Kopi Indonesia adalah salah satu produk ekspor unggulan yang menjadi kebanggaan negara Indonesia. Kopi asal Indonesia terkenal dengan cita rasa dan aroma yang khas serta kualitas yang tinggi, sehingga menjadi incaran banyak negara di dunia. Namun, di balik kesuksesan ekspor kopi Indonesia terdapat masalah kesenjangan pendapatan yang perlu diperhatikan.
Kesenjangan pendapatan ekspor kopi Indonesia terjadi ketika harga jual kopi Indonesia di pasaran internasional relatif rendah dibandingkan dengan harga jual kopi yang sama yang diimpor oleh negara-negara konsumen. Salah satu negara importir kopi Indonesia yang mengalami perbedaan harga jual yang signifikan adalah Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh International Coffee Organization (ICO) yang menunjukkan harga rata-rata kopi Arabika di pasar dunia pada tahun 2020 sekitar US$2,75 per pon (0,45 kilogram), sementara harga jual kopi Arabika Indonesia hanya sekitar US$1,25-1,50 per pon.
Kesenjangan pendapatan ekspor kopi Indonesia dengan Amerika Serikat ini menjadi perhatian serius karena Indonesia adalah salah satu penghasil kopi terbesar di dunia dan Amerika Serikat merupakan salah satu konsumen terbesarnya. Selain itu, kopi juga menjadi salah satu sumber pendapatan penting bagi petani kopi di Indonesia, yang sebagian besar berada di wilayah pedesaan dan bergantung pada pertanian sebagai sumber penghidupan.
Kesenjangan pendapatan ekspor kopi Indonesia dengan Amerika Serikat tergantung pada sejumlah faktor, termasuk kualitas kopi, harga pasar, dan persaingan dengan negara-negara lain yang juga memasok kopi ke Amerika Serikat. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesenjangan pendapatan ekspor kopi Indonesia dengan Amerika Serikat antara lain:
Kualitas kopi: Kopi Indonesia memiliki kualitas yang cukup baik dan beragam, tergantung pada jenis kopi dan wilayah produksinya. Namun, kualitas kopi Indonesia tidak selalu dapat bersaing dengan kopi dari negara lain yang juga diimpor ke Amerika Serikat. Oleh karena itu, kualitas kopi Indonesia harus terus ditingkatkan agar dapat bersaing dengan negara-negara lain.
Harga pasar: Harga pasar kopi dapat bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk ketersediaan pasokan, permintaan, dan fluktuasi nilai tukar. Jika harga kopi Indonesia lebih tinggi daripada harga kopi dari negara-negara lain, maka kesenjangan pendapatan ekspor akan semakin besar.
Persaingan dengan negara lain: Amerika Serikat merupakan salah satu negara pengimpor kopi terbesar di dunia dan juga membeli kopi dari negara-negara lain seperti Brasil, Kolombia, dan Vietnam. Persaingan dengan negara-negara ini dapat mempengaruhi kesenjangan pendapatan ekspor kopi Indonesia dengan Amerika Serikat.
Kebijakan perdagangan internasional: Kebijakan perdagangan internasional yang tidak menguntungkan bagi Indonesia, seperti tarif impor yang tinggi atau adanya hambatan perdagangan lainnya, dapat menyebabkan kesenjangan pendapatan ekspor semakin besar.
Jika dilihat dalam ekonomi politik internasional, maka fenomena ini bisa dipandang melalui teori sistem dunia modern. Teori sistem dunia modern (MWS) adalah kerangka teoritis yang digunakan untuk menganalisis dinamika politik, ekonomi, dan budaya dunia dalam konteks sistem internasional yang saling terkait. Teori ini dikembangkan oleh Immanuel Wallerstein pada tahun 1974 dan menjadi dasar bagi bidang studi sosial dan ilmu politik.
MWS berpendapat bahwa dunia terbagi menjadi sistem-sistem yang berbeda dalam sejarahnya. Namun, sistem yang ada saat ini, yaitu sistem dunia modern, merupakan sistem ekonomi dunia yang terintegrasi yang berkembang sejak abad ke-16. Sistem ini didasarkan pada kapitalisme global yang terus berkembang dan diintegrasikan secara internasional, yang dianggap sebagai kekuatan utama dalam sistem ini.Â
MWS membagi dunia menjadi tiga bagian: inti, semi-periferi, dan periferi. Negara-negara inti, seperti Amerika Serikat dan Eropa, memiliki kekuatan ekonomi yang kuat dan cenderung menjadi pemimpin sistem ekonomi global. Negara-negara semi-periferi, seperti Brazil dan Rusia, memiliki kekuatan ekonomi yang lebih lemah tetapi masih memiliki posisi yang penting dalam sistem ekonomi global. Negara-negara periferi, seperti sebagian besar negara di Afrika, memiliki kekuatan ekonomi yang sangat lemah dan sering kali menjadi pemasok sumber daya alam untuk negara-negara inti dan semi-periferi.