Mohon tunggu...
Cindy Saputri
Cindy Saputri Mohon Tunggu... Lainnya - Lagi belajar menulis..

A girl with a thounsand dreams.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Yogyakarta, Hiru Pikuk dan Bahagia

2 September 2023   08:02 Diperbarui: 2 September 2023   09:09 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi 

Ketika mendengar "Yogyakarta" apa yang terlintas dalam benakmu? 

Kulinernya yang melegenda, Malioboro dengan keramaiannya, suasanya yang ramah atau langitnya yang hangat? 

Untukku, semuanya. 

Saat itu sembilan belas tahun usiaku saat melangkah kaki ke Yogyakarta untuk pertama kalinya dengan tujuan melanjutkan pendidikan. 

Ingat sekali tidak banyak yang ku bawa, hanya satu koper ukuran sedang dan tote bag yang berisikan makanan ringan sebagai teman diperjalanan. 

Apa yang diketahui anak berusia sembilas tahun ini dengan dunia perantauan? Tidak banyak. 

Awalnya ku kira Yogyakarta tidak bahagia dengan kehadiranku disana. Tidak. Hal ini tentu saja bukan tanpa alasan. Butuh waktu lama untukku bisa beradaptasi dengan lingkungan, kehidupan, pertemanan ah semuanya. Banyak hal yang terjadi waktu itu. 

Namun aku senang ternyata tidak demikian, Yogyakarta tidak membenciku. 

Waktu berjalan dan Yogyakarta menjadi saksi bagaimana aku diproses mulai dari kenal banyak orang-orang hebat, punya banyak pengalaman yang menyenangkan, mengunjungi berbagai tempat seru. 

"Dia hanya bermain-main".

Salah satu kalimat yang pernah aku dapat waktu itu. Ternyata ada yang mengira bahwa kehidupanku selama di Yogyakarta hanya untuk bersenang-senang. 

Jika kalian pikir aku hanya terus bahagia dan bersenang-senang, oh tentu saja tidak. Yogyakarta juga menjadi tempatku untuk boleh bertumbuh. 

Selain banyak bertemu orang yang menyenangkan, tidak banyak juga bertemu dengan orang-orang yang menyebalkan. Selain bertemu dengan banyak orang yang kurasa menyebalkan, aku juga terkadang merasakan sedih dan kesepian. Namun kurasa hal tersebut tidak perlu untuk diumbar bukan? 

Ketika sedang terpuruk, yang selalu kukatakan "Hidup saja". 

Oh iya, waktu itu, ingat juga rasanya aku ingin menyerah dengan semuanya. Namun kembali aku mengingat tujuanku datang ke Yogyakarta untuk apa? Untuk senyum indah orang tuaku di hari wisuda. 

Singkat cerita, tidak terasa empat tahun lamanya aku berdinamika. Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, aku bisa mencapai garis finish dari perjalanan pendidikanku. 

Sekarang, aku akan menjalani cerita baru yang penuh dengan tanda tanya namun aku tetap menantikan. 

Aku menikmati setiap hal yang terjadi hingga akhirnya aku terlalu jatuh cinta. Berat sekali waktu ingin meninggalkan Yogyakarta dan aku yakin banyak dari kalian merasakan hal yang sama. 

Namun tak apa, aku yakin kita akan kembali berjumpa. 

Akhir kata, terima kasih Yogyakarta telah menerimaku dan aku bahagia. Terima kasih juga untuk orang-orang yang selalu ada telah menerimaku apa adanya, aku sayang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun