Pihak keluarga mengatakan bahwa mereka mengira hanya flu biasa. Selain itu, warga di daerah sekitar tempat tinggal tersebut pun tampak acuh terhadap protokol kesehatan. Mereka bahkan berkomunikasi satu sama lain tanpa menggunakan masker.
Tak hanya di Tasikmalaya, beberapa kota lainnya pun menyampaikan rendahnya kesadaran masyarakat untuk menjaga protokol kesehatan, salah satunya di Kota Medan.
Masih ada pedagang di pasar yang mengabaikan protokol kesehatan. Sebagian dari mereka pedagang tidak mengenakan masker saat melayani pembeli. Ada yang beralasan gerah, ada pula yang memang tidak membawa masker. (Dikutip dari Pemkomedan.com)
Fakta-fakta tersebut sangat memprihatinkan, mengingat ancaman bahaya dari sikap apatis warga terhadap protokol kesehatan adalah nyawanya sendiri. Padahal, berita dan informasi mengenai dampak Covid-19 sudah sangat meluas dan rasanya tidak mungkin apabila warga tidak mengetahui bahayanya. Namun begitu, mereka tetap mengabaikan risiko yang terlihat jelas di sekitar kita. Alhasil, nyawa yang menjadi taruhannya. Jika budaya apatis risiko ini masih terus berlanjut, maka tak heran jika setiap harinya terjadi penambahan kasus Covid-19 dengan jumlah yang cukup signifikan.
Virus Covid-19 memang sangat mudah menular, tak terkecuali bagi mereka yang sudah menjaga dengan baik kebersihan dan ketat protokol kesehatan. Namun, bagaimana pun tetap dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama menerapkan protokol kesehatan sebagai tindakan preventif terhadap peningkatan jumlah kasus Covid-19.
Oleh karena itu, penting untuk menerapkan budaya risiko, termasuk di dalamnya memperkirakan dan mengantisipasi kejadian risiko dengan tindakan mitigasi yang sesuai apabila benar-benar terjadi.
Bagaimana mengubah budaya apatis risiko menjadi budaya peduli risiko? Hal ini merupakan suatu hal yang tidak mudah, mengingat bahwa pola pikir atau mindset seseorang akan sulit berubah. Ada beberapa tahap yang harus dilalui, diantaranya:
(1) Sosialisasi
Dalam membentuk budaya risiko, hal pertama yang krusial adalah sosialisasi, karena orang harus memiliki pengetahuan mengenai risiko yang sedang dihadapi.
(2) Membentuk kesadaran
Setelah disosialisasikan, beri kesadaran dengan menyampaikan manfaat dari budaya risiko dan bahaya apabila mengabaikan budaya risiko. Semakin besar manfaat dan bahaya tersebut, kemungkinan budaya risiko yang terbentuk pun semakin kuat.