Dalam hubungan asmara, ada satu fenomena universal yang hampir semua pasangan pernah mengalaminya. Jawaban "terserah." Dua suku kata sederhana yang bisa melahirkan segudang pertanyaan, perdebatan kecil, dan, kalau tidak hati-hati, bisa jadi drama.Â
Namun, di balik jawaban ini, ada banyak hal menarik yang mencerminkan dinamika hubungan, psikologi romansa, hingga sifat manusia itu sendiri.Â
Jadi, mari kita bedah bersama. Mengapa "terserah" begitu sering muncul, bagaimana cara memahami maknanya, dan, tentu saja, bagaimana bertahan hidup dari fenomena yang kadang bikin kepala pusing ini.
Apa yang Sebenarnya Terjadi?
1. Rasa Tidak Enak dan Sifat Altruistik
Salah satu alasan klasik di balik "terserah" adalah rasa tidak enak, terutama jika keputusan melibatkan biaya. Contohnya, ketika pasangan ditanya, "Mau makan apa?" dan dia ingin mencoba restoran Jepang yang sedikit mahal, sering kali rasa segan muncul. Dalam pikirannya, ia mungkin berpikir, "Kalau aku bilang mau makan sushi, nanti dia mikir aku boros. Sudahlah, aku bilang terserah saja."
Analisisnya, ini adalah bentuk sifat altruistik, di mana seseorang lebih memilih menekan keinginannya daripada membebani orang lain. Menariknya, menurut teori prosocial behavior (Batson, 1998), sikap ini adalah cara individu menjaga hubungan tetap harmonis, meski terkadang menyebabkan frustrasi bagi pasangan yang mencoba "menebak" apa yang sebenarnya diinginkan.
2. Kebingungan Murni: Ketika Pilihan Terlalu Banyak
Ada kalanya "terserah" benar-benar berarti bingung. Dunia modern menawarkan terlalu banyak pilihan. Menu makanan yang panjang, rekomendasi dari aplikasi, hingga tempat makan viral yang muncul di media sosial. Otak manusia tidak selalu siap untuk menghadapi banjir opsi ini. Teori decision fatigue (Baumeister et al., 1998) menjelaskan bahwa ketika seseorang harus membuat terlalu banyak keputusan dalam sehari, mereka akan mencapai titik di mana kemampuan mengambil keputusan menjadi menurun. Dalam kondisi ini, "terserah" adalah cara otak untuk berkata, "Aku menyerah, tolong kamu saja yang pilih."
3. Keinginan Tersembunyi Untuk Menguji Seberapa Perhatian Kamu
Terkadang, "terserah" bukanlah kebingungan atau rasa tidak enak, tetapi sebuah ujian kecil yang tidak disadari. Contohnya, pasangan yang berkata "terserah" sebenarnya ingin tahu apakah Anda cukup mengenalnya untuk memilih sesuatu yang sesuai dengan seleranya. Ini terkait dengan kebutuhan dasar dalam hubungan untuk merasa dimengerti dan diperhatikan (Gottman, 1994). Misalnya, jika Anda tahu dia suka makanan pedas, lalu Anda memilih restoran dengan menu sambal khas, poin besar untuk Anda!
4. Menghindari Konflik Kecil
Ada juga skenario di mana "terserah" digunakan sebagai cara untuk menghindari debat yang tidak perlu. Misalnya, pasangan yang tahu dirinya tidak terlalu peduli soal makan malam mungkin memilih berkata "terserah" daripada memicu diskusi panjang. Namun, di sisi lain, ini bisa menimbulkan kebingungan jika Anda tidak tahu apakah "terserah" benar-benar berarti "aku ikhlas" atau "aku lagi nguji kamu."
Memahami Makna di Balik 'Terserah'
Berikut adalah beberapa cara untuk memecahkan kode rahasia di balik jawaban "terserah":
Ekspresi Wajah dan Nada Suara
Jika dia mengatakan "terserah" sambil tersenyum dan terlihat santai, kemungkinan besar dia benar-benar tidak keberatan dengan keputusan apa pun. Namun, jika "terserah" diucapkan dengan nada datar atau sambil menghela napas, ini mungkin sinyal bahwa Anda perlu bertanya lebih lanjut.
Konteks Situasi
Perhatikan situasi saat "terserah" muncul. Jika dia terlihat lelah setelah seharian bekerja, kemungkinan besar ini adalah tanda decision fatigue. Namun, jika ini terjadi dalam momen santai, ada kemungkinan dia sedang menguji inisiatif Anda.
