Mohon tunggu...
Cindy Carneta
Cindy Carneta Mohon Tunggu... Lainnya - Sarjana Psikologi

Saya merupakan seorang Sarjana Psikologi dari Universitas Bina Nusantara.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Di Mana Kedamaian Menemukan Rumah?

22 Desember 2024   18:46 Diperbarui: 25 Desember 2024   16:28 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi slow living (dok: mediapijar.com)

Melambat bukan berarti malas, tetapi memberi waktu untuk diri sendiri. Mulailah dengan mengalokasikan 15-30 menit sehari untuk melakukan sesuatu yang Anda nikmati tanpa distraksi, seperti membaca buku atau berjalan kaki di taman.

Kurangi Ketergantungan pada Teknologi

Cobalah untuk membatasi waktu layar Anda. Matikan notifikasi saat sedang bersama keluarga atau teman, dan gunakan waktu tersebut untuk benar-benar hadir.

Ciptakan Ruang untuk Refleksi

Lakukan kegiatan yang memungkinkan Anda merenung, seperti menulis jurnal, bermeditasi, atau sekadar duduk menikmati pemandangan.

Hargai Proses, Bukan Hanya Hasil

Dalam dunia yang serba cepat, kita sering kali fokus pada hasil akhir dan melupakan perjalanan. Slow living mengajarkan kita untuk menikmati setiap langkah, tidak peduli seberapa kecil itu.

Melambat untuk Hidup Lebih Bermakna

Slow living adalah undangan untuk kembali ke akar kehidupan. Kesadaran, makna, dan hubungan yang autentik. 

Dalam dunia yang bergerak terlalu cepat, melambat bukan berarti tertinggal, melainkan cara untuk menemukan kembali diri kita.

Kota-kota seperti Yogyakarta, Ubud, Malang, dan Wonosobo menawarkan peluang untuk melambat, tetapi tempat yang ideal untuk slow living adalah tempat di mana Anda memilih untuk benar-benar hadir. 

Hidup tidak diukur dari seberapa cepat kita mencapainya, tetapi dari kedalaman yang kita rasakan di setiap langkah.

Referensi

  • Kaplan, R., & Kaplan, S. (1989). The experience of nature: A psychological perspective. Cambridge: Cambridge University Press.
  • Seligman, M. E. P. (2002). Authentic happiness: Using the new positive psychology to realize your potential for lasting fulfillment. New York: Free Press.
  • Ulrich, R. S., Simons, R. F., Losito, B. D., Fiorito, E., Miles, M. A., & Zelson, M. (1991). Stress recovery during exposure to natural and urban environments. Journal of Environmental Psychology, 11(3), 201--230. https://doi.org/10.1016/S0272-4944(05)80184-7
  • Deloitte. (2023). Millennial and Gen Z survey: The burnout generation. Retrieved from https://www.deloitte.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun