TERBENTUK DARI KETERBATASANÂ
(Bagian 4)
Juki
Setelah lulus SMA, aku mengikuti berbagai seminar dan workshop tentang persiapan beasiswa. Aku belajar cara menulis esai yang baik, mempersiapkan diri untuk wawancara, dan melengkapi berbagai dokumen yang diperlukan. Salah satu beasiswa yang paling aku incar adalah beasiswa Bidikmisi dari pemerintah. Beasiswa ini khusus untuk siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu, dan mencakup biaya kuliah serta biaya hidup.
   Setiap hari, aku berlatih menulis esai tentang diri sendiri, motivasi, dan rencana masa depan. Aku menulis dan menulis ulang hingga puluhan kali, meminta pendapat dari guru dan teman-teman untuk memperbaiki setiap kata dan kalimat. Esai ini harus mencerminkan tekadku yang kuat untuk menjadi dokter dan bagaimana aku akan berkontribusi bagi masyarakat jika berhasil meraih cita-citaku.
   Selain itu, aku juga mempersiapkan berbagai dokumen pendukung seperti rapor, sertifikat prestasi, dan surat rekomendasi dari kepala sekolah. Aku meminta bantuan Pak Arman dan Bu Maria untuk menulis surat rekomendasi, dan mereka dengan senang hati melakukannya. Mereka menulis tentang dedikasi dan kerja keras yang telah aku tunjukkan selama bersekolah, serta potensi besar yang mereka lihat dalam diriku.
Setelah semua persiapan selesai, aku mengirimkan berkas-berkas lamaran beasiswa ke berbagai lembaga. Setiap kali mengirimkan lamaran, aku selalu berdoa agar diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan. Menunggu pengumuman hasil seleksi adalah saat-saat yang penuh ketegangan. Aku selalu merasa cemas dan berharap yang terbaik.
   Salah satu momen paling menegangkan adalah ketika aku mendapat panggilan untuk wawancara beasiswa Bidikmisi. Wawancara ini adalah tahap penting dalam proses seleksi, dan aku harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Aku membaca berbagai referensi tentang teknik wawancara, dan berlatih dengan teman-teman serta guru-guru di sekolah. Pada hari wawancara, aku berusaha tampil tenang dan percaya diri. Aku menceritakan tentang latar belakang keluargaku, impianku menjadi dokter, dan bagaimana aku berencana untuk membantu masyarakat di desaku jika berhasil meraih cita-citaku. Tim pewawancara mendengarkan dengan seksama dan memberikan beberapa pertanyaan yang aku jawab dengan jujur dan penuh keyakinan.
   Setelah wawancara selesai, aku merasa lega namun juga semakin cemas menunggu hasilnya. Hari-hari berlalu dengan penuh kecemasan, hingga akhirnya hari pengumuman tiba. Aku membuka laman resmi beasiswa dengan tangan gemetar dan penuh harap. Ketika melihat namaku tercantum sebagai salah satu penerima beasiswa, air mata kebahagiaan langsung mengalir di pipiku. Aku berlari ke rumah dan memberitahukan kabar gembira ini kepada ayah dan ibu. Mereka memelukku dengan bangga dan terharu. "Ini adalah hasil dari kerja kerasmu, Nak. Kami sangat bangga padamu," kata ibu sambil mengusap kepalaku dengan lembut.
   Mendapatkan beasiswa Bidikmisi, langkah besar menuju impianku menjadi dokter. Beasiswa ini tidak hanya menanggung biaya kuliah, tetapi juga memberikan uang saku bulanan yang akan sangat membantu kehidupan sehari-hari. Aku merasa sangat bersyukur dan bertekad untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.
   Dengan beasiswa di tangan, aku mendaftar ke fakultas kedokteran di universitas negeri yang terkenal. Proses seleksi masuk universitas juga tidak mudah, namun aku terus berusaha dan belajar dengan tekun. Ketika akhirnya aku diterima sebagai mahasiswa kedokteran, perasaan bangga dan bahagia kembali mengalir dalam diriku. Semua kerja keras dan pengorbanan terasa terbayar lunas.
   Perjuangan mencari beasiswa mengajarkanku banyak hal. Aku belajar tentang pentingnya persiapan, tekad, dan tidak mudah menyerah. Aku juga belajar tentang arti sebenarnya dari dukungan keluarga dan teman-teman. Semua itu membuatku semakin yakin bahwa aku bisa meraih impianku untuk menjadi dokter dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Perjalanan masih panjang, namun dengan semangat dan tekad yang kuat, aku yakin bisa menghadapinya. Dengan langkah penuh keyakinan, aku memulai perjalanan baru sebagai mahasiswa kedokteran, siap menghadapi tantangan yang lebih besar demi mewujudkan mimpi-mimpiku.
