Perjuangan mencari beasiswa mengajarkanku banyak hal. Aku belajar tentang pentingnya persiapan, tekad, dan tidak mudah menyerah. Aku juga belajar tentang arti sebenarnya dari dukungan keluarga dan teman-teman. Semua itu membuatku semakin yakin bahwa aku bisa meraih impianku untuk menjadi dokter dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Perjalanan masih panjang, namun dengan semangat dan tekad yang kuat, aku yakin bisa menghadapinya. Dengan langkah penuh keyakinan, aku memulai perjalanan baru sebagai mahasiswa kedokteran, siap menghadapi tantangan yang lebih besar demi mewujudkan mimpi-mimpiku.
   Memasuki kehidupan sebagai mahasiswa kedokteran adalah awal dari perjalanan panjang yang penuh tantangan dan pembelajaran. Hari pertama kuliah di universitas negeri ternama di kota besar adalah momen yang penuh kebanggaan. Aku mengenakan jas putih pertama kali, simbol dari cita-citaku sejak kecil. Gedung-gedung kampus yang megah, fasilitas yang lengkap, dan suasana akademik yang kental membuatku merasa seperti berada di dunia yang sama sekali baru.
   Perkuliahan dimulai dengan mata kuliah dasar yang mencakup anatomi, fisiologi, biokimia, dan histologi. Setiap hari, jadwal kuliah sangat padat, dimulai dari pagi hingga sore hari. Setiap malam, aku menghabiskan waktu di perpustakaan atau di asrama untuk belajar dan memahami materi yang diajarkan. Buku-buku teks tebal dan jurnal ilmiah menjadi teman setiaku. Meskipun sering merasa lelah dan kehabisan waktu, tekadku untuk menjadi dokter tidak pernah surut.
   Aku tinggal di asrama mahasiswa yang disediakan oleh universitas. Asrama ini menjadi rumah keduaku, tempat di mana aku bertemu dengan teman-teman baru dari berbagai daerah. Kehidupan di asrama mengajarkan banyak hal tentang kemandirian dan kerjasama. Kami sering belajar bersama, saling membantu mengerjakan tugas, dan mendiskusikan materi kuliah. Meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, kami memiliki satu tujuan yang sama: lulus dan menjadi profesional di bidang kesehatan.
   Salah satu tantangan terbesar adalah praktikum di laboratorium. Mata kuliah anatomi, misalnya, memerlukan kami untuk belajar dari tubuh manusia yang sebenarnya. Awalnya, aku merasa canggung dan sedikit takut, namun lambat laun, aku mulai terbiasa. Setiap praktikum memberikan pengalaman berharga dan pemahaman yang lebih mendalam tentang tubuh manusia. Dosen-dosen kami selalu siap memberikan bimbingan dan penjelasan yang rinci, membuat kami semakin tertarik dengan dunia kedokteran.
   Selain belajar, aku juga aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa. Aku bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Kedokteran dan ikut dalam berbagai kegiatan sosial. Kami sering mengadakan bakti sosial, mengunjungi desa-desa terpencil untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis. Pengalaman ini sangat berharga, karena aku bisa langsung melihat dan merasakan kondisi kesehatan masyarakat yang kurang terlayani. Setiap kali melihat senyum di wajah pasien yang kami bantu, semangatku untuk menjadi dokter semakin berkobar.
   Salah satu kegiatan yang paling berkesan adalah ketika kami mengadakan kampanye kesehatan di desa terpencil. Kami melakukan pemeriksaan kesehatan, memberikan penyuluhan tentang pentingnya pola hidup sehat, serta membagikan obat-obatan dan vitamin. Melihat kondisi desa yang mirip dengan desaku dulu, aku merasa sangat terhubung dan semakin bertekad untuk kembali dan membantu desaku setelah lulus nanti.
   Di tengah kesibukan kuliah dan kegiatan organisasi, aku juga harus mengatur waktu untuk bekerja paruh waktu. Beasiswa Bidikmisi memang membantu menutupi sebagian besar biaya, namun kebutuhan sehari-hari masih harus dipenuhi. Aku bekerja sebagai asisten dosen dan juga mengajar les privat untuk siswa SMA. Pekerjaan ini tidak hanya memberikan tambahan penghasilan, tetapi juga pengalaman berharga dalam mengajar dan berinteraksi dengan orang lain.
   Meskipun jadwal sangat padat dan sering kali merasa lelah, aku selalu ingat akan tujuan dan impianku. Setiap kali merasa putus asa, aku mengingat kembali dukungan dari keluarga dan teman-teman di desa. Mereka adalah sumber kekuatan dan inspirasi bagiku. Setiap liburan, aku selalu pulang ke desa untuk bertemu dengan keluarga dan memberikan kabar tentang perkembangan studiku. Ibu selalu menyambut dengan pelukan hangat dan ayah dengan senyum bangga.Â
   "Kami selalu mendoakanmu, Nak. Teruslah berjuang," kata ibu setiap kali aku akan kembali ke kota. (Bersambung)
Penulis cerbung adalah Jeki Setiawan Nama Lengkap dari Juki, pelajar SMA Negeri 1 Toboali, Bangka SelatanÂ