"Let's staycation together tonight!"
Apakah Anda telah familiar dengan istilah "bungkus"? Jika ya, apa hal pertama yang Anda pikirkan saat ini saat membaca kata tersebut?
Bagi para pembaca yang masih asing dengan istilah ini, makna dari istilah bungkus dalam artikel ini tentunya berbeda pengertiannya dengan kata bungkus saat Anda pergi ke sebuah rumah makan dan tidak ingin makan di tempat secara langsung.
Lantas apa sih sebenarnya fenomena bungkus membungkus ini? Yuk kita kulik bersama fakta-fakta dibalik fenomena ini melalui sudut pandang Psikologi.
Fenomena perbungkusan yang terjadi di kalangan anak muda Indonesia berasal dari sebuah budaya barat yang Bernama "hook up".
Hook up dapat didefinisikan sebagai sebuah hubungan intim atau seksual yang dilakukan oleh dua orang yang bukan pasangan atau bahkan mereka baru saling mengenal. Hook up sendiri kerap kali ditemukan khususnya pada bar ataupun klub malam.
Hubungan spontan ini pada umumnya disebabkan oleh pengaruh alkohol yang menyebabkan kehilangan kesadaran. Sehingga hubungan tersebut mungkin terjadi tanpa komunikasi, tanpa perbincangan tentang kesehatan seksual, dan semacamnya.
Dengan latar belakang pendidikan Psikologi dan memiliki ketertarikan di bidang Psikologi Seksual membuat rasa penasaran saya semakin menjadi-jadi.
Sehingga pada akhirnya, saya memberanikan diri untuk bertanya kepada beberapa teman saya khususnya laki-laki di luar jurusan Psikologi terkait fenomena ini.
Yang membuat saya terkejut adalah sebagian besar dari mereka atau teman-temannya telah melakukan hook up dengan alasan yang relatif berbeda-beda, mulai dari tidak tahan hingga tidak merasa bisa mengendalikan dirinya saat tengah tinggi (mabuk). Dan yang membuat saya semakin terkejut hingga tak bisa berkata-kata adalah beberapa dari mereka telah memiliki seorang kekasih.