemampuan  sains siswa di sekolah.  Siswa akan dapat mempelajari dan memahami pentingnya peran media manga dalam meningkatkan literasi sains pada bahan ajar IPA siswa sekolah dasar.  Selain itu juga dapat menumbuhkan kreativitas untuk meningkatkan proses belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA mengenai manfaat matahari bagi manusia, tumbuhan dan hewan.  Kami juga memberikan testimoni berharga yang dapat menjadi bahan ajar ketika melangkah maju dalam karir masa depan sebagai guru.
Metodologi PenelitianÂ
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan pengembangan.  Metode tersebut meliputi proses sistematis dalam mengembangkan dan mengevaluasi produk untuk meningkatkan keterampilan belajar siswa, khususnya yang berkaitan dengan soal-soal pemahaman membaca  kelas satu di SDN Ketawanggede, Lowokwaru, Kota Malang.  Penelitian dimulai dengan observasi intensif terhadap siswa kelas satu untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan keterampilan membaca tertentu.  Melalui observasinya, peneliti mengidentifikasi berbagai tantangan yang dihadapi siswa, antara lain: B.  Kesulitan mengenal huruf, mengasosiasikan bunyi dengan simbol huruf, dan memahami kata sederhana.  Setelah data terkumpul dan dianalisis, langkah selanjutnya adalah merancang produk konkrit sebagai media pembelajaran.  Produk ini merupakan komik bacaan dengan  animasi dan audio visual.  Setiap elemen produk didasarkan pada wawasan dari observasi dan berfokus pada aspek visual dan pendengaran yang  membantu siswa mengenali dan menghafal huruf dan kata.  Produk yang dikembangkan diujicobakan pada siswa kelas satu SD Ketawanggede. Â
Penelitian ini  menilai efektivitas dan keterlibatan siswa dalam menggunakan media pembelajaran di ruang kelas nyata dengan pengawasan langsung oleh peneliti.  Data hasil uji coba akan dianalisis untuk mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan produk, serta masukan dari siswa dan guru. Â