Mohon tunggu...
Cindy Florencine
Cindy Florencine Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Jadilah pribadi yang bermanfaat untuk lingkungan sekitar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

15 November 2020   18:03 Diperbarui: 15 November 2020   18:13 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Simmel, nilai sebuah objek ditentukan dari jarak antara individu dan objek tersebut. Konsep jarak dalam pemikiran Simmel mengacu pada tingkat kesulitan untuk mendapatkan sebuah objek, yang dapat diukur melalui empat variabel utama yaitu waktu, kelangkaan, usaha yang harus dikeluarkan, serta pengorbanan yang harus dilakukan. Lebih lanjut, Simmel menyatakan bahwa sebuah objek akan dianggap bernilai jika objek tersebut berada di jarak yang tepat; tidak terlalu dekat, dan tidak terlalu jauh dari individu yang menilainya. Ketika membahas tentang uang, Simmel menyatakan bahwa uang, layaknya mode, merupakan sesuatu yang bersifat kontradiktif. 

Di satu sisi, uang menyimbolkan jarak antara subjek (individu) dan objek (benda); namun di sisi lain, uang juga berperan sebagai alat untuk melampaui jarak tersebut. Intinya, ada uang, ada barang. Dalam permasalahan ini, jika kita memiliki uang lebih, kita bisa membeli fasilitas lain yang lebih menunjang, seperti WiFi sehingga tidak perlu bersusah payang untuk rutin membeli kuota yang tentunya memberatkan, namun bagaimana dengan pelajar atau mahasiswa kalangan menengah ke bawah? Mereka terpaksa harus membeli kuota dan itu akan terus berlangsung sampai waktu yang tidak ditentukan. Dalam hal ini, uang menjadi sesuatu yang sangat penting, sehingga, banyak mahasiswa atau bahkan pelajar yang rela menjadi uang tambahan hanya sekedar meringankan beban orangtua mereka untuk membeli paket data.

Jika permasalahan tersebut dilihat dari sudut pandang sosiologis, maka kita bisa menghubungkannya dengan teori Filosofi Uang dari Sosiolog Georg Simmel dan Teori Struktural Fungsional dari Talcott Parsons. Dalam teori ini Simmel membahas tentang konsep nilai, uang, dan proses transaksi. Menurut Simmel, nilai sebuah objek ditentukan dari jarak antara individu dan objek tersebut. Konsep jarak dalam pemikiran Simmel mengacu pada tingkat kesulitan untuk mendapatkan sebuah objek, yang dapat diukur melalui empat variabel utama yaitu waktu, kelangkaan, usaha yang harus dikeluarkan, serta pengorbanan yang harus dilakukan. 

Lebih lanjut, Simmel menyatakan bahwa sebuah objek akan dianggap bernilai jika objek tersebut berada di jarak yang tepat; tidak terlalu dekat, dan tidak terlalu jauh dari individu yang menilainya. Ketika membahas tentang uang, Simmel menyatakan bahwa uang, layaknya mode, merupakan sesuatu yang bersifat kontradiktif. Di satu sisi, uang menyimbolkan jarak antara subjek (individu) dan objek (benda); namun di sisi lain, uang juga berperan sebagai alat untuk melampaui jarak tersebut. Intinya, ada uang, ada barang. 

Dalam permasalahan ini, jika kita memiliki uang lebih, kita bisa membeli fasilitas lain yang lebih menunjang, seperti WiFi sehingga tidak perlu bersusah payang untuk rutin membeli kuota yang tentunya memberatkan, namun bagaimana dengan pelajar atau mahasiswa kalangan menengah ke bawah? Mereka terpaksa harus membeli kuota dan itu akan terus berlangsung sampai waktu yang tidak ditentukan. Dalam hal ini, uang menjadi sesuatu yang sangat penting, sehingga, banyak mahasiswa atau bahkan pelajar yang rela menjadi uang tambahan hanya sekedar meringankan beban orangtua mereka untuk membeli paket data.

Pembelajaran jarak jauh memang bukanlah suatu hal yang mudah untuk diterapkan. Lalu, bagaimana upaya pemerintah dalam mengatasi berbagai hambatan yang ada seperti kuota dan sebagainya? Untuk kuota sendiri sebenarnya pemerintah, melalui Kemendikbud telah bekerjasama dengan beberapa provider untuk memberikan bantuan kuota pembelajaran gratis selama pandemi kepada mahasiswa/pelajar dan tenaga pendidik. 

Namun, bagaimana dengan pelajar yang tinggal di pedalaman dengan sinyal yang tidak memadai? Well, perlu adanya koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mencari jalan keluarnya. Dan tentunya, kita semua berharap pandemi ini akan segera berakhir sehingga seluruh kegiatan belajar-mengajar berjalan dengan lancar.

Sumber:

file.upi.edu

news.detik.com

openjournal.unpam.ac.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun