Mohon tunggu...
Cindy Avierra
Cindy Avierra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

teruna penguntai kata didasarkan pada fakta.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kopi Indonesia dan Kesenjangan Pendapatan Ekspor

7 Maret 2023   04:40 Diperbarui: 7 Maret 2023   04:48 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kopi Indonesia adalah salah satu produk ekspor unggulan yang menjadi kebanggaan negara Indonesia. Kopi asal Indonesia terkenal dengan cita rasa dan aroma yang khas serta kualitas yang tinggi, sehingga menjadi incaran banyak negara di dunia. Namun, di balik kesuksesan ekspor kopi Indonesia terdapat masalah kesenjangan pendapatan yang perlu diperhatikan.

Kesenjangan pendapatan ekspor kopi Indonesia terjadi ketika harga jual kopi Indonesia di pasaran internasional relatif rendah dibandingkan dengan harga jual kopi yang sama yang diimpor oleh negara-negara konsumen. Salah satu negara importir kopi Indonesia yang mengalami perbedaan harga jual yang signifikan adalah Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh International Coffee Organization (ICO) yang menunjukkan harga rata-rata kopi Arabika di pasar dunia pada tahun 2020 sekitar US$2,75 per pon (0,45 kilogram), sementara harga jual kopi Arabika Indonesia hanya sekitar US$1,25-1,50 per pon.

Kesenjangan pendapatan ekspor kopi Indonesia dengan Amerika Serikat ini menjadi perhatian serius karena Indonesia adalah salah satu penghasil kopi terbesar di dunia dan Amerika Serikat merupakan salah satu konsumen terbesarnya. Selain itu, kopi juga menjadi salah satu sumber pendapatan penting bagi petani kopi di Indonesia, yang sebagian besar berada di wilayah pedesaan dan bergantung pada pertanian sebagai sumber penghidupan.

Kesenjangan pendapatan ekspor kopi Indonesia dengan Amerika Serikat tergantung pada sejumlah faktor, termasuk kualitas kopi, harga pasar, dan persaingan dengan negara-negara lain yang juga memasok kopi ke Amerika Serikat. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesenjangan pendapatan ekspor kopi Indonesia dengan Amerika Serikat antara lain:

  1. Kualitas kopi: Kopi Indonesia memiliki kualitas yang cukup baik dan beragam, tergantung pada jenis kopi dan wilayah produksinya. Namun, kualitas kopi Indonesia tidak selalu dapat bersaing dengan kopi dari negara lain yang juga diimpor ke Amerika Serikat. Oleh karena itu, kualitas kopi Indonesia harus terus ditingkatkan agar dapat bersaing dengan negara-negara lain.

  2. Harga pasar: Harga pasar kopi dapat bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk ketersediaan pasokan, permintaan, dan fluktuasi nilai tukar. Jika harga kopi Indonesia lebih tinggi daripada harga kopi dari negara-negara lain, maka kesenjangan pendapatan ekspor akan semakin besar.

  3. Persaingan dengan negara lain: Amerika Serikat merupakan salah satu negara pengimpor kopi terbesar di dunia dan juga membeli kopi dari negara-negara lain seperti Brasil, Kolombia, dan Vietnam. Persaingan dengan negara-negara ini dapat mempengaruhi kesenjangan pendapatan ekspor kopi Indonesia dengan Amerika Serikat.

  4. Kebijakan perdagangan internasional: Kebijakan perdagangan internasional yang tidak menguntungkan bagi Indonesia, seperti tarif impor yang tinggi atau adanya hambatan perdagangan lainnya, dapat menyebabkan kesenjangan pendapatan ekspor semakin besar.

Jika dilihat dalam ekonomi politik internasional, maka fenomena ini bisa dipandang melalui teori sistem dunia modern. Teori sistem dunia modern (MWS) adalah kerangka teoritis yang digunakan untuk menganalisis dinamika politik, ekonomi, dan budaya dunia dalam konteks sistem internasional yang saling terkait. Teori ini dikembangkan oleh Immanuel Wallerstein pada tahun 1974 dan menjadi dasar bagi bidang studi sosial dan ilmu politik.

MWS berpendapat bahwa dunia terbagi menjadi sistem-sistem yang berbeda dalam sejarahnya. Namun, sistem yang ada saat ini, yaitu sistem dunia modern, merupakan sistem ekonomi dunia yang terintegrasi yang berkembang sejak abad ke-16. Sistem ini didasarkan pada kapitalisme global yang terus berkembang dan diintegrasikan secara internasional, yang dianggap sebagai kekuatan utama dalam sistem ini. 

