Iri nya Dru.
Otaknya berpikir kuat mencari jawaban atas pertanyaan pada TuhanNya tentang kenapa hingga saat ini lagi-lagi Dru harus merasa sendirian.
Tuhan, jika memang pasanganku adalah cerminanku.
Apakah aku yang salah jika hingga saat ini belum juga ada satu sosok lelaki yang bisa membuat Dru tenang?
Apakah aku salah memilih cermin?
Atau terlalu besarkah dosaku hingga mala mini Engkau masih memberiku kemampuan untuk berimajinasi tentang segala cita-cita seorang pasangan.
Dru meneruput secangkir kopi yang sama.
Dru gosok-gosokkan tangannya. Sesekali Dru mencubit kecil pipi tembemnya lalu Dru bercerita dengan ramainya pada bayangan di dalam cangkirnya.
Dru sudah tidak ingat lagi, kapan terakhir kali Dru minta pada Tuhan tentang seseorang yang Dru begitu rindukan.
"Tuhan, apakah Engkau masih menganggap bahwa janjiku palsu?"
Tidak Tuhan, aku benar-benar berjanji jika Engkau izinkan, akan aku jaga dengan baik lelakiku ini.
Atau apakah aku tidak pantas untuk mendapatkan yang aku inginkan? Apa aku akan berakhir menjadi sebuah benda loak tak bernilai?
Apakah aku serendah itu Tuhan?
Lelah
Kamu paham tidak dengan lelah?
Kamu pikir kamu saja yang lelah, yang setiap hari hanya ditiupm diteguk lalu dibuang ampasnya?
Ah tidak, tentu saja tidak. Setidaknya kamu masih bernilai. Coba kamu lihat ke depan sana.
Hitung olehmu berapa sejoli yang sedang antri untuk menunggu kamu hadir di depan mereka?