Perayaan Imlek: Meriah di Indonesia, Sederhana di China Selatan.
siapa nih yang sudah gak sabaran untuk merayakan hari tahun baru imlek? Â
Perayaan Imlek merupakan salah satu momen penting dalam kehidupan masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Selama ini, banyak yang mengenal Imlek di Indonesia sebagai sebuah perayaan yang sangat meriah dengan berbagai tradisi yang khas. Namun, tahukah Anda bahwa di China bagian Selatan, tradisi Imlek cenderung lebih sederhana dan memiliki nuansa yang berbeda? Saya sendiri berkesempatan untuk melewati tahun baru imlek bersama keluarga yang berada di China bagian Selatan. Sesuai dengan pengalaman sendiri, Artikel ini akan mengungkapkan perbedaan budaya Imlek di kedua negara tersebut.
1. Persiapan Imlek di Indonesia:Â
Di Indonesia, masyarakat Tionghoa sudah mulai mempersiapkan diri jauh-jauh hari sebelum Imlek. Setidaknya satu bulan sebelumnya, mereka akan sibuk membeli pakaian baru, mendekorasi rumah dengan ornamen khas Imlek seperti lampion merah dan pernak-pernik berwarna emas, serta menyiapkan berbagai hidangan tradisional, seperti menyiapkan kue kering, minuman, kue bakul untuk tamu dan makanan untuk sembahyang leluhur.
Kegiatan ini tidak hanya dilakukan dalam lingkup keluarga, tetapi juga di tingkat komunitas. Di beberapa daerah, kita bisa melihat pasar-pasar Imlek yang ramai, menawarkan segala macam keperluan untuk merayakan Imlek, mulai dari makanan khas seperti kue keranjang, bakpao, hingga hiasan-hiasan rumah.
2. Perayaan Imlek di China Selatan yang Sederhana:Â
Berbeda dengan di Indonesia, di China bagian Selatan, tepatnya di kota Fuzhou. Perayaan Imlek cenderung lebih sederhana dan tidak semeriah yang kita bayangkan. Di beberapa daerah di China bagian Selatan, orang-orang lebih fokus pada waktu berkumpul dengan keluarga inti, dan suasana yang lebih tenang namun penuh kebahagiaan menyelimuti perayaan tersebut.
Di China Selatan, orang-orang tetap menjalankan tradisi menyambut Tahun Baru Imlek, seperti sembahyang leluhur, menempel ornamen-ornamen imlek, sacapmeh (malam sebelum tahun baru imlek) makan bersama, namun mereka lebih mengutamakan waktu untuk bersama keluarga.
Gambar diatas adalah hidangan makanan yang dipakai untuk sembahyang leluhur dan para dewa, jika sudah selesai sembahyang makanan akan disantap bersama dengan anggota keluarga.Â
 Di China bagian Selatan Tidak ada perayaan besar-besaran dengan kunjungan dari satu rumah ke rumah lainnya seperti di Indonesia, makan kue kering dan jejamuan, dan lain sebagainya. Bahkan, banyak masyarakat yang memilih untuk lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, di restoran makan, atau di taman bersama sanak keluarga dan rekan kerja. Â
Contohnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini adalah hari imlek pertama di kota Fuzhou, di Taman Wulong River, dapat dilihat banyak keluarga yang kumpul dan bermain di taman ini.
      Â
3. Perbedaan Tradisi Kunjungan Rumah di Indonesia dan China Selatan:Â
Di Indonesia, tradisi mengunjungi rumah saudara, tetangga, atau teman sangat kuat selama perayaan Imlek. Kunjungan ini dikenal dengan istilah "paini/paicia/baijia/拜家" dan memberikan angpao (amplop merah berisi uang) sebagai tanda penghormatan dan doa untuk kesejahteraan, kemakmuran, dan kesuksesan, selain itu tamu makan kue kering, manisan, minuman serta makanan berat lainnya . Kegiatan ini menciptakan suasana yang meriah dan penuh interaksi sosial.
Namun, di China bagian Selatan,tepatnya di Kota Fuzhou. meskipun tradisi memberikan angpao masih ada, tetapi sebagian besar masyarakat tidak ada kunjungan besar-besaran antara rumah satu dengan yang lain. tidak ada kue kering diatas meja, tidak ada kue keranjang/kue bakul, tidak manisan dan lain sebagainya. yang hanya adalah makan bersama dan nge-teh atau minum bersama sambil berkomunikasi mengenai karir, pekerjaan, pendidikan, tempat wisata dan lain-lain.Â
Jadi banyak keluarga yang lebih memilih untuk merayakan Imlek secara intim di rumah, dengan makan malam keluarga dan berdoa bersama untuk kelancaran dan kesejahteraan di tahun yang baru. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh nilai-nilai yang lebih fokus pada kedamaian dan ketenangan.
4. Pengaruh Budaya Lokal dan Agama:Â
Budaya lokal dan faktor agama turut memengaruhi cara orang merayakan Imlek di masing-masing negara. Di Indonesia, budaya Tionghoa sudah banyak berbaur dengan budaya lokal, yang sering kali mengarah pada perayaan yang lebih terbuka, lebih heboh dan penuh kebersamaan. Sebaliknya, di China Selatan, faktor kekayaan tradisi lokal yang lebih kental dengan kepercayaan dan adat setempat, sering kali lebih mengarah pada kesederhanaan dan spiritualitas.
Kesimpulan:Â
Perayaan Imlek memang memiliki berbagai bentuk dan tradisi yang berbeda-beda, tergantung pada lokasi dan budaya setempat. Di Indonesia, Imlek dikenal sangat meriah dengan persiapan yang matang, sementara di China Selatan, Â tepatnya di kota Fuzhou, meskipun tetap dihormati, perayaan Imlek terasa lebih sederhana, tenang, dan penuh kehangatan. Kedua cara ini memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Tionghoa, yang mengedepankan keluarga dan kesejahteraan di tahun yang baru.
Catatan: Penulis hanya membagikan pengalaman sendiri selama imlek di Kota Fuzhou, China. Mengenai Budaya di daerah China lainnya, ada kemungkinan besar juga berbeda dengan kota Fuzhou.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H