Mohon tunggu...
Cindy Aprilia
Cindy Aprilia Mohon Tunggu... -

Hidup tanpa perjuangan akan terasa hampa, karena itu perjuanganlah yang menjadikan hidup kian berwarna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dunia Tembus Pandang

14 Februari 2016   18:43 Diperbarui: 14 Februari 2016   18:57 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tetapi pada hari itu, hari yang tidak pernah terbayang olehku yang masih terus hidup di dalam dunia cerita dongeng khayalanku. Aku hanya berlari ke tempat dimana Koga berada. Setelah aku sampai, aku melihat sosok Koga yang terlihat agak sedih, tetapi ia masih mencoba memasang senyumnya di hadapanku. Ia pun mulai berjalan mendekatiku," balasku yang masih sama sekali tidak mengerti keadaan.

Beberapa saat setelah pembicaraan singkatku dengan Koga berakhir, aku melihat sosok Koga yang sedikit demi sedikit menghilang. Tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung mendekatinya dan aku berusaha meraih tangannya walaupun semuanya menjadi tembus pandang dan sia - sia.

" Koga, kamu tidak boleh pergi! Aku masih ingin bersama denganmu lebih lama lagi... " kataku dengan pipi yang mulai kubasahi oleh air mataku sendiri.

" Koga, aku menyukaimu dari awal aku melihatmu di upacara penerimaan murid baru sampai sekarang. Jadi, kumohon jangan pergi... " kataku menyampaikan perasaanku sambil terisak. Aku terus melihat Koga yang sedikit demi sedikit menghilang dari padanganku. Aku pun terus berusaha untuk mempertahankannya dengan cara apapun, meskipun aku tahu semua usahaku pasti sia - sia.

Kemudian Koga mulai memelukku sambil tersenyum " Aku juga menyukaimu, Rei. Jadi, jangan menangis lagi. Tersenyumlah..... Aku ingin melihat senyumanmu untuk terakhir kalinya. " katanya sambil menyentuh pipi kananku yang telah kubasahi dengan airmataku. Sebenarnya pada saat, Koga memelukku, aku masih bisa merasakan kehangatan tubuhnya, biarpun kehangatan itu mulai menghilang sedikit demi sedikit. Aku pun mencoba untuk berhenti menangis dan menarik senyumku sesuai dengan permintaan terakhirnya.

Koga juga membalasku dengan senyumannya, kemudian dia menempelkan keningnya ke kepalaku sambil memejamkan kedua matanya, " Selamat tinggal, Rei..... Terima kasih untuk selama ini.... Aku sangat menyukaimu..... " Sosoknya pun akhirnya menghilang di depan mata kepalaku sendiri. Menghilang sekali untuk selamanya. Semua itu membuatku menjadi terbangun dari dunia khayalanku. Semuanya menjadi runtuh, pecah berkeping-keping. Aku juga tidak dapat berhenti mengucapkan namanya sambil terisak.

Perasaanku menjadi bercampur aduk antara sedih dan senang, melihat sosok yang amat kucintai menghilang dihadapanku. Semuannya menjadi kacau balau di tambah lagi dengan butiran salju dingin berjatuhan dari langit menghujaniku.

Akhirnya perasaan itu mulai menghilang sedikit demi sedikit setelah beberapa bulan berlalu dengan cepat. Semuanya kembali seperti semula lagi. Tepat di bulan dimana sekolahku kembali mengadakan pameran kelas, dan aku berpikir untuk menampilkan fotoku pada saat pertama kalinya aku memotret Koga. " Perasaanku terhadapmu tidak akan pernah berubah. " gumamku sambil menyentuh fotoku dan tersenyum. " Aku akan selalu memandangimu di dunia tembus pandang. "

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun