Dia (refleks): "Hah, jangan! Aku nggak suka bubur. Kita makan mie ayam aja, deh."
Anda: "YES!"
Metode ini bekerja berdasarkan psikologi loss aversion (Kahneman & Tversky, 1979), yang menyatakan bahwa manusia lebih cepat merespons potensi kerugian (dalam hal ini makan di tempat yang tidak disukai) daripada potensi keuntungan. Dengan sengaja menyebutkan pilihan yang tidak menarik, pasangan Anda secara alami akan memproses apa yang sebenarnya dia inginkan tanpa tekanan, sehingga dia langsung memberi jawaban yang spesifik.
Namun, penting untuk menggunakan cara ini dengan sentuhan humor dan kasih sayang, bukan dengan nada mengintimidasi. Tujuannya adalah untuk memecah kebuntuan, bukan membuat pasangan merasa tidak nyaman
Dengan menambahkan strategi-strategi ini ke daftar pendekatan Anda, "terserah" tidak lagi menjadi teka-teki yang sulit dipecahkan. Malahan, Anda bisa mengubah situasi yang membingungkan menjadi momen ringan dan bahkan menyenangkan.
Cinta di Balik 'Terserah'
Pada akhirnya, "terserah" adalah bagian tak terpisahkan dari hubungan yang sehat. Meskipun kadang membingungkan, jawaban ini mencerminkan rasa nyaman, kepercayaan, atau bahkan keraguan kecil yang wajar dalam hubungan manusia.Â
Dengan memahami konteksnya, Anda tidak hanya bisa menghindari kesalahpahaman, tetapi juga membangun hubungan yang lebih dalam dan penuh perhatian.
Jadi, lain kali ketika pasangan Anda berkata "terserah," jangan langsung merasa frustrasi. Anggaplah itu sebagai kesempatan untuk menunjukkan perhatian, kreativitas, dan humor Anda.Â
Karena, seperti cinta itu sendiri, "terserah" adalah bagian dari dinamika yang membuat hubungan begitu menarik dan penuh warna.
Referensi
- Batson, C. D. (1998). Prosocial behavior and empathy. In D. T. Gilbert, S. T. Fiske, & G. Lindzey (Eds.), The handbook of social psychology (pp. 282--316). McGraw-Hill.
- Baumeister, R. F., Bratslavsky, E., Muraven, M., & Tice, D. M. (1998). Ego depletion: Is the active self a limited resource? Journal of Personality and Social Psychology, 74(5), 1252--1265. https://doi.org/10.1037/0022-3514.74.5.1252
- Gottman, J. M. (1994). Why marriages succeed or fail...and how you can make yours last. New York: Simon & Schuster.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H