MWS membagi dunia menjadi tiga bagian: inti, semi-periferi, dan periferi. Negara-negara inti, seperti Amerika Serikat dan Eropa, memiliki kekuatan ekonomi yang kuat dan cenderung menjadi pemimpin sistem ekonomi global. Negara-negara semi-periferi, seperti Brazil dan Rusia, memiliki kekuatan ekonomi yang lebih lemah tetapi masih memiliki posisi yang penting dalam sistem ekonomi global. Negara-negara periferi, seperti sebagian besar negara di Afrika, memiliki kekuatan ekonomi yang sangat lemah dan sering kali menjadi pemasok sumber daya alam untuk negara-negara inti dan semi-periferi.

Dalam konteks ini, Amerika Serikat termasuk ke dalam negara inti dalam sistem global, sedangkan Indonesia termasuk ke dalam negara pinggiran atau semi-periferi. Sebagai negara inti, Amerika Serikat memiliki kontrol yang lebih besar terhadap perdagangan internasional dan dapat mempengaruhi harga dan permintaan terhadap komoditas seperti kopi. Sebagai negara pinggiran, Indonesia cenderung bergantung pada ekspor dan kebijakan perdagangan internasional yang dibuat oleh negara inti.

Dalam MWS, negara pinggiran cenderung mengalami eksploitasi ekonomi dan terus menerus memasok sumber daya dan produk ke negara inti dengan harga yang rendah, sementara negara inti mendapatkan keuntungan dari kontrol atas harga dan distribusi komoditas global. Hal ini dapat dilihat dalam kasus kesenjangan pendapatan ekspor kopi Indonesia dengan Amerika Serikat, dimana Indonesia sebagai negara pinggiran cenderung memasok kopi dengan harga yang rendah, sedangkan Amerika Serikat sebagai negara inti memperoleh keuntungan dari kontrol atas pasar kopi global.

Dalam MWS, untuk mengatasi kesenjangan ekonomi antara negara inti dan negara pinggiran, perlu dilakukan perubahan dalam struktur ekonomi global dan hubungan ekonomi antara negara-negara. Untuk mengatasi kesenjangan ini, ada beberapa langkah yang dapat diambil

  1. Diversifikasi ekonomi: Indonesia harus mencari cara untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor kopi sebagai sumber pendapatan utama. Diversifikasi ekonomi melalui pengembangan sektor industri dan jasa dapat membantu Indonesia mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas.

  2. Meningkatkan nilai tambah produk ekspor: Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah produk ekspornya dengan mengembangkan proses pengolahan yang lebih canggih dan meningkatkan kualitas produk. Hal ini dapat membantu meningkatkan harga jual produk ekspor dan mengurangi ketergantungan pada harga pasar global.

  3. Membangun jaringan perdagangan alternatif: Indonesia dapat mencari pasar alternatif dan membangun jaringan perdagangan yang lebih luas dengan negara-negara di luar Amerika. Dengan cara ini, Indonesia dapat memperluas pasar ekspornya dan mengurangi ketergantungan pada Amerika sebagai pasar utama.

  4. Mendorong kebijakan proteksi domestik: Pemerintah Indonesia dapat mendorong kebijakan proteksi domestik untuk meningkatkan daya saing produk dalam negeri dan melindungi pasar dalam negeri dari persaingan impor yang tidak sehat. Hal ini dapat membantu meningkatkan harga jual produk dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada ekspor.

  5. Memperkuat kerja sama regional: Indonesia dapat memperkuat kerja sama regional dengan negara-negara di Asia Tenggara melalui ASEAN Economic Community (AEC). Dengan cara ini, Indonesia dapat memperluas pasar ekspornya dan mengurangi ketergantungan pada pasar Amerika.

Secara keseluruhan, kesenjangan ekspor dan harga impor kopi Indonesia ke Amerika merupakan tantangan yang harus diatasi oleh Indonesia dalam konteks sistem ekonomi dunia yang ada saat ini. Dengan mengambil langkah-langkah seperti diversifikasi ekonomi, meningkatkan nilai tambah produk ekspor, membangun jaringan perdagangan alternatif, mendorong kebijakan proteksi domestik, dan memperkuat kerja sama regional, Indonesia dapat memperbaiki posisinya dalam sistem ekonomi dunia dan mengurangi ketergantungan pada pasar Amerika. Ini merupakan langkah penting untuk mencapai kesejahteraan ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun