"Dru, aku tuh bingung dari tadi. Mau ngomong salah, diam juga takut salah. Kenapa sih kamu?"
"Ndapapa Laela. Nanti saja aku bicara. Sekarang kita pulang."
"Pulang kemana? Kamu saja tidak tahu sekarang lagi dimana?"
"Hmm memang kita dimana Laela?"
Kuperhatikan baik-baik Dru. Tanpa pamit dan dengan sengaja Dru tinggalkan handphonenya mengajakku ke Lebak Bulus lalu naik Bus entah jurusan mana. Dan sekarang ada di sebuah terminal tanpa kutahu tepatnya di mana.
Bertebaran spanduk bermacam harga tiket Bus menuju Jakarta, Depok, Cirebon, Bandung, Karawang dan Bekasi.
Duh ini dimana sebetulnya. Ingin kusapa laki-laki tadi, tapi bagaimana cara sapanya aku tak tahu.
"Mbak, maaf bukan saya lancang. Karena Mbaknya seperti sedang penuh emosi. Aku perhatikan bacaan Mbaknya. Kenapa baca tentang pembunuhan Mbak. Berkali-kali aku lihat Mbak mengepal tangan. Sepertinya Mbak mau berbuat hal yang sama?. Amit-amit ya Mbak, Naudzubillah, jangan ya Mbak. Pamali."
Laki-laki berperawakan cungkring dan sedikit keling menatapnya dengan haru. Aku bisa membaca ketulusannya memberi wejangan pada Dru. Dengan mata yang sedikit dia turunkan, sungguh tak mengisyaratkan supir truk yang aku tahu selama ini.
Jika laki-laki ini dapat meredakan emosi Dru, maka aku harus belajar banyak padanya.
Malam ini, aku sedikit gelisah. Aku tak tahu akan dibawa kemana oleh Dru. Semoga kantor polis bukan tempat yang dipilih Dru untuk bermalam, malam ini.
_Bandung. 23 Oktober_ Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI