Keanehan Dru wajar kutangkap. Sebagai perempuan kuat seharusnya dia bisa melewati masa-masa sulit tanpa harus melarikan diri seperti ini.
Masa iya Cuma karena seorang Rei, hidupnya jadi luluh lantah begini. Enak banget Rei diagung-agungkan oleh Dru.
"Heh, tidak usah dumel. Aku dengar semua."
"Sok tahu Dru. Sok bisa denga raku."
"Bisa lah Laela. Dengar, aku sudah tidak peduli dengan Rei. Jika memang takdirku bukan dengannya, apa mau dikata. Sampai detik ini aku selalu berusaha menjadi manusia yang baik. Jika ternyata aku melakukan kesalahan, percayalah Laela aku punya alasan dan keyakinan yang kuat."
"Maksudmu Dru?"
Dru mematikan lampu kamar. Lagi-lagi ini bukan kebiasaan Dru. Atau memang di hotel ada peraturan bahwa tidur harus matikan lampu? Bukannya mati atau hidup bayarnya tetap sama ya?.
Ambil posisi menghadap cermin, Dru langsung tarik selimutnya.
Aku kira ada yang aneh. Dru menyembunyikan sesuatu. Kenapa akhir-akhir ini Dru tidak lagi terbuka padaku.
"Laela, kau belum tidur?"
"Laela...."
Kamar kembali terang, semua lampu dihidupkan oleh Dru. Perkiraanku tepat bahwa ada yang disembunyikan oleh Dru.
Tuhan,Â
Jika menurutMu aku sanggup melewati semua ujianmu, akan aku ikhlaskan semuanya.