Cara Bertahan Hidup dari Jawaban 'Terserah'
Ajukan Pilihan yang Terbatas
Daripada bertanya, "Mau makan apa?" ubah menjadi, "Mau makan sushi atau ayam geprek?" Dengan memberikan dua opsi, Anda membantu pasangan mempersempit pilihan tanpa membuatnya kewalahan.
Contoh nyata:
Anda: "Sayang, makan di luar yuk. Mau ramen atau pizza?"
Dia: "Hmm... pizza."
Anda: Menang besar!
Jadikan Keputusan sebagai Kesempatan untuk Beri Kejutan
Jika pasangan benar-benar tidak memberi petunjuk, gunakan kesempatan ini untuk memberi kejutan. Pilih tempat yang Anda tahu akan dia nikmati, dan tambahkan elemen kejutan kecil, seperti makanan penutup favoritnya. Ini menunjukkan perhatian Anda tanpa perlu diskusi panjang.
Gunakan Humor untuk Melembutkan Situasi
Alih-alih merasa frustrasi, coba tanggapi dengan humor. Contohnya, "Kalau kamu bilang terserah lagi, aku pilih makan di tempat yang cuma ada es batu sama air putih, lho." Humor dapat mengurangi tekanan situasi dan mengajak pasangan untuk lebih terbuka.
Pancing dengan Pilihan "Anti-Favorit"
Jika pasangan Anda selalu bilang "terserah," cobalah menyebutkan sesuatu yang Anda tahu pasti tidak sesuai dengan seleranya. Ini bukan untuk memancing konflik, tetapi untuk membantu pasangan menyadari apa yang sebenarnya dia inginkan. Metode ini sering kali menghasilkan respons instan dan jujur tanpa dia sadari.
Contoh nyata:
Anda: "Oke, kalau gitu kita makan bubur aja ya."
Dia (refleks): "Hah, jangan! Aku nggak suka bubur. Kita makan mie ayam aja, deh."
Anda: "YES!"
Metode ini bekerja berdasarkan psikologi loss aversion (Kahneman & Tversky, 1979), yang menyatakan bahwa manusia lebih cepat merespons potensi kerugian (dalam hal ini makan di tempat yang tidak disukai) daripada potensi keuntungan. Dengan sengaja menyebutkan pilihan yang tidak menarik, pasangan Anda secara alami akan memproses apa yang sebenarnya dia inginkan tanpa tekanan, sehingga dia langsung memberi jawaban yang spesifik.
Namun, penting untuk menggunakan cara ini dengan sentuhan humor dan kasih sayang, bukan dengan nada mengintimidasi. Tujuannya adalah untuk memecah kebuntuan, bukan membuat pasangan merasa tidak nyaman
Dengan menambahkan strategi-strategi ini ke daftar pendekatan Anda, "terserah" tidak lagi menjadi teka-teki yang sulit dipecahkan. Malahan, Anda bisa mengubah situasi yang membingungkan menjadi momen ringan dan bahkan menyenangkan.
Cinta di Balik 'Terserah'
Pada akhirnya, "terserah" adalah bagian tak terpisahkan dari hubungan yang sehat. Meskipun kadang membingungkan, jawaban ini mencerminkan rasa nyaman, kepercayaan, atau bahkan keraguan kecil yang wajar dalam hubungan manusia.Â
Dengan memahami konteksnya, Anda tidak hanya bisa menghindari kesalahpahaman, tetapi juga membangun hubungan yang lebih dalam dan penuh perhatian.
Jadi, lain kali ketika pasangan Anda berkata "terserah," jangan langsung merasa frustrasi. Anggaplah itu sebagai kesempatan untuk menunjukkan perhatian, kreativitas, dan humor Anda.Â
Karena, seperti cinta itu sendiri, "terserah" adalah bagian dari dinamika yang membuat hubungan begitu menarik dan penuh warna.
Referensi
- Batson, C. D. (1998). Prosocial behavior and empathy. In D. T. Gilbert, S. T. Fiske, & G. Lindzey (Eds.), The handbook of social psychology (pp. 282--316). McGraw-Hill.
- Baumeister, R. F., Bratslavsky, E., Muraven, M., & Tice, D. M. (1998). Ego depletion: Is the active self a limited resource? Journal of Personality and Social Psychology, 74(5), 1252--1265. https://doi.org/10.1037/0022-3514.74.5.1252
- Gottman, J. M. (1994). Why marriages succeed or fail...and how you can make yours last. New York: Simon & Schuster.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H