Pagi sekali aku sudah terbangun. Alarm belum berbunyi namun kenapa kamar sudah sangat rapi. Tidak kutemukan berantakannya selimut yang bertukar ujung. Wangi bantal masih sama seperti malam tadi saat aku menunggu Dru pulang dari mencari nafkahnya.
Apa jangan-jangan Dru memang tidak pulang? Kenapa aku sampai tidak tahu. Apakah aku sudah mulai lelah juga mengikuti keseharian Dru hingga aku lelap lebih dulu dibanding Dru.
Laptop.
Iya laptop masih menyala. Tandanya semalam Dru pulang, lalu meneruskan pekerjaannya hingga akhirnya Dru tertidur. Tapi di mana?
Segelas kopi hitam yang masih kuat aroma kopinya tersimpan dengan cantik di ujung meja.
Hmm, masih panas. Dru baru saja membuatnya.
Dru tidak tidur. Iya, aku yakin Dru belum tidur.
Please Dru! Kamu kenapa lagi. Setelah seharian ini kamu hidup tanpa tujuan. Lalu kamu pulang masih saja tidak tahu harus berbuat apa?
Hei Dru. Waras sedikit bisa kan! Begini yang paling aku tidak suka. Jika saja aku tahu bahwa kelemahanmu ada pada Bram akan aku larang dari awal untuk tidak berani mengejar cinta Bram.
Persetan dengan segala alasan, bahwa kamu menemukan hidupmu kembali dengan Bram.
Percuma Dru, kalau kamu temukan hidupmu dengan Bram tapi nyatanya dia juga yang bikin kamu mati.