Mohon tunggu...
Cindy Aprilia
Cindy Aprilia Mohon Tunggu... -

Hidup tanpa perjuangan akan terasa hampa, karena itu perjuanganlah yang menjadikan hidup kian berwarna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dunia Tembus Pandang

14 Februari 2016   18:43 Diperbarui: 14 Februari 2016   18:57 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Hei, kau tidak apa-apa 'kan? " tanya sosok itu sambil melambaikan tangan kanannya di depan wajahku. Aku hanya membeku, sepatah kata pun tak bisa kukeluarkan dari mulutku. " Kau masih tidak percaya bahwa aku ini adalah roh? " tanyanya kepadaku yang sedang membeku. Aku hanya dapat menganggukkan kepala untuk membalas pertanyaan.

Kemudian Koga menghelakan nafasnya dan ia pun menggerakan tangannya untuk memegang tanganku yang agak gemetar. Kulihat, semuanya menjadi tembus pandang ketika tangannya sudah mulai menyentuh tanganku.

" Bagaimana, sudah percaya? " tanyanya kembali. Aku pun kembali menganggukan kepalaku. Sekarang aku mulai mencoba untuk mempercayainya, meskipun masih agak sulit. Sebenarnya, bisa kukatakan bahwa aku merasa senang, karena bisa melihat kembali sosok yang amat kukagumi biarpun ia berwujud roh. Ini semua bagai mimpi yang menjadi kenyataan.

" Jadi, apa yang kau lakukan sampai kau datang kesini? " tanya Koga sambil mengajakku untuk kembali duduk di bawah pohon sakura. Dengan nada agak malu, aku membalasnya.

" Aku hanya ingin memotret pemandangan saja. " Koga pun kembali menarik senyumannya, " Iya, aku ingat sekarang! Kau adalah siswi yang dikenal berbakat dalam fotografi bukan? Kalau tidak salah aku pernah bertemumu di pameran kelasmu. Namamu....... " " Rei, Shirogami Rei. " jawabku dengan wajah yang memerah. Meskipun ia tidak mengingat namaku itupun sudah cukup untuk membuatku bahagia, karena ia masih mengingatku.

" Maaf, ya.... soalnya aku jarang masuk sekolah. Jadi tidak begitu tahu banyak nama-nama orang. " katanya sambil tersenyum malu kepadaku. Aku pun juga hanya bisa menatap wajahnya dan mencoba membalas dengan senyum milikku. Sampai saat ini, aku masih tidak percaya bahwa aku bisa berbicara dengan Koga.

Aku pun mencoba untuk memulai pembicaraan kami lagi. " Maaf jika aku menanyakan soal ini. Apa penyebab sampai kau bisa seperti ini? " Koga langung menundukan kepalanya, " Penyebabnya, karena jantungku lemah. Sebenarnya dari dulu juga sudah lemah sih. Tetapi akhir-akhir ini keadaanya bertambah parah. ebenarnya aku juga bertekad untuk tetap hidup sampai hari ulang tahun ibuku. Padahal tinggal tiga hari lagi. " Kulihat ekspresi Koga yang tiba-tiba berubah. Dari wajahnya dapat kulihat, ekspresi wajah yang penuh dengan rasa bersalah dan kesedihan. Aku juga tidak tahu harus mengatakan apa yang bisa membuatnya tidak merasa bersalah lagi.

Akhirnya Koga mulai mengangkat kepalanya dan ia memejamkan kedua matanya sambil mencoba menarik kembali senyumnya, meskipun terlihat amat sulit, " Yang sudah terjadi, biarlah cepat berlalu. Benar bukan? " tanyanya. Angin pun berhembus perlahan dan aku pun berharap, agar angin itu dapat membawa kesedihannya pergi sejauh mungkin. Tanpa berpikir panjang, aku langsung memotret Koga dengan kameraku. Koga hanya melihatku dengan ekspresinya yang kebingungan.

" Ko...Koga, bolehkah besok aku datang kesini lagi? Aku masih ingin berbicara lagi denganmu. Oh ya, dan aku berjanji untuk tidak menceritakan hal ini kepada orang lain. " kataku sambil menahan rasa maluku dan wajahku mulai memerah lagi." Tentu saja boleh! " jawabnya yang telah membuatku menjadi amat bahagia, bahkan kebahagiaanku tak dapat kuucapkan dengan kata-kata sekalipun.

Semenjak itu, hari demi hari bahkan bulan telah kulewati bersama Koga. Canda, cerita, sampai airmata pun bercampur dan mewarnai waktu-waktu yang kami lewati bersama. Bagai sebuah dongeng khayalan yang menjadi kenyataan bagiku.

Bahkan sampai saat ini, tepat pada bulan Desember yang dingin sekalipun, aku masih menyempatkan waktuku untuk menemui Koga di tempat yang sama dibawah pohon sakura, meskipun pohon itu hanya terlihat ranting-rantingnya saja. Menurutku pohon itu tetap saja sangat indah ditambah lagi ada sosok Koga yang sedang tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun