" Bagus lah kalau begitu, sekarang giliran aku yang ngomong boleh ya Ra?" Pinta Theo.Â
" Boleh kak silakan" perasaan Aera makin gugup menunggu hal apa yang akan diucapkan oleh Theo diujung sana.Â
"Ra, kamu tadi minta tolong aku untuk selalu bahagia kan? Dan kamu akan selalu dukung aku dari belakang" ucap Theo yang dijawab hening, Aera tidak menjawab, oleh sebab itu Theo melanjutkan kalimatnya.
"Ra, gimana kalau kamu jangan semangatin aku dari belakang, kamu pindah ke samping aku aja, biar kalau nanti aku capek, aku gaperlu susah nengok ke belakang, aku cuma perlu nengok ke samping aku yang disana ada kamu yang tersenyum dan kasih peluk hangat kamu buat aku" ungkap Theo.
" Maksudnya kak??" Aera sontak beranjak dari kasurnya, ia sungguh tak paham maksud dari lelaki kasihnya itu.
" Aera, ayo tetap sama aku, ada disampingku, jadi penyemangatku, jadi obat untuk lukaku, jadi peluk untuk pelikku, jadi perempuan yang aku cintai setelah ibuku" Jeda Theo berikan pada ucapannya karena mendengar suara benda terjatuh dari seberang sana.
"Maksud kakak apa???" Tanya Aera yang sebenarnya tau maksud dari laki-laki itu, namun ia ingin memastikan sekali lagi, apa dugaannya benar atau keliru.
"Aera, jadi perempuanku.. kamu mau?" Ucapan Theo kali ini memperjelas dugaan Aera. Kupu-kupu mulai Aera rasakan berterbangan di perutnya sekarang. Apakah seindah ini rasanya cinta? Seindah ini perasaan yang terbalas? Aera terdiam beberapa saat sampai suara bariton dari ujung sana membuyarkan lamunannya.Â
" Aera, gimana jawabannya? Aku tau sih ini kurang pas aja kalo aku nembak kamu lewat telpon, tapi anggap aja ini simbolis ya Ra, nanti ketika aku pulang ke Jakarta, aku bakal ngomong lagi soal ini sama kamu secara langsung, ya Aeraku?" Jelas saja Aera tersontak kaget, Theo, sang pujaan hatinya sekarang memanggil namanya dengan kata kepemilikan, padahal Aera belum menjawab apa-apa.
"Eh udah jadi Aeraku atau belum sih? Jadi gimana jawabanmu Ra? Harus mau deh kata aku, biar penantianmu ngga sia-sia" ucap Theo dibarengi tawa renyahnya di seberang sana. Aera sedikit jengkel namun tidak bisa menutupi rasa senangnya juga.
"Ih kakak! Ngga gitu yaa" Oceh Aera.