   Memasuki kehidupan sebagai mahasiswa kedokteran adalah awal dari perjalanan panjang yang penuh tantangan dan pembelajaran. Hari pertama kuliah di universitas negeri ternama di kota besar adalah momen yang penuh kebanggaan. Aku mengenakan jas putih pertama kali, simbol dari cita-citaku sejak kecil. Gedung-gedung kampus yang megah, fasilitas yang lengkap, dan suasana akademik yang kental membuatku merasa seperti berada di dunia yang sama sekali baru.
   Perkuliahan dimulai dengan mata kuliah dasar yang mencakup anatomi, fisiologi, biokimia, dan histologi. Setiap hari, jadwal kuliah sangat padat, dimulai dari pagi hingga sore hari. Setiap malam, aku menghabiskan waktu di perpustakaan atau di asrama untuk belajar dan memahami materi yang diajarkan. Buku-buku teks tebal dan jurnal ilmiah menjadi teman setiaku. Meskipun sering merasa lelah dan kehabisan waktu, tekadku untuk menjadi dokter tidak pernah surut.
   Aku tinggal di asrama mahasiswa yang disediakan oleh universitas. Asrama ini menjadi rumah keduaku, tempat di mana aku bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai daerah. Kehidupan di asrama mengajarkan banyak hal tentang kemandirian dan kerjasama. Kami sering belajar bersama, saling membantu mengerjakan tugas, dan mendiskusikan materi kuliah. Meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, kami memiliki satu tujuan yang sama: lulus dan menjadi profesional di bidang kesehatan.
   Salah satu tantangan terbesar adalah praktikum di laboratorium. Mata kuliah anatomi, misalnya, memerlukan kami untuk belajar dari tubuh manusia yang sebenarnya. Awalnya, aku merasa canggung dan sedikit takut, namun lambat laun, aku mulai terbiasa. Setiap praktikum memberikan pengalaman berharga dan pemahaman yang lebih mendalam tentang tubuh manusia. Dosen-dosen kami selalu siap memberikan bimbingan dan penjelasan yang rinci, membuat kami semakin tertarik dengan dunia kedokteran.
   Selain belajar, aku juga aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa. Aku bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Kedokteran dan ikut dalam berbagai kegiatan sosial. Kami sering mengadakan bakti sosial, mengunjungi desa-desa terpencil untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis. Pengalaman ini sangat berharga, karena aku bisa langsung melihat dan merasakan kondisi kesehatan masyarakat yang kurang terlayani. Setiap kali melihat senyum di wajah pasien yang kami bantu, semangatku untuk menjadi dokter semakin berkobar.
   Salah satu kegiatan yang paling berkesan adalah ketika kami mengadakan kampanye kesehatan di desa terpencil. Kami melakukan pemeriksaan kesehatan, memberikan penyuluhan tentang pentingnya pola hidup sehat, serta membagikan obat-obatan dan vitamin. Melihat kondisi desa yang mirip dengan desaku dulu, aku merasa sangat terhubung dan semakin bertekad untuk kembali dan membantu desaku setelah lulus nanti.
   Di tengah kesibukan kuliah dan kegiatan organisasi, aku juga harus mengatur waktu untuk bekerja paruh waktu. Beasiswa Bidikmisi memang membantu menutupi sebagian besar biaya, namun kebutuhan sehari-hari masih harus dipenuhi. Aku bekerja sebagai asisten dosen dan juga mengajar les privat untuk siswa SMA. Pekerjaan ini tidak hanya memberikan tambahan penghasilan, tetapi juga pengalaman berharga dalam mengajar dan berinteraksi dengan orang lain.
   Meskipun jadwal sangat padat dan sering kali merasa lelah, aku selalu ingat akan tujuan dan impianku. Setiap kali merasa putus asa, aku mengingat kembali dukungan dari keluarga dan teman-teman di desa. Mereka adalah sumber kekuatan dan inspirasi bagiku. Setiap liburan, aku selalu pulang ke desa untuk bertemu dengan keluarga dan memberikan kabar tentang perkembangan studiku. Ibu selalu menyambut dengan pelukan hangat dan ayah dengan senyum bangga.Â
   "Kami selalu mendoakanmu, Nak. Teruslah berjuang," kata ibu setiap kali aku akan kembali ke kota. (Bersambung)
Penulis cerbung adalah Jeki Setiawan Nama Lengkap dari Juki, pelajar SMA Negeri 1 Toboali, Bangka SelatanÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H